Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal Titanic

Sudah ada sejak puluhan tahun silam

Berita terkait hilangnya kapal selam Titan yang sedang melakukan ekspedisi menuju bangkai kapal Titanic pada 19 Juni 2023 lalu sempat menggemparkan dunia. Dikabarkan bahwa kapal wisata ini hilang kontak dengan penjaga pantai setelah satu jam 45 menit menyelam dengan kedalaman 3.800 meter.

Setelah empat hari masa pencarian, pada Jumat (23/6/2023) tim menyatakan bahwa kapal selam milik OceanGate tersebut dinyatakan hancur dengan seluruh penumpang yang berjumlah lima orang dipastikan tewas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya puing-puing besar di dekat badan Titanic yang diduga milik kapal selam tersebut.

Selama beberapa dekade, industri jelajah kapal Titanic telah menarik perhatian banyak turis. Hal ini dikarenakan kepopuleran Titanic yang tak pudar dimakan waktu meski telah lebih dari satu abad sejak tenggelam pada tahun 1912. Namun, dibalik kepopulerannya, amankah ekspedisi wisata ini bagi kelestarian situs Titanic itu sendiri? Baca artikel ini hingga selesai untuk mendapatkan jawabannya.

1. Puing kapal Titanic pertama kali ditemukan pada tahun 1985

Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal Titanicilustrasi badan kapal tenggelam di dasar laut (flickr.com/jfriese)

Dijelaskan dalam laman National Geographic, kapal Titanic dikabarkan tenggelam pada tahun 1912 setelah menabrak gunung es di Samudera Atlantik. Beberapa dekade kemudian tepatnya pada tahun 1985, seorang perwira angkatan laut AS, Robert Ballard dan rekannya, Jean-Louis Michel mengaku menemukan lokasi peristirahatan kapal legendaris tersebut. Pengakuan ini diperkuat dengan pernyataan mereka di hadapan Kongres Amerika Serikat.

Penemuan bangkai Titanic ini tak lepas dari peran Argo, perangkat dengan sistem kamera televisi dan sonar yang membantu menemukan puing-puing Titanic. Argo dikembangkan oleh Woods Hole Oceanographic Institution dengan kemampuan menangkap gambar dengan sudut pandang lebar yang berjarak 50-100 kaki dari dasar laut. Alat inilah yang pertama kali menangkap gambar dari puing kapal Titanic.

2. Operasi penyelamatan puing-puing kapal Titanic

Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal Titanicilustrasi penyelaman di dasar laut (unsplash.com/NOAA)

Titanic dianggap sebagai kapal yang bernilai sejarah tinggi dan reruntuhan kapalnya menjadi barang yang berharga. Setelah berita ditemukannya kapal Titanic menyebar, banyak pihak yang berbondong-bondong untuk mengambil benda-benda yang tersisa dengan dalih sebagai upaya dokumentasi dan pelestarian.

Dijelaskan dalam laman Discover Titanic, untuk menghindarkan Titanic dari tangan oknum tidak bertanggung jawab, akhirnya operasi penyelamatan berbagai artefak dari kapal ini secara resmi dilakukan oleh Titanic Ventures Limited Partnership (TVLP) dan Institut Penelitian Prancis untuk Eksploitasi Laut (IFREMER) pada tahun 1987. Sebanyak 1.800 benda diselamatkan dan diangkat dari dasar laut untuk selanjutnya diamankan dan didokumentasikan.

3. Kondisi fisik kapal Titanic di dasar laut

Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal Titanicpenampakan haluan kapal Titanic di dasar laut (commons.wikimedia.org)

Titanic yang tenggelam mengalami kerusakan secara signifikan akibat benturan keras dengan dasar laut. Diketahui bahwa kapal Titanic terbagi menjadi dua bagian yaitu haluan dan buritan yang terpisah dengan jarak sekitar 800 meter. Sementara puing-puing besar lainnya mengelilingi di sekitar badan inti kapal.

Mengutip laman BBC, perlahan kerangka besi kapal tersebut keropos akibat arus laut yang kuat, korosi garam, dan aktivitas bakteri pemakan logam. Sebuah penyelaman yang dilakukan perusahaan Triton Submarines di tahun 2019 menemukan bahwa sebagian besar kapal tersebut telah runtuh. Laman ABC News menyebutkan bahwa pihak UNESCO memperkirakan situs kapal Titanic ini akan hilang pada tahun 2050.

4. Tren ekspedisi jelajah bangkai kapal Titanic

Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal TitanicKapal selam Titan milik OceanGate yang dinyatakan hilang pada Minggu (18/6/2023) (oceangateexpeditions.com)

Dilansir National Geographic, pada tahun 1998, perusahaan Deep Ocean Expeditions termasuk yang pertama dalam melakukan perjalanan wisata Titanic dengan tiket terjual seharga 32.500 USD. Di tahun 2012, perusahaan Rob McCallum juga mengadakan tur selama 12 hari yang mengangkut 20 penumpang dengan penjualan seharga 59.000 USD per tiketnya.

Kemudian pada tahun 2019, perusahaan Blue Marble bekerjasama dengan OceanGate Expeditions untuk menjalankan wisata kapal Titanic dengan harga tiket dibanderol sebesar 105.129 USD. Barulah pada tahun 2021 dan 2022 OceanGate sukses melakukan ekspedisi tunggalnya dengan perencanaan sebanyak 18 penyelaman hingga tahun 2023.

5. Risiko menjelajahi bangkai kapal di dasar laut

Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal Titanicilustrasi kapal tenggelam di dasar laut (unsplash.com/NOAA)

Robert Ballard dalam National Geographic menuturkan bahwa menjelajahi bangkai kapal di dasar laut memiliki risiko bahaya seperti terjerat jaring ikan atau kabel bawah laut. Risiko lainnya yang lebih berbahaya adalah terjadinya ventilasi hidrotermal. James Cameron, sutradara film Titanic juga menyatakan hal serupa bahwa kapal karam merupakan sesuatu yang memuat berbagai unsur risiko bahaya.

Mengutip Divers Alert Network, berikut beberapa risiko bahaya penjelajahan bangkai kapal di dasar laut.

  • Disorientasi atau tersesat di dalam lambung kapal yang disebabkan bagian-bagian kapal yang sempit dan tidak bisa dilewati;
  • Lapisan lumpur tebal yang menumpuk di permukaan kapal atau dasar laut dapat menyembur akibat rangsangan gesekan air yang akhirnya menghalangi penglihatan penyelam;
  • Risiko tergores besi-besi karat yang tajam;
  • Kontaminasi zat berbahaya seperti cat kapal yang berbahan dasar timbal. Bahan-bahan ini mungkin saja masih tersimpan di lumpur bawah laut;
  • Ancaman serangan hewan bawah laut seperti sengatan ubur-ubur yang bisa terjadi secara tiba-tiba.

6. Efek kegiatan ekspedisi terhadap kelestarian bangkai kapal Titanic

Sejarah Ekspedisi Wisata Bangkai Kapal Titanicilustrasi miniatur kapal Titanic (unsplash.com/Edwin Petrus)

Sebagai upaya perlindungan dan pelestarian situs kapal Titanic, pada tahun 2012 UNESCO memasukkannya ke dalam daftar Perlindungan Warisan Budaya Bawah Air. Kemudian di tahun 2020, Inggris dan Amerika Serikat sepakat bekerjasama untuk menolak segala bentuk permintaan untuk masuk dan mengambil artefak dari situs kapal ini.

Bangkai kapal di dasar laut akan menciptakan stalaktit karat akibat digerogoti oleh bakteri logam. Stalaktit karat ini bersifat rapuh dan mudah hancur jika terkena rangsangan gangguan dari luar. Arus laut yang kuat menjadi salah satu penyebab umumnya.

Meskipun kapal selam ekspedisi tidak berniat menyentuh bangkai kapal Titanic, tetapi mereka masih dapat merusaknya dari jarak jauh misalnya dengan gesekan ombak yang dihasilkan kapal wisata itu sendiri. Bahkan dilaporkan dari Telegraph, sebuah ekspedisi yang diselenggarakan oleh EYOS Expeditions di tahun 2019 menabrak Titanic dan dengan sengaja menghilangkan bukti penabrakan tersebut. Kejadi serupa mungkin saja masih bisa terjadi di kemudian hari yang tentunya akan sangat membahayakan keutuhan bangkai kapal Titanic ini.

Hal yang menjadi perbincangan saat ini adalah masih adakah ruang untuk manusia melakukan eksplorasi secara langsung di kedalaman laut, atau mungkin ada teknologi masa kini yang mampu melakukannya sendiri tanpa harus melibatkan manusia di dalamnya. Namun, hal ini pun masih menuai pro dan kontra terkait kepuasan dan kepercayaan akan keaslian dari indera manusia secara langsung dibandingkan penglihatan oleh teknologi.

Baca Juga: Kemenhub Bantu Cari Korban Hilang Kapal Tenggelam di Kepulauan Seribu

Ana Hanifatul Photo Verified Writer Ana Hanifatul

Perempuan random, absurd, penikmat roti dicelupin susu atau teh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya