TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Tirto Adhi Soerjo, Tokoh Inspirasi dalam Film Bumi Manusia

Banyak hal menginspirasi bagi anak muda masa kini

twitter.com/info_Blora

Pada bulan Agustus nanti, panggung layar lebar Indonesia akan semakin diramaikan dengan rilis film Bumi Manusia. Film ini sendiri diangkat dari novel roman karya Pramoedya Ananta Toer yang juga berjudul Bumi Manusia. 

Film Bumi Manusia ini sendiri diperankan oleh aktor muda Iqbal Ramadhan. Namun, rasanya tidak lengkap jika kita hanya menonton dari layar. Akan lebih menarik lagi jika kita sedikit mengenal tokoh revolusioner ini. 

1. Turunan ningrat yang rela sengsara demi pergerakan nasional

twitter.com/potretlawas

Tirto Adhi Soerjo dilahirkan dalam lingkungan yang beruntung di era kolonial Hindia Belanda. Di zaman sekarang, istilah kecenya ia adalah seorang silver spoon, atau kaya sejak lahir. Ia bernama lengkap Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, anak bupati bernama Tirtodipuro.

Tirto Adhi Soerjo atau yang biasa dipanggil T. A. S. lahir di Blora tahun 1880. Namun, sejak kecil ia tidak terlalu dekat dengan kedua orangtuanya. Orang yang justru banyak menginspirasi dan membuatnya termotivasi mengawali pergerakan nasional adalah neneknya.

T. A. S. menolak dengan tegas warisan jabatan dari bapaknya, ia lebih memilih membuang privilese dan berjuang di jalannya sendiri. Alasan lain ia meninggalkan kebangsawanan adalah kemuakannya terhadap feodalisme aristokrat Jawa dan kebiasaan priyayi yang tidak cocok baginya.

Baca Juga: 9 Tokoh Bersejarah Terkenal Ini Menderita Penyakit Mengerikan

2. Pemula pers di Indonesia

nusansantara.news

Sebagai penemu pers Indonesia, ia telah mengawali karier jurnalismenya sejak usia yang terbilang sangat muda. Sebelum ia membentuk Medan Prijaji, terlebih dulu ia merilis Soenda Berita pada tahun 1903. Soenda Berita berumur sekitar 2 tahun hingga akhirnya T. A. S. memutuskan ke Maluku pada 1905.

Sepulang dari Maluku, pada tahun 1907 ia mendirikan surat kabar Medan Prijaji. Surat kabar ini awalnya terbit tiap hari Sabtu, dan kemudian mengalami perkembangan pesat hingga beredar tiap hari. Medan Prijaji berjaya hingga sekitar tahun 1909-1912 dimana saat itu memiliki 2000 pelanggan.

Salah satu artikel fenomenal yang pernah diterbitkan oleh T. A. S. berjudul Boycott. Boycott ini pada akhirnya mampu mendongkrak perlawanan etnis Tionghoa terhadap perusahaan-perusahaan gula orang Eropa di Surabaya. Perlawanan yang diawali tulisan ini akhirnya mampu membuat puluhan perusahaan tersebut gulung tikar.

3. Peka dengan kebutuhan sekitarnya

konde.co

T. A. S. tumbuh sebagai pribadi yang pemikir dan resah terhadap sekitar. Max Havelaar adalah inspirasi terbesarnya untuk menguliti kesewenang-wenangan kolonial dan kaki tangan pribumi. Selain itu, ia menyadari bahwa kebutuhan pribumi saat itu bukan hanya untuk mengenyangkan perut, tetapi juga mengenyangkan jiwa.

Ketika kita banyak membaca tentang T. A. S., kita dapat menyimpulkan bahwa ia adalah sosok yang mampu berpikir melampaui zamannya. Ia mengetahui bahwa untuk berjuang, rakyat perlu berserikat, maka ia mendirikan Sarekat Priyayi, yang kemudian dikenal menjadi Sarekat Dagang Islam. Sayangnya, dengan politik sejarah mengaburkan ia sebagai pendiri SDI, hingga yang lebih dikenal sebagai pendirinya adalah Samanhudi.

Selain itu, misi T. A. S. adalah menggerakkan kaum perempuan. Salah satunya dengan didirikannya surat kabar Poetri Hindia pada tahun 1908. Melalui Poetri Hindia kemudian dikenal seorang penulis perempuan saat itu yang bernama Siti Soendari.

4. Memilih sekolah kedokteran

twitter.com/potretlawas

Para anak priyayi kala itu lebih memilih sekolah pamong praja untuk menjadi pejabat pemerintah Hindia Belanda. Tetapi, T. A. S. yang berjiwa bebas justru memilih sekolah kedokteran di STOVIA pada umur 13 tahun.

Memang kelihatannya kecakapan jurnalistiknya tidak ada hubungannya dengan yang ia pelajari, namun inilah yang diakatakan sebagai tiada ilmu yang tidak berguna. Sekolah di STOVIA justru emmbuka jalannya terhadap pergaulan dan pengetahuan yang lebih luas.

Jiwa pengabdiannya terbukti dengan T. A. S. memilih keilmuan yang bersifat mengabdi. Namun, panggilan batinnya untuk menulis demi pergerakan dan dikarenakan kesibukan yang semakin padat, akhirnya ia tidak menamatkan sekolahnya di STOVIA.

Baca Juga: 10 Fakta Sejarah Lahirnya Pancasila, Apakah Kamu Masih Hafal Isinya? 

Verified Writer

Novia Aisyah

Some Scandinavian thoughts addict

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya