Sejarah Tahun Kabisat, Waktu Spesial yang Terjadi 4 Tahun Sekali

Ada fakta sains di baliknya, lho

Tahun ini, kita akan melewati salah satu waktu paling spesial yang hanya terjadi 4 tahun sekali, yakni tahun kabisat. Kalender Masehi akan menghitung penanggalannya hingga 366 hari, yang artinya ada 1 hari ekstra ketimbang tahun-tahun di luar tahun kabisat. Satu hari tambahan yang spesial itu terjadi pada Februari sehingga akan dihitung 29 hari.

Ada banyak fakta unik soal tahun kabisat, misalnya saja hanya ada 5 juta orang di dunia saat ini yang berulang tahun tepat pada 29 Februari. Karena itu, hanya ada 1 dari 1.461 orang yang lahir pada tanggal tersebut, mengutip History. Di balik keunikannya, ada sejarah penting dari tahun kabisat yang ternyata sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Bahkan, berkat adanya ide tambahan hari pada tahun kabisat ini, ada banyak manfaat yang bisa dirasakan umat manusia, lho. Kira-kira mengapa demikian, ya? Yuk, cari tahu jawaban soal sejarah dari tahun kabisat di bawah ini!

1. Julius Caesar jadi orang pertama yang memperkenalkan tahun kabisat

Sejarah Tahun Kabisat, Waktu Spesial yang Terjadi 4 Tahun Sekalilukisan yang menggambarkan Julius Caesar (kanan) ketika mengisi posisi sebagai diktator Romawi (commons.wikimedia.org/Jaques de Gheyn II)

Kalau bicara soal siapa orang yang pertama memperkenalkan tahun kabisat, ternyata jawabannya adalah diktator Romawi, Julius Caesar. Dirinya mendapat inspirasi dari orang-orang Mesir yang menggunakan kalender Matahari dan telah menghitung 365 hari dalam setahun. Hal ini cukup berbeda dengan keadaan Romawi kala itu yang masih menghitung 354—355 hari dalam kalendernya, mengutip ThoughtCo

Dilansir Britannica, sebelum Julius Caesar mengenalkan kalender Julian, masyarakat Romawi menggunakan sistem kalender berdasarkan peredaran Bulan. Hal inilah yang membuat kalender Romawi Kuno dulunya lebih pendek sekitar 10 hari ketimbang kalender yang menggunakan sistem peredaran Matahari. Menariknya, fase awal sistem penanggalan di Romawi Kuno ternyata hanya memiliki 10 bulan dengan 6 bulan dihitung sebanyak 30 hari dan sisa 4 bulan lainnya memiliki 31 hari. Dengan begitu, dalam setahun, hanya ada 304 hari. Setelah beberapa penyesuaian, ditambahkan lagi 2 bulan baru dan 50 hari disertai penyesuaian tanggal pada bulan-bulan lain sehingga jumlahnya menjadi 354 hari.

Menurut National Geographic, awalnya Julius Caesar mengetahui kalau musim di Romawi bergeser 3 bulan dari jadwal yang seharusnya karena perhitungan kalender menggunakan peredaran Bulan. Kemudian, ada pengaruh sistem kalender orang Mesir dan dibantu oleh pakar astronomi asal Alexandria, yakni Sosigenes. Setelah melakukan beberapa perhitungan, pada tahun 46 SM, Julius Caesar, yang kala itu baru saja meraih gelar diktator Romawi, langsung mengumumkan jumlah hari pada tahun tersebut harus bertambah hingga menjadi 445 hari.

Hal ini bukannya tanpa alasan. Julius Caesar memberlakukan peraturan penanggalan itu demi mengoreksi dan menyesuaikan perbedaan hari dari kalender Matahari dengan kalender Bulan. Dengan begitu, masyarakat bisa memprediksi dengan tepat kapan terjadinya musim baru. Proses inilah yang jadi transisi awal bagi masyarakat Romawi untuk mengubah sistem tanggalnya. Setahun berselang atau pada 1 Januari 45 SM, masyarakat Romawi mulai mencatatkan jumlah hari dalam setahun sebanyak 365,25 hari. Dengan jumlah ini, akan ada 1 hari ekstra tiap 4 tahun sekali dan tanggal spesial itu kemudian dikenal sebagai cikal bakal tahun kabisat.

2. Ada perbedaan antara tahun kabisat versi Julius Caesar dengan tahun kabisat yang kita kenal saat ini

Sejarah Tahun Kabisat, Waktu Spesial yang Terjadi 4 Tahun Sekaliilustrasi yang menggambarkan proses revisi kalender Julian menjadi kalender Gregorian (commons.wikimedia.org/Karmakolle)

Kalender Julian yang digagas Julius Caesar ini sebenarnya turut jadi cikal bakal kalender modern seperti yang kita gunakan saat ini. Akan tetapi, ada sejumlah perbedaan antara kalender ini dengan kalender yang kita gunakan saat ini. Lewat sejumlah revisi dalam perhitungan astronomi, ternyata ada sedikit kesalahan perhitungan sehingga membuat kalender Julian ini sebenarnya punya perbedaan hingga 10—13 hari dari kalender modern.

History melansir bahwa para akademisi mulai menyadari kalau perhitungan kalender Julian meleset sekitar 11 menit dari waktu yang sebenarnya diperlukan Bumi untuk mengorbit Matahari. Alhasil, kala itu terdapat selisih sekitar 10 hari (saat ini selisih 13 hari) dari tanggal yang sebenarnya. Melihat hal tersebut, Paus Gregorius XIII meminta untuk dilakukan revisi terkait sistem penanggalan sehingga menciptakan jenis kalender baru, yakni kalender Gregorian, pada 1582.

Tambahan 1 hari pada Februari itu tidak diubah dalam kalender ini. Tolok ukur utama yang membedakan kalender Gregorian dengan kalender Julian adalah menghilangkan tahun kabisat tiap seratus tahun yang tidak habis dibagi angka 400, misalnya tahun 1700, 1800, dan 1900. Dari perhitungan versi kalender Gregorian ini, ditemukan angka sebesar 365,2425 hari bagi Bumi untuk mengorbit Matahari.

Nah, revisi yang dilakukan pada zaman Paus Gregorius XIII dan menghasilkan kalender Gregorian ini kemudian jadi kalender yang kita gunakan sekarang. Satu hari ekstra ditambahkan pada Februari karena bulan inilah yang paling pendek. Karena itu, tiap tahun kabisat, Februari memiliki tanggal sebanyak 29 hari. Padahal, pada kalender Julian, 1 hari tambahan pada hari kabisat terjadi tiap 23 Februari yang artinya tanggal tersebut akan diulang tiap 4 tahun sekali.

Baca Juga: Daftar Pemain NBA dan WNBA yang Lahir pada Tahun Kabisat

3. Tahun kabisat ternyata memang bisa dijelaskan secara ilmiah

Sejarah Tahun Kabisat, Waktu Spesial yang Terjadi 4 Tahun Sekaliilustrasi Bumi yang sedang mengorbit Matahari (commons.wikimedia.org/Kevin M. Gill)

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, proses pembentukan kalender Julian dan revisinya sehingga memunculkan kalender Gregorian memang menggunakan cara-cara yang ilmiah. Para ahli astronomi pada zamannya dilibatkan untuk menghitung dan memperkirakan berapa hari yang diperlukan Bumi untuk mengitari Matahari sehingga menghasilkan waktu 1 tahun. Pada zaman modern seperti saat ini, perhitungan tersebut sudah bisa dilakukan lebih presisi sehingga kita bisa mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan Bumi untuk mengorbit Matahari.

Dilansir Smithsonian National Air and Space Museum, waktu sebenarnya yang diperlukan Bumi untuk mengorbit Matahari adalah 365,242190 hari. Kalau diubah dalam satuan waktu, artinya Bumi kita perlu sekitar 365 hari 5 jam 48 menit dan 56 detik untuk mengorbit Matahari. Penyebab adanya tahun kabisat atau kelebihan 1 hari tiap periode 4 tahun tersebut disebabkan oleh kelebihan waktu sebanyak 5 jam 48 menit dan 56 detik tiap kali Bumi menyelesaikan orbitnya. Oleh sebab itu, kehadiran tahun kabisat secara ilmiah berfungsi supaya kalender kita dapat menyesuaikan dengan waktu sebenarnya dari orbit Bumi ke Matahari. 

4. Manfaat besar di balik keberadaan tahun kabisat

Sejarah Tahun Kabisat, Waktu Spesial yang Terjadi 4 Tahun Sekaliilustrasi sebuah kalender dalam gadget (pixabay.com/Pexels)

Tahun kabisat tak sekadar jadi tahun saat ada tambahan 1 hari. Keberadaan tahun kabisat punya banyak manfaat bagi umat manusia sehingga kita tidak kebingungan lagi soal waktu. Salah satu yang paling krusial terkait prediksi kita terhadap pergantian musim di Bumi.

Dulu, manusia sulit menebak kapan tanggal atau bulan yang pasti untuk mengetahui pergantian musim. Alhasil, sering kali manusia tak bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi musim baru. Mengutip Live Science, tanpa adanya tahun kabisat, kita akan mengalami perbedaan waktu pergantian musim tiap 700 tahun sekali. Misalnya, kalau kita berhenti menggunakan sistem tahun kabisat hari ini, 700 tahun ke depan musim panas di belahan Bumi utara tidak terjadi pada Juni, melainkan Desember. Berkat tambahan 1 hari pada tahun kabisat, sistem tanggal jadi lebih akurat sehingga datangnya musim baru jadi bisa terukur. Dampaknya, manusia jadi lebih bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi musim yang akan datang.

Menariknya, ternyata kalender Gregorian pun tak sepenuhnya akurat. Dilansir National Geographic, perhitungan kalender Gregorian lebih panjang sekitar setengah menit dari waktu sebenarnya orbit Bumi ke Matahari. Artinya, dalam 3.300 tahun ke depan, kalender Gregorian akan meleset 1 hari dari waktu orbit Bumi yang sebenarnya. Oleh karena itu, pada masa depan, mungkin saja kita akan mengenal sistem kalender baru yang lebih akurat lagi dari kalender Gregorian.

Ternyata membuat sistem kalender itu bukan perkara yang mudah. Perhitungan matematis dan pengamatan astronomi jadi faktor krusial bagi manusia untuk membuat kalender. Perbedaan objek ruang angkasa yang diamati nyatanya memang bisa membuat perbedaan perhitungan tanggal. Inilah yang kemudian membuat kita mengenal berbagai jenis kalender, selain kalender Gregorian, yang digunakan secara global. Jadi, tahun kabisat sebenarnya bukan hanya jadi tahun yang spesial bagi orang yang berulang tahun pada 29 Februari, melainkan juga jadi tahun yang sangat penting bagi sistem kalender kita saat ini.

Baca Juga: 5 Pemain Bola yang Lahir pada Tahun Kabisat, Ultah 4 Tahun Sekali

Anjar Triananda Ramadhani Photo Verified Writer Anjar Triananda Ramadhani

Penulis yang suka menulis dengan tema sains, alam, dan teknologi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya