TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta tentang Pangea, Superbenua yang Pernah Eksis di Bumi

Masa ketika bumi hanya memiliki satu daratan utama

Ilustrasi superbenua Pangea (extremetech.com)

Kalian semua pasti pernah belajar tentang Pangea di bangku sekolah. Sekilas, benua ini tampak seperti dunia mistis di mana hewan serta tumbuhan mendiami satu daratan raksasa di muka bumi. Istilah Pangea, Pangaea, atau Pangeae baru muncul pada tahun 1912 ketika seorang ahli meteorologi Jerman, Alfred Wegener, mengajukan gagasan tentang superbenua.

Jadi, mengapa dia memutuskan untuk menamainya "Pangea"? Melansir Britannica, Pangea sendiri berasal dari kata Yunani, pangaia, yang berarti "seluruh bumi." Tentunya, nama ini sangat cocok mengingat pada saat itu hanya ada satu daratan utama di muka bumi.

Sejak saat itu, ada banyak penelitian tentang Pangea, walau masih banyak yang belum kita ketahui tentangnya. Artikel ini sendiri akan membahas 7 fakta yang mungkin belum kalian ketahui tentang Pangea. Berikut daftarnya!

1. Alasan mengapa Pangea terbentuk dan pecah

nationalgeographic.org

Terdapat dua pertanyaan terbesar tentang superkontinen atau superbenua Pangea. Pertama, mengapa Pangea terbentuk? Kedua, mengapa Pangea pecah? Sejujurnya, dua pertanyaan ini masih menjadi perdebatan di antara para ilmuwan. Mereka masih belum bisa menjelaskan secara pasti mengapa Pangea terbentuk hanya untuk terpecah setelahnya.

Meski begitu, ada banyak hipotesis untuk menjelaskannya. Mayoritas ilmuwan setuju kalau pembentukan dan pemisahan Pangea ada hubungannya dengan mantel bumi. Selama pergerakan lempeng, para ilmuwan percaya kalau mantel bumi memanas sehingga menyebabkan mantel menjadi tidak stabil dan mulai menggerakkan lempeng.

Namun, hal itu tidak selalu terjadi. Itulah mengapa superbenua seperti Pangea membutuhkan waktu lama untuk terbentuk dan pecah. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan sebuah jurang di Kenya yang disebut "Great Rift Valley," di mana daratannya terlihat seperti terbelah.

Lalu, mengapa jurang ini bisa berhubungan dengan Pangea? Singkatnya, pergerakan bumi yang membentuk jurang ini membuktikan teori tentang eksistensi Pangea dan bagaimana pergeseran lempeng dapat membentuk sebuah superkontinen ratusan juta tahun yang lalu.

Baca Juga: Tertinggi di Dunia, Inilah 9 Fakta Menarik Danau Titicaca

2. Fosil yang membuktikan eksistensi Pangea

thoughtco.com

Tak hanya Great Rift Valley, bukti fosil juga memberikan wawasan baru tentang daratan Pangea. Seperti dikutip dari The Geological Society, ada Cynognathus, reptil darat yang hidup selama Periode Trias, beberapa saat sebelum Pangea pecah. Para ilmuwan menemukan fosil makhluk ini di wilayah Amerika Selatan dan Afrika.

Foisl Lystrosaurus, reptil darat lain, juga ditemukan di India, Antartika, dan Afrika. Jika Pangea atau superkontinen lain tidak pernah eksis, penyebaran kedua fosil ini tidak akan mungkin terjadi. Bukti fosil di atas sangat menarik karena membantu membuktikan teori kalau Pangea pernah eksis di masa lampau.

3. Samudra Panthalassa

britannica.com

Kita semua tahu kalau ada lima samudra saat ini, yaitu Arktik, Atlantik, Pasifik, Hindia, dan yang terbaru, Samudra Selatan atau Antarktika. Kelima samudra ini sangat luas dan memenuhi sebagian besar wilayah Bumi. Dulu, ketika Pangea masih ada, hanya ada satu samudra yang dikenal sebagai Panthalassa.

Karena hanya ada satu daratan di bumi, yakni Pangea, tentunya hanya ada satu samudra yang mengelilingi superbenua itu. Oleh karena itu, arus Panthalassa sangat berbeda dengan arus lautan saat ini. Menurut para ahli, arus Panthalassa mungkin sangat lambat. Mereka juga percaya kalau tidak ada perubahan pasang surut laut yang drastis.

Lautan raksasa ini sangat tenang dan memiliki suhu yang lebih merata daripada lautan yang ada saat ini. Ketika Pangea mulai pecah, Panthalassa juga ikut berubah. Tidak hanya "memutus" lautan menjadi beberapa bagian, pecahnya Pangea juga memicu perubahan aliran arus laut.

Arus mulai berputar dari barat ke timur, sesuatu yang tidak pernah terjadi ketika lautan hanya Panthalassa. Selain itu, distribusi pasang dingin dan hangat terhenti. Karena lautan terputus satu sama lain, arus tidak dapat memindahkan air hangat seperti dulu lagi. Hal ini benar-benar mengubah suhu lautan di muka bumi sampai saat ini.

4. Iklim pada zaman itu

palomar.edu

Para peneliti percaya kalau bagian dalam atau tengah Pangea sangat kering dan tidak menerima banyak curah hujan. Menurut Live Science, kondisi ini serupa dengan iklim gurun karena daerah itu dikelilingi oleh pegunungan sehingga mencegah hujan untuk masuk.

Namun, setelah ditemukannya endapan batu bara di daerah tertentu, peneliti juga percaya kalau bagian Pangea di dekat wilayah khatulistiwa dulunya adalah hutan hujan tropis. Memang cukup aneh untuk memikirkan betapa berbedanya iklim di Pangea.

Namun, yang lebih gila lagi adalah bagaimana para ilmuwan dapat menggunakan sesuatu yang kecil seperti endapan batu bara untuk memahami benua kuno itu.

5. Kehidupan binatang di Pangea

wired.com

Sekilas, Pangea tampak seperti daratan yang bisa kita temukan di planet lain. Tentunya, makhluk yang hidup pada saat itu juga sangat berbeda dari makhluk-makhluk yang biasa kita lihat saat ini. Sebuah keluarga hewan bernama Traversodontidae pertama kali muncul ketika Pangea masih eksis.

Hewan herbivora itu dipercaya sebagai nenek moyang mamalia yang hidup saat ini. Serangga juga berkembang biak di benua itu. Secara khusus, kumbang dan capung dapat ditemukan di sekitar benua. Selama Periode Trias, muncul lah archosaurus, makhluk yang akan menjadi leluhur buaya dan burung.

Akhirnya, seperti yang dijelaskan sebelumnya, dinosaurus pertama terlihat. Namun, mereka terlihat sedikit berbeda dari yang kita duga. Para peneliti percaya kalau para dinosaurus ini memiliki tulang berisi udara dan ditutupi bulu.

6. Kepunahan massal yang terjadi

theconversation.com

Saat ini, sebagian besar spesies hewan berada di ambang kepunahan. Kepunahan massal memang jarang terjadi. Meski begitu, hal itu telah terjadi berulang kali di masa lalu dan akan terjadi lagi di masa depan.

Di akhir Periode Permian, atau sekitar 252 juta tahun yang lalu, sebuah kepunahan massal terjadi. Periode waktu ini dikenal sebagai "The Great Dying." Hanya dalam waktu 100.000 tahun, mayoritas spesies yang hidup di atas planet bumi musnah.

Para ilmuwan memperkirakan kalau lebih dari 95 persen spesies laut punah dan lebih dari 70 persen hewan darat punah. Meski begitu, ada beberapa spesies yang selamat. Spesies dinosaurus pertama juga terlihat pada masa ini.

Baca Juga: 8 Fakta Menarik Gurun Antartika, Terbesar di Dunia, Lho!

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya