5 Fakta Seladang, Termasuk Jenis Sapi Liar yang Masih ada di Dunia

Jadi inspirasi maskot Red Bull?

Pada era modern ini, hampir seluruh jenis sapi yang ada merupakan jenis yang sudah didomestikasikan oleh manusia. Padahal, jika kita menelusuri rekam jejaknya, sebenarnya sapi-sapi yang dirawat dan dimanfaatkan manusia saat ini memiliki nenek moyang yang berasal dari alam liar. Kalaupun bukan berasal dari sapi liar yang didomestikasikan, asal mereka bisa saja dari kawin silang antara beberapa keluarga Bovidae yang ada di alam liar dengan sapi peliharaan.

Nah, salah satu jenis sapi liar yang masih bisa eksis hingga saat ini adalah seladang atau gaur (Bos gaurus). Mereka jadi bagian dari keluarga Bovidae yang hidup di sekitar Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Ciri fisik sapi liar ini adalah tubuhnya yang berwarna hitam dan kecokelatan dengan sedikit corak putih pada keempat kakinya serta tanduk yang relatif besar. Selain hal-hal tersebut, seladang juga punya sejumlah fakta unik lain yang tentunya sayang untuk dilewatkan. Kamu penasaran, kan? Keep scrolling, ya!

1. Ukurannya relatif besar

5 Fakta Seladang, Termasuk Jenis Sapi Liar yang Masih ada di Duniaseladang yang memiliki tanduk berukuran relatif besar (commons.wikimedia.org/Dr. Raju Kasambe)

Sebagai bagian dari keluarga Bovidae, ukuran dari seladang relatif besar. Dilansir World Atlas, tingginya saja bisa mencapai 1,7—2,2 meter. Panjang ujung kepala hingga ujung ekornya sekitar 2,5—3,3 meter dan bobotnya bisa mencapai 700—1.000 kg. 

Tak hanya itu, area punggung dan dada dari hewan ini cenderung sangat berisi yang menambah kesan kekar dari mereka. Belum lagi sepasang tanduk yang ada di kepalanya bisa tumbuh hingga panjang 80 cm pada masing-masing sisinya. Dengan ukuran itu, selain jadi salah satu keluarga Bovidae dengan ukuran jumbo, seladang juga jadi jenis sapi liar dengan ukuran terbesar di dunia.

2. Bisa hidup pada berbagai habitat

5 Fakta Seladang, Termasuk Jenis Sapi Liar yang Masih ada di DuniaKelompok seladang sedang mencari makan di sekitar padang rumput. (commons.wikimedia.org/Shino jacob koottanad)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, konsentrasi peta persebaran seladang berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara. India, Bangladesh, Bhutan, China, Vietnam, Thailand, Kamboja, Laos, Myanmar, hingga Malaysia jadi negara-negara tempat kita bisa menjumpai hewan yang satu ini. Selain tersebar di banyak negara, pilihan habitat dari seladang juga sama beragamnya.

Menurut Thai National Parks, seladang umumnya ditemui di hutan dengan kelembapan tinggi. Akan tetapi, di beberapa kantong populasi, mereka juga hidup di sekitar perbukitan, hutan bambu, hingga padang rumput. Ditambah lagi, mereka juga bisa hidup di berbagai kondisi ketinggian. Seladang diketahui bisa berada di daerah dengan ketinggian 0 hingga 2.800 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Kuda Nil, Ternyata Gak Bisa Berenang

3. Hidup secara berkelompok

5 Fakta Seladang, Termasuk Jenis Sapi Liar yang Masih ada di DuniaKelompok seladang terdiri atas satu jantan dominan dan beberapa ekor betina. (commons.wikimedia.org/Jenis patel)

Sama seperti keluarga Bovidae lainnya, seladang hidup secara berkelompok. Animalia melansir bahwa kelompok seladang biasanya terdiri atas 8—11 individu walaupun pada beberapa kasus bisa lebih dari itu. Kelompok ini menempati area seluas 78 kilometer persegi dan dipimpin oleh seekor betina yang sudah berumur dan hanya ada seekor jantan dominan.

Pembagian tugas dalam kelompok pun cukup jelas. Para betina bertugas untuk membesarkan anak-anak, sedangkan pejantan menjaga teritorialnya dari penyusup. Ketika merasa terancam, pejantan dominan tak segan untuk menyerangnya dengan tubuh dan tanduk besarnya. Selain itu, jika salah satu anggota kelompok mendeteksi adanya predator, mereka bisa melakukan panggilan khusus berupa suara siulan untuk memperingatkan anggota kelompoknya yang lain.

Di luar sistem kelompok itu, biasanya para pejantan tua lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyendiri. Selain itu, pejantan muda cenderung lebih suka membentuk kelompok lain yang berisi pejantan-pejantan muda lain. Ketika dirasa cukup dewasa, para pejantan muda itu akan menantang pejantan dominan dalam satu kelompok untuk memperebutkan hierarki pada kelompoknya.

4. Sistem reproduksi dari seladang

5 Fakta Seladang, Termasuk Jenis Sapi Liar yang Masih ada di Duniapotret seladang dewasa yang menyendiri (commons.wikimedia.org/Davidvraju)

Musim kawin bagi seladang terjadi antara April hingga Mei. Uniknya, pada masa tersebut, para pejantan muda yang membentuk kelompok sendiri itu turut bergabung bersama kelompok besar. Nantinya, mereka bersama dengan jantan dominan dalam kelompok itu akan mengawini para betina.

Menurut Thai National Parks, para pejantan tidak bertarung untuk memperebutkan betina. Bahkan, sangat jarang terekam pertarungan antarpejantan karena semuanya berdasarkan ukuran tubuhnya. Ketika akan kawin, seladang jantan akan membuat panggilan-panggilan khusus untuk menarik perhatian betinanya.

Setelah masa kawin selesai pada Mei atau Juni, para pejantan pendatang akan pergi dari kelompok besar itu. Betina lalu akan hamil selama kurang lebih 275 hari dan umumnya melahirkan seekor atau dua ekor anak saja. Setelah disusui selama 7—12 bulan, anak-anak seladang akan belajar untuk hidup mandiri. Sementara, untuk mencapai kematangan secara seksual, seladang jantan maupun betina butuh waktu setidaknya 2—3 tahun.

5. Aktivitas manusia membuat pola hidup mereka berubah

5 Fakta Seladang, Termasuk Jenis Sapi Liar yang Masih ada di DuniaBeberapa ekor seladang dipelihara di Kebun Binatang Bronx, New York. (commons.wikimedia.org/Cyndy Sims Parr)

Di habitat yang tidak ada aktivitas manusia, seladang cenderung aktif pada siang hari. Akan tetapi, menurut Thai National Parks, keberadaan manusia di sekitar membuat seladang terpaksa harus mengubah waktu aktifnya menjadi malam hari. Selain memaksa mereka mengubah waktu aktivitas, kehadiran manusia di habitatnya juga berdampak buruk pada populasi mereka. 

Dalam catatan IUCN Red List, saat ini populasi seladang di alam liar hanya tersisa 6 ribu—21 ribu individu dengan jumlah yang terus menurun. Deforestasi, wabah penyakit dari sapi domestik, hingga perburuan untuk kompetisi jadi ancaman serius bagi seladang di alam liar. Oleh karena itu, saat ini, mereka dikategorikan sebagai hewan yang rentan mengalami kepunahan.

Berkat tubuhnya yang tampak sangat kekar dan berisi itu, seladang dijadikan salah satu maskot minuman energi terkenal di dunia. Hewan inilah yang mengisi logo Red Bull yang terinspirasi dari minuman energi asal Thailand, Gratin Daang. Hayo, siapa yang masih mengira kalau hewan yang ada di logo Red Bull itu adalah seekor banteng?

Baca Juga: 5 Fakta Unik Kucing Persia, Berwajah Datar

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Animal Lovers and Smartphone Enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya