TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mitos mengenai Otak Manusia, Jangan Asal Percaya!

Ternyata tak ada bagian otak yang dominan

ilustrasi otak manusia (pixabay.com/hainguyenrp)

Otak merupakan salah satu organ tubuh terpenting yang paling kompleks dan misterius. Dilansir Live Science organ yang berfungsi sebagai pusat komando dari seluruh aktivitas tubuh ini memiliki berat sekitar dua persen dari berat badan kita.

Selama bertahun-tahun para peneliti berusaha untuk memahami fungsi dan cara kerja otak. Dengan memahami fungsi dan cara kerja otak, kita dapat mengetahui cara menjaga agar otak tetap sehat dan berfungsi dengan baik.

Ada banyak informasi mengenai otak yang beredar di kalangan masyarakat umum. Sayangnya, tidak semua informasi tersebut benar dan tepat. Simak mitos populer mengenai otak dan fakta yang sebenarnya dalam daftar di bawah ini. 

1. Mitos: Perbedaan otak laki-laki dan perempuan membuat kaum adam lebih pintar

ilustrasi otak pria (pixabay.com/aytuguluturk)

Tak dapat dimungkiri bahwa cara dan pola berpikir antara laki-laki dan perempuan memang berbeda. Hal ini tak lepas dari adanya perbedaan pada otak kedua gender tersebut. Secara ilmiah, hal ini bukanlah mitos. Dilansir Stanford Medicine Magazine, otak keduanya memang sedikit berbeda, dalam ukuran secara keseluruhan, maupun besar volume bagian otak tertentu. 

Secara keseluruhan, ukuran otak pria sekitar 10 persen lebih besar dari perempuan, tapi ini tak berarti bahwa mereka lebih cerdas. Dilansir Science Daily, bagian otak yang disebut amigdala milik pria berukuran lebih besar. Sementara itu, bagian otak yang disebut hipokampus milik perempuan justru lebih besar dibandingkan pria. Hal ini menyebabkan perbedaan kemampuan kognitif.

Baca Juga: 5 Mitos tentang Olahraga yang Masih Dipercaya, Apa Saja?

2. Mitos: Ukuran otak mempengaruhi tingkat kecerdasan

potret Albert Einstein (pixabay.com/ParentRap)

Ada anggapan umum bahwa ukuran otak mempengaruhi tingkat kecerdasan. Semakin besar ukuran otak, semakin tinggi pula tingkat kecerdasannya. Namun faktanya, hal ini kurang tepat. 

Jika ukuran otak mempengaruhi tingkat kecerdasan, maka spesies dengan ukuran otak lebih besar dari manusia, seperti gajah dan paus, seharusnya lebih cerdas. Dilansir New Scientist, ukuran otak laki-laki yang lebih besar bahkan tak menjamin bahwa mereka lebih cerdas daripada perempuan.

Walau tidak menjamin tingkat kecerdasan, dilansir Science Daily, hasil studi menunjukkan bahwa ukuran otak memiliki sedikit efek pada kemampuan kognitif seseorang. Secara umum, orang dengan ukuran otak lebih besar memiliki performa kognitif yang sedikit lebih baik.

3. Mitos: Manusia hanya menggunakan 10 persen dari total kemampuan otaknya

potret hasil pencitraan otak manusia (pixabay.com/kalhh)

Salah satu anggapan yang paling populer mengenai otak adalah bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen dari kemampuan otaknya. Namun, hal ini hanyalah mitos belaka. Dilansir Winchester Hospital, hasil pencitraan otak (brain imaging) menunjukkan bahwa sebagian besar bagian otak manusia aktif berfungsi, baik saat seseorang terjaga maupun tertidur.

Dilansir Medical News Today, mitos ini diduga muncul pertama kali pada tahun 1907 dari sebuah artikel yang ditulis oleh William James. Dalam artikel tersebut, James menyatakan bahwa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari sumber daya mental dan fisik, sehingga kita sering merasa kurang bersemangat. Akan tetapi, hal ini disalahartikan oleh banyak orang sebagai kemampuan otak yang tak digunakan secara maksimal.

4. Mitos: Bermain video game merusak otak

ilustrasi orang bermain video game (pixabay.com/Olichel)

Kebanyak orangtua melarang anaknya bermain game karena menganggapnya dapat merusak otak. Namun, anggapan ini ternyata kurang tepat.

Dilansir Science Daily, bermain game memang dapat mempengaruhi performa dan struktur otak. Namun, baik buruknya pengaruh bermain game pada otak dan mental seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti jenis game yang dimainkan, dan lamanya durasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gamer mengalami peningkatan dalam beberapa jenis kemampuan atensi, memori, dan kemampuan motorik. Selain itu, sebuah jurnal pada National Library of Medicine melansir bahwa terdapat peningkatan kemampuan visuospasial pada gamer.

Akan tetapi, bermain video game juga dapat memberikan pengaruh negatif pada otak, seperti menurunnya fungsi eksekutif otak. Risiko lain yang rentan dialami seorang gamer adalah adiksi.

Baca Juga: Mitos-mitos Satu Suro yang Masih Dipercaya Hingga Kini

Verified Writer

MONICA GRACIA

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya