ilustrasi Bigfoot (pexels.com/Gratisography)
Sebagian besar ilmuwan dan pakar menyimpulkan bahwa Bigfoot kemungkinan besar tidak ada. Mereka menganggap makhluk ini hanyalah mitos atau legenda yang terus berkembang dari cerita rakyat, klaim pribadi, maupun laporan-laporan yang belum terbukti secara ilmiah. Salah satu alasan utama di balik kesimpulan ini adalah minimnya bukti nyata yang bisa diverifikasi. Meski ada banyak laporan penemuan jejak kaki, foto, video, hingga klaim DNA, semuanya sejauh ini belum dapat dikonfirmasi keasliannya.
Banyak dari bukti yang diajukan ternyata berujung pada kesimpulan palsu atau bahkan rekayasa. Dalam beberapa kasus, para ahli menemukan bahwa penampakan tersebut hanyalah kesalahan identifikasi. Misalnya mengira beruang besar sebagai Bigfoot atau bahkan tipuan belaka, seperti orang yang menggunakan kostum.
Selain itu, para ilmuwan juga menekankan bahwa lokasi penampakan Bigfoot sangat tersebar luas. Jika Bigfoot benar-benar ada, populasinya pun harus cukup besar agar bisa terlihat di banyak tempat. Dalam dunia yang sudah sangat terhubung dan diawasi saat ini, keberadaan makhluk sebesar itu hampir tidak mungkin tak terdeteksi.
Meski begitu, pendukung Bigfoot tetap yakin bahwa makhluk ini nyata. Mereka mengeklaim ada tumpukan bukti seperti kesaksian langsung, jejak kaki, dan hasil pencarian di lapangan.
Bagi sebagian orang, keberadaan hutan liar yang masih luas di Amerika menjadi celah untuk terus memercayai bahwa Bigfoot mungkin ada di luar sana. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk membuktikan keberadaan Bigfoot secara meyakinkan.