TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Peneliti Ungkap Penyebab Suara Misterius di Gunung Everest

Disebabkan oleh perubahan suhu drastis

ilustrasi gunung Everest (Pexels.com/Martin Jernberg)

Gunung tertinggi di dunia, Everest, sudah menjadi objek alam yang menarik banyak perhatian bagi orang awam maupun ilmuwan. Hingga saat ini, gunung ini masih menyimpan banyak misteri dan titik-titik yang belum dieksplore.

Salah satu aspek yang mendapat banyak perhatian adalah suara misterius di puncak gunung setelah matahari terbenam. Seorang ahli glasiologi di Arctic Research Center di Hokkaido University, Evgeny Podolskiy, mengungkapkan penyebab di balik suara misterius tersebut dalam sebuah studi. Penelitian tersebut diterbitkan dalam Geophysical Research Letters pada tahun 2018. 

1. Perjalanan awal penelitian

Ilustrasi pendaki gunung di Everest (Pixabay.com/12019/10257Images)

Untuk mengungkap misteri ini, Dr. Podolskiy dan timnya menghabiskan lebih dari seminggu melakukan perjalanan melalui Himalaya. Mereka akhirnya mencapai sistem Trakarding-Trambau Glacier, tempat mereka mendirikan kemah dan memulai penyelidikan.

Selama tiga minggu, para ilmuwan menahan dinginnya gletser yang menusuk tulang, diposisikan di ketinggian tiga mil di atas permukaan laut dan dalam pandangan penuh Gunung Everest setinggi 29.000 kaki.

Selama berada di gletser, Dr. Podolskiy dan timnya memiliki kesempatan untuk merasakan suara-suara yang menakutkan secara langsung.

2. Menggunakan sensor di atas es

ilustrasi gunung Everest (Pexels.com/Nanda Ram Gharti)

Para peneliti memasang sensor di atas es untuk mengukur getaran jauh di dalam gletser. Ini adalah teknologi yang sama yang digunakan untuk mengukur besarnya gempa bumi.
Setelah menganalisis data seismografi, Dr. Podolskiy dan rekan-rekannya akhirnya dapat memastikan bahwa suara dentuman nokturnal memang terkait dengan suhu dingin yang ekstrim.

Pada siang hari, para ilmuwan dapat bekerja dengan nyaman menggunakan kaos, karena suhu relatif sejuk. Namun, begitu malam tiba, suhu bisa turun hingga lima derajat Fahrenheit. Selama jam-jam malam yang sangat dingin inilah Dr. Podolskiy dan timnya mendengar "ledakan keras".

Baca Juga: Ilmuwan Temukan Galaksi Tunggal, Ternyata Mantan Kanibal!

3. Es sangat sensitif terhadap perubahan suhu

ilustrasi danau es (unsplash.com/henrique setim)

Penelitian mereka mengungkapkan bahwa suara misterius di gunung Everest disebabkan oleh penurunan tajam suhu ang terjadi setelah gelap.

Dalam studi tersebut, para peneliti mencatat bahwa es lokal ternyata sangat sensitif terhadap tingkat perubahan yang tinggi. Temuan mereka mewakili beberapa bukti pertama dari aktivitas seismik yang begitu luas yang dihasilkan dari rekahan termal di dalam es.

Penelitian ini tidak hanya berkontribusi pada pemahaman kita tentang perilaku gletser tetapi juga membangun pengetahuan yang berkembang tentang dampak perubahan iklim pada sistem Bumi yang kritis ini.

4. Membuka pengetahuan baru terhadap gletser yang mencair

Dengan adanya fenomena perubahan iklim, penting bagi kita untuk mengetahui dan memahami perilaku gletser di daerah terpencil seperti Himalaya, yang memiliki beberapa cadangan es terbesar di Bumi.

Karya Dr. Podolskiy dan timnya telah membuka jendela baru ke dunia gletser dataran tinggi yang penuh teka-teki. Pengetahuan ini menawarkan wawasan berharga yang bisa membantu ahli glasiologi dan pakar iklim lebih memahami dan menanggapi tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan kita.

5. Gletser terdampak pada perubahan iklim

ilustrasi gletser (unsplash.com/@altocrew)

Temuan ini juga menjadi pengingat bahwa masalah perubahan iklim berdampak pada berbagai aspek di Bumi ini. 

Gletser di wilayah Himalaya merupakan sumber air penting bagi jutaan orang yang memasok sungai-sungai besar di Asia. Namun, gletser yang menopang kehidupan ini terancam saat suhu naik dan pola curah hujan berubah.

Penelitian menunjukkan bahwa laju pencairan gletser di Himalaya meningkat dua kali lipat sejak pergantian abad, dengan lebih dari seperempat es hilang selama empat dekade terakhir.

Laju pencairan yang semakin cepat ini terutama disebabkan oleh perubahan iklim antropogenik, khususnya peningkatan emisi gas rumah kaca yang mendorong pemanasan global.

Baca Juga: 7 Danau Tertua di Bumi beserta Usia dan Kedalamannya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya