TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 Pemimpin Militer dengan Strategi Paling Inovatif Sepanjang Sejarah

Mereka dikenal karena kejeniusannya di medan perang

factinate.com

Ada beberapa kualitas yang bisa membuat seorang pemimpin militer menjadi hebat. Misalnya taktik yang cemerlang, kepemimpinan yang menginspirasi, dan berani mengambil risiko di saat yang tepat. Namun ada satu kualitas lain yang paling sering diabaikan, yaitu inovasi.

Kemampuan untuk memikirkan taktik yang tidak biasa dan menipu musuh dapat membuat sebuah pasukan memenangkan pertempuran, bahkan saat berada di posisi yang tidak menguntungkan. Berikut 9 pemimpin militer dengan strategi paling inovatif sepanjang sejarah.

1. Skanderbeg

historytoday.com

Gjergj Kastrioti, atau lebih dikenal sebagai Skanderbeg, adalah mantan pemimpin militer Ottoman yang membelot untuk memimpin pemberontakan Albania melawan Turki. Dia adalah seorang jenderal bertubuh besar, dengan total 15.000 pasukan di sisinya.

Selama 25 tahun, ia melakukan perang gerilya melawan Ottoman, menggunakan medan pegunungan untuk keuntungannya dan terus menghina Ottoman dengan menargetkan jalur pasokan mereka.

Taktik inovatif Skanderbeg terlihat selama Pertempuran Ujebardha pada tahun 1457. Ottoman menyerang dengan sekitar 90.000 orang melawan pasukan Skanderbeg yang kurang dari 20.000.

Memahami bahaya yang bisa ditimbulkan oleh pasukan Ottoman, Skanderbeg membuat pasukannya terpecah menjadi beberapa pasukan, menyebar ke gunung-gunung, dan tetap tidak terlihat selama mungkin.

Setelah lima bulan mencari di pegunungan, pemimpin Ottoman menjadi frustrasi dan percaya bahwa Skanderbeg telah menyerah. Begitu mereka melonggarkan pertahanannya, Skanderbeg melancarkan serangan kejutan ke kemah pasukan Ottoman di mana sekitar 30.000 Ottoman meninggal dan berhasil ditangkap.

Baca Juga: Joan of Arc: Dara Prancis yang Mekar di Tengah Perang Seratus Tahun

2. Alexander the Great

biography.com

Alexander the Greatatau Alexander Agung adalah seorang penakluk dunia yang paling dikenal pada masanya. Pada saat kematiannya, kerajaannya menyebar dari Yunani ke India, dan sebagian besar pertempurannya berhasil dimenangkan saat menghadapi pasukan yang lebih besar. Contoh terbaik dari kemampuan inovatif Alexander terjadi selama pengepungan Tirus pada 332 SM.

Tirus adalah sebuah kota yang berada di pulau kecil yang sekarang berada di wilayah Lebanon, dengan tembok yang mengelilinginya sejauh garis pantai. Pertahanan ini membuat Tirus sangat sulit untuk ditembus, jadi Alexander menyusun sebuah rencana inovatif untuk merebutnya.

Dia membangun jalan lintas 1 kilometer ke Tirus agar bisa menggunakan pasukannya dalam pengepungan. Dia juga membangun dua menara pengepungan setinggi 50 meter yang memungkinkan ketapelnya dapat menembak dinding yang dilindungi. Kemudian angkatan lautnya memblokade kota.

Ketika Alexander akhirnya menaklukkan Tirus, sebagian besar penduduknya dibantai dan dijual sebagai budak. Walau demikian, kecerdikannya dalam menaklukkan Tirus sangatlah brilian, terutama mengingat sulitnya invasi ke dalam kota tersebut.

3. Tokugawa Ieyasu

liberaldictionary.com

Tokugawa Ieyasu adalah shogun yang menyelesaikan pekerjaan Oda Nobunaga dan berhasil menyatukan Jepang. Pemerintahannya dikenal sebagai Keshogunan Tokugawa, yang bertahan lebih dari 250 tahun.

Selama perang, Nobunaga mencoba menaklukkan Jepang bersama Ieyasu sampai kematiannya pada tahun 1582. Pertempuran Mikatagahara pada tahun 1573 menunjukkan kemampuan Ieyasu untuk membuat keputusan yang berisiko.

Saat itu Ieyasu dan 14.000 pasukannya berhadapan melawan Takeda Shingen dan 27.000 pasukannya. Pasukan Ieyasu pun berhasil dihancurkan, dan hanya lima orang yang menemaninya kembali ke Kastil Hamamatsu.

Saat seisi kastil panik dan kavaleri musuh mendekat, Ieyasu membuat keputusan yang brilian. Dia membiarkan pertahanan kastil terbuka, dengan obor yang menyala dan drum perang dimainkan untuk memberi kesan pasukan yang lebih besar sedang mundur teratur.

Pasukan Shingen berasumsi bahwa ini adalah jebakan dan tidak berani untuk menyerang, alih-alih malah membuat kemah untuk beristirahat. Saat pasukannya tidur, sekelompok kecil ninja Ieyasu menyerang kemah dan ​​menyebabkan kekacauan di dalamnya.

Dikombinasikan dengan ketakutan bahwa Nobunaga sedang dalam perjalanan dengan pasukan bantuan, Shingen pun mundur kembali ke bentengnya.

4. Subutai

camrea.org

Salah satu "anjing perang" Jenghis Khan, Subutai adalah salah satu jenderal Mongol yang paling dihormati sepanjang masa. Dia terkenal karena penyerangannya ke Eropa, hampir selalu menghadapi pasukan yang lebih besar, dan berhasil menang dengan menggunakan mobilitas yang luar biasa dan strategi yang cemerlang.

Jika bukan karena kematian Ogedei Khan, putra dan pengganti Jenghis Khan, Eropa tidak akan bisa menghentikan pasukan Subutai. Dalam serangan kavaleri pertamanya ke Eropa, Subutai bertempur di Pertempuran Sungai Kalka.

Dengan 20.000 orang, dia mengintai dan bertempur di Eropa Timur melawan pasukan koalisi sekitar 80.000 orang di bawah pimpinan Rus Kievan.

Subutai menyadari bahwa dia tidak bisa mengalahkan tentara lawan yang berusaha mengepungnya, jadi dia menggunakan taktik favorit orang-orang Mongol, "penerbangan pura-pura."

Di sini tentara Mongol berpura-pura telah dialihkan dan melarikan diri. Musuh jatuh ke tipu muslihat ini dan mengejar orang-orang Mongol sampai ke Sungai Kalka, di mana Subutai sudah menunggu mereka dalam formasi pertempuran. 

Dengan menggunakan mobilitas dan medan perang yang menguntungkan kuda-kuda mereka, bangsa Mongol berhasil menghancurkan pasukan musuh dengan korban yang diyakini lebih dari 70.000 orang.

5. Horatio Nelson

fakenhamtimes.co.uk

Laksamana dan pahlawan nasional Inggris, Horatio Nelson, adalah salah satu komandan angkatan laut terbaik dalam sejarah. Kampanyenya melawan Prancis dan Spanyol menegaskan dominasi angkatan laut Inggris Raya, dan memupus harapan Napoleon untuk menginvasi dataran Britania.

Pertempuran Trafalgar adalah contoh terbaik dari strategi inovatif Nelson. Kapal-kapal Prancis dan Spanyol sedang bergerak ketika dia baru mendekati medan pertempuran. Meskipun Nelson kalah jumlah, 33 melawan 41 kapal, ia tetap memiliki strategi untuk menang.

Secara umum, pertempuran angkatan laut dilakukan dengan membariskan kapal untuk saling berhadapan dengan kapal musuh, kemudian saling menembak sebelum pertempuran jarak dekat terjadi.

Tetapi Nelson percaya bahwa pertempuran jarak dekat akan memiliki dampak yang lebih baik, terutama dengan kualitas senapan dan pelaut Inggris yang lebih bagus. Dengan mengingat hal ini, ia mengatur armadanya menjadi dua kolom yang berbeda dan menyerang garis pertahanan Prancis-Spanyol.

Taktik ini berhasil membagi armada musuh menjadi tiga bagian. Setelahnya, armada utama Nelson langsung mengisolasi kapal induk musuh dan melumpuhkannya. Tanpa adanya sosok pemimpin saat diserang oleh Inggris, kapal-kapal Prancis dan Spanyol dengan cepat melarikan diri.

Mereka menderita kerugian yang besar, dengan 21 kapal berhasil ditangkap dan satu tenggelam. Tidak ada kapal Inggris yang hilang, tetapi sayangnya Nelson meninggal karena luka tembak selama pertempuran.

6. Scipio Africanus

pinterest.com

Scipio Africanus adalah seorang jenderal Romawi yang berhasil mengubah alur Perang Punisia Kedua dan merebut kemenangan dari Hannibal. Belajar dari kesalahan di Cannae, Scipio mendasarkan strateginya pada gaya Hannibal, yang kemudian dikenal sebagai "membalikkan Cannae" di Pertempuran Ilipa.

Membalikkan Cannae adalah strategi di mana Scipio mengepung pasukan Kartago dengan membuat pasukan kavaleri lebih cepat daripada anggota pasukan lainnya.

Scipio menggunakan taktik cerdik, seperti menyerang Kartago di pagi hari, dan mengembangkan metode untuk menghentikan gajah Kartago yang telah meneror Romawi sejak awal perang.

Scipio melakukan manuver inovatif lain ketika ia menyerbu Afrika. Saat ia menemukan kemah Kartago, ia menyuruh pasukannya untuk menyalakan api di beberapa titik kemah saat pasukan musuh sedang tertidur.

Ketika para Kartago yang ketakutan dan terkejut berlari keluar dari kemah yang terbakar, para prajurit Romawi sudah menunggu di luar. Diperkirakan 40.000 tentara Kartago tewas dalam pertempuran ini.

7. Oda Nobunaga

bigbadtoystore.com

Oda Nobunaga adalah seorang pemimpin militer abad ke-16 yang menggerakkan penyatuan Jepang dan berahsil menaklukkan sepertiga dari negara itu sebelum kematiannya. Meskipun ia adalah penguasa yang brutal, tidak dapat dipungkiri jika catatan militernya sangatlah luar biasa.

Pada 1560, Oda Nobunaga menunjukkan kecerdikan dan keterampilan militernya selama Pertempuran Okehazama, di mana ia mengalahkan pasukan yang jauh lebih besar dengan cara menipu mereka.

Dipimpin oleh Imagawa Yoshimoto, musuh memiliki pasukan berjumlah 35.000 orang sedangkan Nobunaga hanya memiliki 2.500 orang. Pasukan Yoshimoto berkemah di dekat benteng milik Nobunaga, tetapi tidak menyadari betapa kecil pasukan yang menjaganya.

Untuk mencegah serangan cepat, Nobunaga meninggalkan beberapa orang di benteng untuk mendirikan bendera perang dan spanduk, membuatnya terlihat seperti dia memiliki pasukan yang jauh lebih besar.

Kemudian Nobunaga memimpin sisa pasukannya di belakang kemah musuh. Pasukan Yoshimoto malah merayakan kemenangan mereka saat ada badai datang, yang digunakan oleh pasukan Nobunaga untuk menutupi kedatangan mereka.

Begitu serangan dimulai, pertumpahan darah pun terjadi. Musuh bingung dan dibantai, dengan sebagian besar melarikan diri dari kemah. Bahkan Yoshimoto meninggal dan berhasil dipenggal saat mencoba menahan serangan Nobunaga.

8. Julius Caesar

history.com

Julius Caesar memiliki catatan militer yang luar biasa. Pikirannya yang cemerlang sanggup membayangkan beberapa metode yang paling cerdik untuk mengalahkan dan mengalahkan lawan-lawannya.

Salah satunya adalah jembatan di atas Sungai Rhine yang dibangun oleh pasukan legionnya. Jembatan strategis ini dianggap sebagai "mahakarya teknik militer" dan memungkinkan pasukannya memiliki mobilitas untuk melewati hambatan alami ini.

Mungkin Pertempuran Alesia dapat menggambarkan kejeniusan dari strategi militer Caesar. Saat itu Caesar sedang mengepung sebuah benteng kokoh di puncak bukit karena serangan langsung terhadap pasukan Galia tidak akan berguna.

Dia tahu bahwa persediaan makanan di benteng tidak akan bertahan lama dengan 80.000 penduduk di dalamnya. Untuk membuat blokade sempurna, Caesar membangun satu set tembok di sekitar benteng untuk menghentikan siapa pun yang akan masuk atau pergi, sebuah strategi yang disebut circumvallation.

Caesar tahu bahwa pasukan bantuan pasti akan tiba, jadi dia memutuskan untuk membangun rangkaian pertahanan kedua di sekitar pasukannya. Langkah brilian ini membuatnya dapat terus mengepung benteng sambil mempertahankan pasukannya dari pasukan bantuan musuh yang akan menyerang dari belakang.

Sayangnya, pasukan bantuan musuh berhasil menerobos titik lemah di benteng dan menyerang pasukan Caesar. Para legiunnya kalah telak karena jumlah musuh jauh lebih banyak, dan pasukan Galia di dalam benteng menyerang pada saat yang bersamaan.

Caesar pun mengatur detasemen kavaleri kecil sekitar 6.000 orang, dan menyerang bagian belakang pasukan bantuan musuh. Khawatir bahwa pasukan kedua Caesar akan tiba, pasukan Galia yang panik terpecah dan melarikan diri.

Vercingetorix, pemimpin Galia, menyerahkan benteng dan dirinya sendiri. Strategi yang cemerlang ini berhasil mengamankan Italia utara, Prancis, Belgia, dan sebagian besar Belanda dalam kekuasaan Romawi.

Baca Juga: Kisah Napoleon Bonaparte, Kaisar Terbesar dalam Sejarah Prancis

Verified Writer

Shandy Pradana

"I don't care that they stole my idea. I care that they don't have any of their own." - Tesla // I am a 20% historian, 30% humanist and 50% absurdist // For further reading: linktr.ee/pradshy

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya