5 Fakta Katak Beracun Kepala Merah, si Cantik yang Pemalu!

Jangan sampai tertipu dengan penampilan penuh warnanya

Katak beracun kepala merah (Ranitomeya fantastica) masih tergabung dalam keluarga katak panah beracun (famili Dendrobatidae). Jenis yang satu ini dikenal berkat penampilannya yang sangat menarik, terutama dari segi warna. Katak beracun kepala merah memiliki kepala dengan warna merah atau jingga, tetapi bagian tubuh justru berwarna biru dengan beberapa bercak hitam di beberapa bagian tubuh lain.

Umumnya, katak beracun kepala merah betina punya ukuran yang lebih besar dari jantannya. Mereka diketahui bisa tumbuh hingga 20 mm. Selain soal warna tubuh yang unik, katak beracun kepala merah juga memiliki deretan fakta menarik lainnya yang sayang untuk dilewati. Pastinya makin penasaran, kan? Yuk, kenalan lebih dekat dengan spesies katak cantik yang satu ini!

1. Peta persebaran dan habitat

5 Fakta Katak Beracun Kepala Merah, si Cantik yang Pemalu!katak beracun kepala merah di antara vegetasi hutan yang jadi habitat alaminya (uk.inaturalist.org/Josh Allen)

Katak beracun kepala merah dapat dijumpai di Amerika Selatan. Dilansir Animalia, mereka merupakan hewan endemik Peru yang juga bisa ditemui di wilayah San Martin dan Loreto. Di alamnya, katak beracun kepala merah menyukai tempat-tempat yang lembap dan penuh dengan vegetasi.

Baik itu hutan hujan primer maupun sekunder dengan rentang ketinggian 200—600 meter di atas permukaan laut, semua bisa saja menjadi rumah dari katak ini. Di habitat alaminya, katak ini lebih banyak beraktivitas di tanah, terutama di area yang dekat dengan aliran air. Akan tetapi, dalam beberapa observasi, diketahui juga kalau katak beracun kepala merah juga suka memanjat dan berdiam diri di batang ataupun atas pohon di sekitar wilayahnya.

2. Sangat pemalu

5 Fakta Katak Beracun Kepala Merah, si Cantik yang Pemalu!potret katak beracun kepala merah dewasa (uk.inaturalist.org/Josh Allen)

Untuk mencari keberadaan katak beracun kepala merah, peneliti memerlukan usaha yang lebih dari biasanya. Sebab, selain dapat berbaur dengan sempurna di habitat alaminya, katak ini punya kecenderungan pemalu sehingga akan menghindari manusia jika terdeteksi sedang mendekat. Oleh karena itu, butuh waktu-waktu tertentu agar peneliti bisa dengan mudah menjumpai katak ini di habitat alaminya.

Dilansir Understory Enterprises, katak beracun kepala merah akan langsung bersembunyi di bawah tumpukan dedaunan atau batang kayu yang jatuh. Mengingat kelembapan jadi faktor penting bagi katak ini agar bisa bertahan, peneliti umumnya akan mencari katak ini ketika musim kemarau. Sebab, katak ini akan keluar dengan sendirinya dari tempat persembunyian seketika setelah hujan pada musim-musim kering.

 

Baca Juga: 5 Fakta Unik Burung Oxpecker, Selamatkan Badak dari Manusia!

3. Racun di kulitnya bukan hasil produksi sendiri

5 Fakta Katak Beracun Kepala Merah, si Cantik yang Pemalu!Katak beracun kepala merah memperoleh racunnya dari sumber eksternal. (uk.inaturalist.org/Ewen Amossé)

Meski terkenal dengan racun di tubuhnya, ternyata katak beracun kepala merah tidak memproduksi racunnya secara alami. Fakta ini diketahui lantaran katak-katak yang dipelihara tidak menghasilkan jenis racun yang sama. Adapun, habitat alami dan makanan katak inilah yang punya peran penting dalam pembentukan racun di tubuhnya.

Jungle Jewel Exotics melansir bahwa serangga, invertebrata kecil, dan artropoda kecil, yang jadi sumber makanan utama katak beracun kepala merah, merupakan sumber racun dari katak ini. Sebab, makanan-makanan katak ini ada yang mengonsumsi tanaman kandungan alkaloid maupun racun lainnya sebelum akhirnya dikonsumsi lagi oleh si katak. Bagi katak beracun kepala merah, racun yang disimpan pada kelenjar di sekujur kulitnya ini tidak berbahaya bagi dirinya sendiri, tetapi cukup digunakan sebagai alat pertahanan diri dari predator-predator yang mencoba memburu mereka.

4. Sistem reproduksi

5 Fakta Katak Beracun Kepala Merah, si Cantik yang Pemalu!katak beracun kepala merah dewasa yang sedang membawa berudu di pundaknya (uk.inaturalist.org/Tom Kirschey)

Sama seperti jenis amfibi lainnya, katak beracun kepala merah bereproduksi dengan cara bertelur. Untuk menarik betina di sekitarnya, katak jantan akan mengeluarkan suara keras dengan durasi sekitar 5—10 detik. Diketahui kalau jantan mengambil peran yang lebih ketika betina sudah mengeluarkan telurnya.

Dilansir Amphibia Web, katak beracun kepala merah betina akan mengeluarkan telurnya di bawah satu tanaman air. Biasanya, katak betina akan menghasilkan 4—6 telur dalam 1 masa reproduksi. Setelah itu, katak jantan akan memindahkan telur-telur yang dikeluarkan betina ke beberapa tanaman air lain di sekitarnya. Hal ini berfungsi agar nantinya anakan yang sudah menetas tidak melakukan kanibalisme terhadap saudaranya. Selama menunggu proses menetas, jantan akan terus menjaga telur-telurnya di sekitar.

 

5. Bahaya yang mengintai populasi katak beracun kepala merah

5 Fakta Katak Beracun Kepala Merah, si Cantik yang Pemalu!potret katak beracun kepala merah dewasa di atas daun (uk.inaturalist.org/Josh Allen)

Saat ini, populasi katak beracun kepala merah di alam liar memang belum mencapai angka yang sangat rendah. Akan tetapi, tren penurunan populasi sangat jelas terjadi bagi spesies katak yang satu ini. Terlebih lagi, penyebab penurunan populasi dari katak cantik yang satu ini adalah kita, manusia.

Menurut Amphibia Web, habitat alami katak beracun kepala merah cenderung dekat dengan tempat tinggal manusia. Oleh karena itu, kehilangan habitat akibat pembukaan lahan jadi ancaman serius bagi mereka. Belum lagi, kecantikan warna tubuhnya membuat katak ini jadi target para pemburu untuk diambil dan dijual ke toko-toko hewan yang menjualnya sebagai hewan peliharaan eksotis.

Sama seperti jenis katak panah beracun lain, katak beracun kepala merah di alam liar juga sama berbahayanya jika disentuh oleh manusia. Itu sebabnya, kontak secara langsung tidak disarankan jika berjumpa dengan katak yang satu ini. Biarpun berbahaya, kamu pasti setuju kalau katak yang satu ini punya pesona yang menarik dari warna tubuhnya, bukan?

Baca Juga: 5 Fakta Unik Ibisbill, Penghuni Himalaya yang Jarang Terekspos

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Penulis yang suka menulis dengan tema sains, alam, dan teknologi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya