TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Bahasa Asing yang Terancam Punah, Termasuk Islandia

Bahasa-bahasa yang terancam punah ini disebabkan karena beberapa hal

bendera Islandia (commons.wikimedia.org/biologyfishman)

Sebagian besar orang yang ingin belajar bahasa baru, mungkin kekhawatiran terbesar mereka adalah bagaimana cara mengonjugasikan kata kerja untuk menyusun kalimat yang tepat. Kekhawatiran itu mungkin sudah mesti menjadi prioritas utama. Sebab dengan munculnya era digitalisasi, beberapa bahasa yang dulunya umum digunakan kini sedang terancam punah!

Para peneliti menyatakan bahwa lebih dari sepertiga bahasa yang ada di dunia saat ini diklasifikasikan sebagai bahasa yang terancam punah. Begitu pun ada lebih dari setengahnya yang diperkirakan akan punah pada tahun 2100. Menurut temuan ini, dari sekitar 7.000 bahasa di seluruh dunia, lebih dari 2.800 bahasa terancam punah.

Namun, pada kesempatan ini kita akan membahas beberapa bahasa saja yang eksistensinya sedang sekarat atau terancam punah. Berikut di antaranya.

1. Bahasa Te Reo Māori

suku Māori di Selandia Baru (commons.wikimedia.org/Ciell)

Te Reo Māori adalah bahasa yang digunakan oleh suku Māori, penduduk asli Selandia Baru. Masyarakat Māori sebetulnya keturunan Polinesia, hanya saja pada tahun 1200 atau 1300 yang lalu, mereka beremigrasi ke Selandia Baru. Kendati mereka adalah komunitas pertama yang tiba di wilayah tersebut, selama bertahun-tahun suku Māori telah mengalami diskriminasi.

Akibatnya, segala hal yang berkaitan dengan budaya Māori terus dilarang hingga tahun 1980-an. Berbicara dengan bahasa Te Reo dapat membawa seseorang ke dalam masalah serius. Dampaknya adalah bahasa tersebut tampak mulai terancam punah. Sebagaimana dilansir RNZ, sebuah studi tentang bahasa-bahasa yang terancam punah menunjukkan bahwa Te Reo Māori sedang menuju kepunahan.

Seorang peneliti mengatakan bahwa mengajarkan generasi muda Te Reo Māori adalah cara terbaik untuk menyelamatkan bahasa tersebut. Menurutnya, jika tidak ditangani, bahasa Te Reo diperkirakan bakal punah pada tahun 2100. Namun untunglah, para legislator Selandia Baru mulai memasukkan bahasa tersebut ke dalam kurikulum sekolah. Pun juga menormalisasi penggunaannya demi melestarikan budaya asli Selandia Baru ini.

Baca Juga: Bahasa Daerah di Papua Terancam Punah, Mimika Lakukan Revitalisasi

2. Bahasa Yiddi

bendera Yiddi (commons.wikimedia.org/Hosmich)

UNESCO telah menempatkan bahasa Yiddi sebagai bahasa yang terancam punah. Bahasa ini berasal dari Israel dan digunakan di komunitas Yahudi. Bahasa Yiddi juga mengandung kekayaan budaya yang melestarikan cara hidup masyarakat Yahudi.

Alasan utama mengapa bahasa ini terancam punah adalah karena peristiwa Holocaust pada Perang Dunia II. Di mana peristiwa ini melibatkan genosida jutaan orang Yahudi di Eropa, terutama di Jerman. Penggunaan bahasa Yiddi mulai menyusut seiring berkurangnya para penutur yang disebabkan oleh peristiwa Holocaust.

Meskipun kenyataannya bahasa Yiddi ini terancam punah sejak peristiwa kelam di Eropa, namun masih bisa bertahan. Komunitas Yahudi yang bertempat di New York dan Israel mulai membangun kembali bahasa tersebut. Mereka mulai mengajarkan bahasa Yiddi kepada generasi muda, sehingga bahasa tersebut tetap lestari dan terus berkembang kepada para penutur baru.

3. Bahasa Islandia

bendera Islandia (commons.wikimedia.org/biologyfishman)

Islandia sendiri telah berjuang melawan kepunahan bahasa resminya. Ketika sudah memasuki era digital, banyak anak muda di negara tersebut yang belajar bahasa Inggris dari forum internet dan video game. Bahkan, sebagian besar dari mereka banyak yang memakai kosa kata bahasa Inggris ke dalam pidatonya. Sehingga menyebabkan hilangnya penggunaan kosa kata bahasa Islandia yang dulunya populer.

Selain itu, dengan adanya kosa kata baru seperti “computer” dan “phone cell” membuat masyarakatnya memakai kosa kata ini ke dalam dialek sehari-hari mereka daripada kosa kata Islandia. Kendati ada Komite Bahasa Islandia yang membantu menciptakan kata-kata Islandia baru untuk era modern, orang-orang malah tidak menggunakannya. Di tambah lagi dengan populasi imigran yang terus meningkat sebanyak lima kali lipat dibandingkan beberapa tahun silam. Itu berarti, banyak orang yang tidak bisa berbicara menggunakan bahasa Islandia meskipun terbatas.

Dengan demikian, hanya waktulah yang akan membuktikan apakah upaya pemerintah Islandia dapat mencegah kepunahan bahasa resminya tersebut.  Ataukah sebaliknya, apakah negara dengan jumlah populasi 350.000 jiwa itu perlahan-lahan akan beralih ke bahasa Inggris secara total.

Baca Juga: Gengsi Sebabkan Empat Bahasa Daerah di Sumsel Terancam Punah

4. Bahasa Bavaria

bendera Bavaria (commons.wikimedia.org/Unknown Author)

Dilansir Vienna Grid, UNESCO mengklasifikasikan dialek Bavaria sebagai bahasa yang terancam punah dalam Atlas Dunia untuk pertama kalinya, pada awal tahun 2009. Empat belas tahun kemudian, pihak Akademi Ilmu Pengetahuan Bavaria masih menganggapnya layak dilindungi dan masih membutuhkan dukungan.

Bahasa Bavaria digunakan di wilayah Bavaria, Jerman. Bavaria merupakan rumah bagi kota-kota besar seperti Munich, Regensburg, Nuremberg, Augsburg, dan Ingolstadt. Penggunaan bahasa Bavaria mengalami penurunan di kalangan anak-anak, guru, dan tutor di ibu kota negara bagian tersebut. Orang-orang di sana kini lebih tertarik dengan bahasa “Hochdeutsch” atau bahasa standar Jerman.

Pengaruh tersebut disebabkan karena anak-anak muda di Bavaria terbawa oleh pembelajaran sekolah dan televisi. Di mana sekolah dan televisi menggunakan bahasa standar Jerman sebagai pilihan untuk penyampaian pesan dan komunikasi.

5. Bahasa Irlandia

bendera Irlandia (commons.wikimedia.org/SteuveFE)

Bahasa Irlandia yang juga disebut Gaeilge ditambahkan ke dalam bahasa resmi pada tahun 2007, namun akan segera terhapus. Saat ini, diperkirakan hanya ada sekitar 20.000—40.000 penutur bahasa Gaeilge. Jumlah sebesar itu tidaklah banyak mengingat besarnya populasi warga Irlandia.

Seperti banyaknya bahasa lain yang sekarat, hal ini sebagian besar disebabkan oleh undang-undang yang berlaku di tahun-tahun lalu. Pada awal 1300-an, kolonial Inggris melarang pemakaian bahasa Irlandia untuk orang Inggris di wilayah tersebut—atau di antara orang Inggris yang berinteraksi dengan warga asli Irlandia. Tidak hanya sekadar itu, pada tahun 1500-an, Inggris melarang penggunaan bahasa Irlandia di parlemen.

Akan tetapi, masih ada harapan. Bahasa Irlandia mulai muncul kembali pada akhir abad ke-20. Saat ini, bahasa Irlandia diajarkan di semua sekolah sebagai bagian dari rencana pemerintah dalam 20 tahun, untuk mengembalikan warisan penting dari bangsa Irlandia tersebut.

6. Bahasa Greenland

bendera Greenland (commons.wikimedia.org/Jeffrey Connell)

Seperti halnya bahasa Islandia yang mengalami penurunan, begitu pun juga dengan bahasa Greenland. Sebenarnya, bahasa Greenland merupakan campuran dari 20 dialek yang berbeda, kendati dialek utamanya adalah Kalaallisut.

Meski demikian, bahasa Greenland sebetulnya digunakan di beberapa wilayah. Ini dikarenakan bahasa tersebut merupakan salah satu bahasa dari suku Inuit Eskimo yang dapat dijumpai di Alaska, Denmark, serta Kanada.

Memang, meskipun bahasa Greenland telah tersebar di ketiga wilayah tersebut, namun tidak berarti bahasa ini aman dari kepunahan. Karena hanya sekitar 57.000 orang yang tinggal di Greenland, dan tidak semua penduduknya berbicara menggunakan bahasa tersebut. Sehingga dapat dimungkinkan bahwa bahasa Greenland akan segera punah jika pemerintah dan masyarakatnya tidak berupaya melestarikan bahasa tersebut.

Baca Juga: Tradisi Dongeng di Banyuwangi Nyaris Punah

Writer

Ali Akbar Muhamad

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya