TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Fakta Historis tentang Genghis Khan yang Wajib Kamu Ketahui

Seorang petarung sekaligus pencinta yang hebat

chinatimes.com

Siapa yang tidak kenal Genghis Khan? Di masa lampau, pasukan Mongolnya pernah menaklukkan separuh dunia atau tepatnya wilayah seluas 33 juta kilometer persegi. Hanya dalam waktu 25 tahun, Genghis Khan berhasil menaklukkan lebih banyak wilayah daripada yang dilakukan Kekaisaran Romawi selama 400 tahun.

Meskipun namanya dan pasukannya sering dikaitkan dengan kebiadaban, nyatanya Genghis Khan adalah seorang pemimpin dengan kualitas yang mengejutkan. Ada banyak fakta historis tentangnya yang mungkin saja belum kalian ketahui. Penasaran apa saja? Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.

1. Menghidupkan kembali Jalur Sutra 

airmule.com

Jika diingat-ingat kembali, kalian pasti pernah mendengar istilah ini selama duduk di sekolah menengah. Untuk menyegarkan ingatan kalian, Jalur Sutra adalah jalur perdagangan yang menghubungkan wilayah Tiongkok, India, Asia Tenggara dan Eropa modern.

Meski menguntungkan, jalur ini sempat tidak digunakan karena sangat berbahaya bagi pedagang, mengingat panjangnya wilayah yang menjadi "surga" bagi para perampok. Namun di bawah pemerintahan Genghis Khan, rute Jalur Sutra—yang kurang lebih sepanjang 7.000 kilometer—berada di bawah kendalinya.

Seperti dilansir Ancient History Encyclopedia, periode itu dikenal sebagai "Pax Mongolica," sebuah periode yang tenang dan stabil sehingga memungkinkan para pedagang untuk melintas tanpa hambatan di sepanjang Jalur Sutra. Hal ini meningkatkan ekonomi di sekitar jalur tersebut, di mana semuanya diorganisir oleh otoritas Mongol.

Pada masa pemerintahan Genghis, Jalur Sutra menjadi sangat aman sampai ada istilah yang mengatakan bahwa "seorang gadis yang membawa emas dapat melakukan perjalanan tanpa gangguan di jalur itu."

2. Merombak sistem pos

pinterest.com

Mungkin salah satu pencapaian Genghis Khan yang paling mengejutkan adalah pembentukan sistem pos yang terorganisir di seluruh wilayah kekaisarannya. Pada masa itu, sistem pos sangat membantu perekonomian karena memfasilitasi pengangkutan barang di sepanjang Jalur Sutra dan meningkatkan kualitas serta penyebaran informasi di sana.

Sistem pos itu disebut Yam atau Örtöö—yang berarti "pos pemeriksaan"—yang berupa kumpulan stasiun pos. Stasiun-stasiun ini berjarak sekitar 24-64 kilometer dan terus dikelola dengan apik oleh otoritas Mongol. Pengamat asing, seperti Marco Polo, mengagumi efisiensi sistem tersebut.

Pada akhir pemerintahan Mongol, ada ribuan stasiun pos dengan puluhan ribu kuda dan kurir yang masih berfungsi dengan baik.

Baca Juga: 8 Kisah Invansi Mongolia ke Jawa, Gagal karena Zona Alam dan Tipu Daya

3. Melembagakan sistem penulisan di Mongolia 

nationalia.info

Pada tahun 1204, Genghis Khan menerapkan sistem penulisan di Mongolia yang dikenal sebagai "Aksara Uyghur," yang terus digunakan hingga hari ini. Melansir dari Britannica, sistem penulisan tersebut diadopsi dari suku Uyghur yang pernah ditaklukkan oleh pasukan Mongol.

Bisa dibilang kalau hal ini adalah salah satu kekuatan terbesar Genghis Khan. Setelah menaklukkan suku lain, Genghis akan menyerap adat istiadat dan kebudayaan mereka, terutama jika sistem mereka lebih unggul dari miliknya. Dalam hal ini, dia menunjukkan lebih banyak kebijaksanaan daripada langsung menghapus budaya tersebut tanpa pertimbangan.

Genghis juga sangat mementingkan kemampuan membaca dan menulis. Dia bahkan menyuruh agar semua anak yang lahir di Kekaisaran Mongol belajar membaca. Sayangnya, ia sendiri tidak dapat membaca sehingga sering mendelegasikan tugas ini kepada penasihat tepercayanya.

4. Membuat sistem hukum yang ketat 

pexels.com/Sora Shimazaki

Pandangan populer dari pasukan Mongol adalah sekelompok kaum barbar yang suka menjarah, membunuh, dan memperkosa sesuka hati mereka. Faktanya, masyarakat Mongol adalah masyarakat yang sangat tertib dan taat hukum. Genghis sendiri memiliki sebuah Yasak atau kode hukum selama masa pemerintahannya.

Setiap warga Kekaisaran Mongol harus mematuhi aturan ini, termasuk Genghis sendiri. Dalam hukum tersebut, penculikan, pencurian biasa atau hewan, dan perbudakan adalah hal yang dilarang. Selain itu, hukum itu juga mengatur usia minimum untuk masuk ke dalam pasukan Mongol, yakni 20 tahun.

Diyakini kalau sebelum meninggal, Genghis berkata kepada para pengikutnya "Jika mereka meninggalkan Yasak-ku, alam akan bergoyang dan hancur." Hal ini terlihat seperti ramalan karena Kekaisaran Mongol runtuh sekitar 150 tahun setelah kematiannya.

5. Memakai sistem meritokrasi di dalam Kekaisaran Mongol

chinabuddhismencyclopedia.com

Menurut beberapa sumber, meritokrasi adalah sistem politik di mana posisi politik didasarkan pada bakat, usaha, atau prestasi, bukan kekayaan atau kelas sosial. Seperti yang diketahui, Genghis Khan memerintah banyak suku yang berbeda di bawah kendalinya. Oleh karena itu, ia menjalankan Kekaisaran Mongol dengan sistem meritokrasi yang ketat.

Genghis pernah mengatakan, "Seorang pemimpin tidak bisa bahagia jika rakyatnya tidak bahagia." Dia mempraktikkan sistem ini dengan ketat, bahkan di dalam keluarganya sendiri. Sebelum meninggal, dia menugaskan para penasihatnya untuk memilih penerusnya berdasarkan kemampuan mereka.

6. Sangat memperhatikan kesejahteraan pasukannya 

ancient-origins.net

Bisa dibilang kalau Genghis Khan sangat memerhatikan kesejahteraan pasukannya. Jika seorang prajurit tersesat karena kelalaian komandannya, maka komandan itu akan dihukum. Jika seorang prajurit yang terluka tertinggal di medan perang, komandannya akan dieksekusi di tempat.

Semua ini membuat para perwira Mongol berusaha keras untuk memastikan kesejahteraan orang-orang yang berada di bawah komando mereka. Pada saat itu, pasukan Mongol bekerja dengan sistem kesetiaan timbal balik yang begitu kuat. Tak heran kalau mereka dapat menaklukkan dunia. 

Prajurit Mongol tidak dibayar. Sebaliknya, mereka menerima bagian yang sama dari rampasan perang. Hal ini memastikan kalau semua orang memiliki bagian dalam kemenangan. Jika seorang prajurit Mongol tewas dalam pertempuran, bagiannya akan diberikan kepada keluarganya.

7. Mempromosikan kebebasan beragama 

nytimes.com

Genghis Khan adalah seorang Syamanis, sama seperti kebanyakan orang Mongol pada saat itu. Meskipun demikian, dia tetap menerapkan toleransi beragama di dalam kekaisarannya. Menurut John Man dalam bukunya, The Leadership Secrets of Genghis Khan, Genghis sering mengundang para pemimpin agama untuk berdiskusi dengannya.

Kekaisaran Mongol yang sangat luas terdiri dari berbagai penganut agama berbeda, termasuk Muslim, Buddha, Hindu, Yahudi, dan Kristen. Pada masa pemerintahan Genghis, mereka semua diizinkan untuk menjalankan agama masing-masing tanpa gangguan dari pasukan Mongol.

8. Mendukung hak-hak perempuan 

historynavigator.org

Salah satu hal yang jarang diketahui adalah fakta kalau Genghis Khan juga memperjuangkan hak-hak perempuan. Meskipun Genghis Khan tidak bisa disebut sebagai seorang feminis, dapat dipastikan kalau perempuan Mongol menikmati lebih banyak hak dan keamanan yang lebih besar dari perempuan lain yang hidup pada masa itu.

Baca Juga: 5 Fakta Menarik tentang Puyi, Sang Kaisar Terakhir Tiongkok

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya