TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perkembangan Telanta Bioteknologi Memerlukan Kolaborasi 

Semua pihak yang terlibat memiliki peran penting

ilustrasi genetik (unsplash.com/Warren Umoh)

Bioteknologi adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) dan produk dari makhluk hidup, seperti enzim dan asam organik.

Dalam acara Higher Height Discussion & Program Kick-off yang diselenggarakan pada Jumat (14/10/2022), para panelis mendiskusikan prospek bioteknologi di Indonesia. Salah satu narasumber yang dihadirkan dalam acara ini adalah Dr. Listya Utami Karmawan, Ketua Ikatan Program Studi Bioteknologi Indonesia (IPSBI).

1. Bidang bioteknologi sudah sangat berkembang

ilustrasi penelitian (unsplash.com/ThisisEngineering RAEng)

Dokter Listya menjelaskan bahwa cabang ilmu bioteknologi sudah sangat berkembang dari masa ke masa . Cabang ilmu bioteknologi dimulai pada tahun 1950an. Di tahun 1952, Dr. George Gey menggunakan garis sel kontinu dari karsinoma serviks manusia yang diisolasi dari Henrietta Lacks.

Saat ini, bioteknologi menggabungkan berbagai disiplin ilmu dan bantuan teknologi modern, seperti pencetakan 3D untuk "skin printing". Tidak hanya itu, perkembangan ilmu bioteknologi memungkinkan para ahli untuk melakukan pengurutan seluruh genom manusia dalam waktu kurang dari satu minggu. 

2. Program pendidikan bioteknologi di Indonesia sudah cukup berkembang

ilustrasi bioteknologi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Di Indonesia sendiri, Dr. Listya memaparkan bahwa program pendidikan bioteknologi juga sudah sangat berkembang. Sudah banyak universitas yang memiliki program bioteknologi yang cukup mumpuni.

Walaupun sebagian besar masih terpusat di pulau Jawa, beberapa daerah, seperti NTB, Sumatra Utara, dan Sulawesi sudah memiliki program bioteknologi yang cukup berkembang. Ini tentunya bisa menjadi prospek yang baik untuk ilmuwan bioteknologi di Indonesia. 

"Untuk berkiprah di bidang bioteknologi ini masih sangat terbuka lebar. Justru saat ini banyak mahasiswa dan lulusan bidang ini (bioteknologi) membuka startup meski dalam tahapan merintis," ucap Dr. Listya. 

Baca Juga: Peran Artificial Intelligence dalam Layanan Kesehatan

3. Obat biologi berpotensi mendominasi pasar

ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Mardya Shakti)

Selain Dr. Listya, Inge Sanitasia Kusuma, Direktur Eksekutif International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), membagikan wawasan tentang bioteknologi dari sisi pelaku industri. 

Ia mengatakan bahwa obat biologi berpotensi mengalahkan obat kimia di masa mendatang. Dengan melihat tren terkini, pangsa pasar obat-obat biologi bisa melampaui obat-obatan kimia dalam 5 tahun ke depan.

Salah satu alasan yang mendukung pernyataan ini adalah meningkatkan obat yang dipersonalisasi atau personalized medicine

4. Perlu adanya kolaborasi 'pentahelix'

Ilustrasi kolaborasi (pixabay.com/mohamed Hassan )

Menurut Dr. Listya, perlu adanya kolaborasi pentahelix untuk meningkatkan perkembangan ahli bioteknologi di Indonesia. Kolaborasi pentahelix meliputi kerjasama lima pihak, yaitu akademisi, pelaku indsutri, pemerintah, masyarakat, dan media.

Walaupun bioteknologi dalam segi pendidikan sudah cukup berkembang, masih banyak aspek yang harus diperbaiki, seperti ketersediaan lapangan kerja ahli bioteknologi. Ini menjadi tantangan sekaligus PR bagi pemerintah dan pihak lainnya untuk memfasilitasi orang-orang yang memiliki minat dalam bioteknologi.

"Salah satu tantangannya itu mendesain kurikulumnya. Untuk mengembangkan ini memang perlu ada kolaborasi pentahelix. Nah, jika semuanya berjalan bersamaan diharapkan kurikulum yang ada lebih fokus sejalan sesuai dengan tuntutan yang diinginkan," jelas Dr. Listya.

Baca Juga: Penggunaan Deep Learning dalam Konservasi Terumbu Karang

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya