Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi anjing (pexels.com/Lyssa Loirelei)

Intinya sih...

  • Anjing bisa mengalami depresi jika kehilangan perhatian, kasih sayang, atau rutinitas bermain yang kerap dilakukan
  • Kehilangan anggota keluarga dapat membuat anjing merasa kesepian dan berduka dalam kurun waktu yang cukup lama
  • Perubahan besar dalam lingkungan tempat tinggal seperti renovasi besar-besaran atau pindah rumah dapat menyebabkan stres dan cemas pada anjing

Depresi bukan hanya kondisi yang dapat dialami oleh manusia saja, namun hal ini juga dapat terjadi pada hewan peliharaan seperti anjing. Meski mungkin anjing tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara verbal, namun mereka ternyata bisa menunjukkan tanda-tanda emosional melalui adanya perubahan perilaku hingga kebiasaan sehari-hari yang dilakukan.

Ada banyak pemilik anjing yang mungkin tidak menyadari bahwa perubahan kecil pada hewan peliharaannya justru bisa menjadi gejala psikologis yang cukup serius. Oleh sebab itu, pahamilah beberapa penjelasan berikut ini yang menunjukkan bahwa anjing sebetulnya bisa mengalami depresi, sehingga pemilik harus lebih ekstra dalam menjaga kesehatan mental dan kesejahteraannya.

1. Kehilangan sosialisasi dan interaksi bisa menurunkan mood

ilustrasi anjing (pexels.com/Rakhima Khodjakbarova)

Anjing merupakan hewan sosial yang ternyata sangat bergantung pada interaksi dengan pemilik atau pun lingkungan yang ada di sekitarnya, sehingga mereka akan tetap merasa tenang aman dan bahagia. Pada saat mereka tiba-tiba kehilangan perhatian kasih sayang atau rutinitas bermain yang kerap dilakukannya, maka kondisi mentalnya bisa saja terpengaruh secara signifikan.

Kehilangan anggota keluarga, baik manusia atau hewan lain ternyata bisa membuat anjing rentan merasa kesepian dan pada akhirnya berduka untuk kurun waktu yang cukup lama. Kurangnya stimulasi emosional dan sosial juga bisa menimbulkan perilaku murung, malas bergerak, hingga kehilangan nafsu makan secara signifikan pada anjing.

2. Perubahan lingkungan bisa menjadi pemicu stres emosional

ilustrasi anjing (pexels.com/Douglas Kugler)

Perubahan besar dalam lingkungan tempat tinggal, seperti renovasi besar-besaran, pindah rumah, atau kedatangan anggota keluarga baru ternyata rentan menyebabkan stres dan cemas pada anjing. Adaptasi terhadap kondisi baru memang bukanlah hal yang mudah, terutama jika hal ini tidak disertai dengan pendekatan secara bertahap atau penuh dengan perhatian.

Anjing bisa saja mengalami bingung tidak nyaman atau bahkan ketakutan dengan suara, bau, atau suasana yang mungkin tidak dikenalinya. Jika ketidaknyamanan ini terus-menerus berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama tanpa penyesuaian, maka akan semakin berkembang menjadi stres berkepanjangan yang pada akhirnya berujung pada depresi.

3. Rasa sakit atau penyakit kronis bisa menurunkan semangat hidup

ilustrasi anjing (pexels.com/Daniel Bendig)

Kondisi kesehatan fisik yang buruk, seperti gangguan pencernaan, radang sendi, atau penyakit kronis lain ternyata bisa menyebabkan penurunan semangat hidup pada anjing. Biasanya mereka akan cenderung mengurangi aktivitas, tidak tertarik untuk bermain, atau memilih menyendiri sebagai respon terhadap rasa tidak nyaman yang mungkin dialaminya.

Jika rasa sakit tersebut berlangsung tanpa memeroleh penanganan yang tepat, maka kondisi mentalnya akan semakin memburuk. Seiring berjalannya waktu, rasa tidak berdaya dan ketidaknyamanan secara otomatis terus-menerus memicu kondisi depresi yang pada akhirnya sulit dikendalikan tanpa melalui pemeriksaan profesional dari dokter hewan.

4. Kurangnya aktivitas fisik dan stimulasi mental bisa menyebabkan kebosanan

ilustrasi anjing (pexels.com/Alina Vilchenko)

Anjing yang jarang diajak jalan-jalan bermain atau melakukan aktivitas yang dapat menstimulasi otak biasanya akan lebih rentan mengalami kebosanan ekstrem. Kebosanan tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut, maka dapat menimbulkan perasaan frustrasi yang pada akhirnya berubah menjadi gejala depresi atau jangka panjang.

Anjing yang tidak diberi ruang untuk menyalurkan energinya biasanya akan menunjukkan tanda-tanda, seperti terus menggonggong, menggigit benda, atau justru menjadi sangat pasif. Keseimbangan antara aktivitas fisik dan mental yang dimiliki tentunya merupakan langkah penting untuk bisa menjaga kesehatan jiwa dari seekor anjing.

Depresi pada anjing memang merupakan hal nyata dan bisa membawa dampak besar terhadap kualitas hidup, serta hubungan antara hewan peliharaan dengan pemiliknya. Oleh sebab itu, harus lebih cermat telah mengenali gejala dan penyebabnya agar bisa memberikan perhatian dan penanganan yang sesuai. Sama seperti manusia, anjing juga perlu merasa dicintai dan diperhatikan untuk bisa hidup dengan lebih bahagia!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team