Apa Benar Ular Bisa Memprediksi Gempa Bumi?

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam paling mematikan yang harus dihadapi manusia. Kematian akibat gempa bumi biasanya disebabnya cedera parah karena runtuhnya bangunan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 1998 hingga 2017 hampir 750 ribu orang di seluruh dunia meninggal akibat gempa bumi. Pasalnya, gempa bumi dapat terjadi di mana saja, tidak hanya di sepanjang garis patahan utama.
Meski Bumi mengalami puluhan kali setiap harinya, sebagian besar gempa bumi kekuatannya kecil untuk manusia rasakan. Namun, sebulan sekali atau lebih, ada gempa bumi yang kekuatannya cukup untuk mengguncang perabotan rumah. Nah, sekitar setahun sekali di seluruh dunia, ada gempa bumi yang cukup kuat untuk merobohkan patung, bahkan meruntuhkan bangunan.
Jadi, apa, sih yang membuat gempa bumi itu sangat menakutkan bagi manusia? Yap, itu karena tidak ada manusia yang tahu kapan gempa bumi akan terjadi. Ini tidak seperti badai yang datang saat terjadi hujan petir atau banjir yang datang karena hujan yang turun terus-menerus. Di sisi lain, gempa bumi dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan tanpa ada peringatan apa pun. Meski begitu, ada, lho, hewan yang bisa memprediksi gempa bumi. Nah, kira-kira apakah ular termasuk hewan yang bisa memprediksi terjadinya gempa bumi? Mari, kita cari tahu!
1. Hewan dipercaya bisa memprediksi bencana sejak ribuan tahun yang lalu
Kepercayaan kalau hewan bisa mendeteksi gempa bumi sebenarnya sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Penulis Romawi, Aelian, pernah menulis bahwa pada hari-hari sebelum gempa bumi dan tsunami di Kota Helike (kota yang telah hilang) terjadi, hewan-hewan, seperti ular dan tikus, akan melarikan diri dari kota tersebut. Kemudian, dalam penelitiannya tentang gempa bumi Lisbon pada 1755, Immanuel Kant menulis bahwa pada hari-hari sebelum gempa bumi terjadi, cacing-cacing keluar dari tanah, sebagaimana mengutip dari Universitas Bar-Ilan.
Ada satu kejadian ketika para ilmuwan berhasil meramalkan gempa bumi dengan memperhatikan perilaku hewan, selain dari data ilmiah lainnya. Pada bulan menjelang gempa bumi Haicheng pada 1975 di China, banyak warga yang melihat belasan ular berkeliaran. Penampakan ular itu dianggap aneh karena terjadi di tengah musim dingin di Tiongkok Utara. Padahal, seharusnya ular berhibernasi di bawah tanah, seperti yang dikutip Bulletin of the Seismological Society of America.
Pada 2017, di Turki, seorang mantan politisi mengepos peringatan gempa bumi setelah ia mendapat laporan bahwa banyak ular terlihat di sejumlah kota. Dua jam kemudian, negara itu dilanda gempa berkekuatan 6,2 magnitudo. Lalu, pada Juni 2022, seorang YouTuber di Montenegro mengunggah video penampakan ular sebelum gempa bumi terjadi. Beberapa jam kemudian, negara tetangga Bosnia dan Herzegovina dilanda gempa.
2. Hewan yang dianggap bisa memprediksi gempa itu berdasarkan sains atau cuma takhayul?
Sebenarnya, gempa bumi yang terjadi di Haicheng, China, diprediksi melalui seismologi. Adanya gempa pendahuluan memberi petunjuk kepada para ilmuwan kapan kira-kira gempa besar akan terjadi. Selain itu, terjadinya perubahan pada muka air tanah memberi tahu para ilmuwan tentang kemungkinan akan terjadinya gempa bumi. Itu berarti, data konkretlah yang membuat para ilmuwan bisa menduga kapan gempa akan terjadi. Nah, penampakan ular hanyalah catatan kaki.
Para ilmuwan yang menulis jurnal Ethology berjudul "Potential short-term earthquake forecasting by farm animal monitoring" (2020), memantau anjing, sapi, dan domba di sebuah peternakan di wilayah rawan gempa di Italia pada 2016 hingga 2017. Mereka menemukan adanya perubahan perilaku hewan-hewan tersebut sebelum gempa bumi terjadi. Namun, para ilmuwan ini awalnya tidak tahu apa yang memicu terjadinya perubahan perilaku tersebut.
Di sisi lain, Survei Geologi AS dengan tegas menyatakan bahwa gempa bumi tidak bisa diprediksi. Apalagi jika ini berkaitan dengan prediksi lokasi, waktu, dan besarnya gempa bumi yang akan terjadi. Sejauh ini, belum ada metode prediksi gempa yang bisa memprediksi sedetail itu.
3. Ular dan beberapa hewan lain memang bisa merasakan adanya keanehan pada tanah saat itu juga sebelum gempa terjadi
Meski ada banyak bukti anekdotal (pengamatan pribadi) yang mendukung kalau hewan mampu merasakan gempa bumi, kita hanya punya gambaran yang samar terkait apa yang dapat memicu reaksi atau perubahan perilaku hewan tersebut. Nah, salah satu kemungkinannya, bisa jadi hewan yang mengalami perubahan perilaku tersebut sedang merasakan gelombang primer (P) gempa bumi, yang bergerak lebih cepat dari episentrum ketimbang gelombang sekunder (S) yang merusak. Namun, itu juga hanya memberi tahu hewan dalam hitungan detik, bukan jam, hari, apalagi minggu.
Terus, kenapa, sih, hewan bisa bereaksi dan mengalami perubahan perilaku beberapa minggu sebelum gempa bumi terjadi? Nah, kemungkinan karena adanya tekanan tinggi. Soalnya, sebelum ketegangan di tanah dilepaskan sebagai akibat dari gempa bumi yang dahsyat, hal itu dapat menyebabkan gangguan elektromagnetik. Hal ini dapat disadari oleh hewan-hewan tertentu yang peka terhadap geomagnetik. Batuan di bawah tekanan yang tinggi juga dapat memancarkan cahaya inframerah yang dapat ular sadari, sebagaimana dikutip Scientific American.
Intinya, kita sebagai manusia punya banyak keterbatasan. Kita juga tidak tahu penyebab pasti perubahan perilaku hewan tertentu, terutama ular. Sebab, tidak semua gempa bumi menunjukkan pendahulu yang sama. Itu sebabnya, kita diminta fokus pada upaya keselamatan, bukan pada tingkah laku ular.