Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bigfoot (unsplash.com/Jon Sailer)

Makhluk misterius berbulu lebat bernama Bigfoot sudah lama jadi bahan pembicaraan di berbagai belahan dunia, terutama di Amerika Utara. Banyak orang mengaku pernah melihat sosoknya, tapi bukti konkret masih belum jelas hingga kini.

Pertanyaannya, apakah Bigfoot itu ada atau hanya hasil imajinasi dan legenda yang berkembang turun-temurun? Dalam artikel ini, kita bahas penjelasan dari para ilmuwan dan pakar yang selama bertahun-tahun mencoba mengungkap fakta di balik makhluk legendaris ini. Yuk, disimak!

Apakah Bigfoot itu ada?

ilustrasi Bigfoot (pexels.com/Gratisography)

Sebagian besar ilmuwan dan pakar menyimpulkan bahwa Bigfoot kemungkinan besar tidak ada. Mereka menganggap makhluk ini hanyalah mitos atau legenda yang terus berkembang dari cerita rakyat, klaim pribadi, maupun laporan-laporan yang belum terbukti secara ilmiah. Salah satu alasan utama di balik kesimpulan ini adalah minimnya bukti nyata yang bisa diverifikasi. Meski ada banyak laporan penemuan jejak kaki, foto, video, hingga klaim DNA, semuanya sejauh ini belum dapat dikonfirmasi keasliannya.

Banyak dari bukti yang diajukan ternyata berujung pada kesimpulan palsu atau bahkan rekayasa. Dalam beberapa kasus, para ahli menemukan bahwa penampakan tersebut hanyalah kesalahan identifikasi. Misalnya mengira beruang besar sebagai Bigfoot atau bahkan tipuan belaka, seperti orang yang menggunakan kostum.

Selain itu, para ilmuwan juga menekankan bahwa lokasi penampakan Bigfoot sangat tersebar luas. Jika Bigfoot benar-benar ada, populasinya pun harus cukup besar agar bisa terlihat di banyak tempat. Dalam dunia yang sudah sangat terhubung dan diawasi saat ini, keberadaan makhluk sebesar itu hampir tidak mungkin tak terdeteksi.

Meski begitu, pendukung Bigfoot tetap yakin bahwa makhluk ini nyata. Mereka mengeklaim ada tumpukan bukti seperti kesaksian langsung, jejak kaki, dan hasil pencarian di lapangan.

Bagi sebagian orang, keberadaan hutan liar yang masih luas di Amerika menjadi celah untuk terus memercayai bahwa Bigfoot mungkin ada di luar sana. Namun, hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang cukup kuat untuk membuktikan keberadaan Bigfoot secara meyakinkan.

Asal-usul Bigfoot

Ilustrasi Yeti (commons.wikimedia.org/Edwin Duesiester)

Kisah makhluk misterius yang dikenal sebagai Bigfoot sudah muncul sejak akhir abad ke-19. Pada 1884, sebuah surat kabar di Victoria, Kanada, British Colonist, menerbitkan laporan penangkapan makhluk mirip gorila di wilayah tersebut. Sepanjang abad ke-19 dan 20, berbagai klaim penampakan terus bermunculan. Penulis buku tentang Sasquatch, John Green, bahkan mencatat lebih dari 1.300 laporan penampakan dari masa itu meskipun sebagian besar dianggap sebagai tipuan atau kesalahan penglihatan oleh para ahli.

Legenda Bigfoot seperti yang dikenal saat ini mulai benar-benar populer pada akhir 1950-an. Titik tolaknya adalah ketika koran Humboldt Times di California Utara melaporkan penemuan jejak kaki raksasa di dekat Bluff Creek pada 1958. Dalam artikelnya, media tersebut untuk pertama kalinya menggunakan nama “Bigfoot” guna menyebut makhluk misterius itu. Kisah ini kemudian menyebar luas setelah dimuat dalam majalah True pada Desember 1959 yang semakin mengangkat nama Bigfoot ke permukaan.

Namun, terungkap bahwa jejak kaki raksasa yang ditemukan di Bluff Creek sebenarnya adalah ulah seorang pria bernama Ray Wallace. Setelah kematiannya pada 2002, keluarganya mengaku bahwa jejak tersebut hanyalah sebuah lelucon. Meskipun begitu, nama dan citra Bigfoot sudah telanjur mengakar dalam budaya populer di Amerika Utara. Sejak saat itu, muncul semakin banyak klaim penemuan jejak, foto, video, hingga cetakan kaki raksasa yang dikaitkan dengan makhluk ini. Hal itu memperkuat mitos Bigfoot dalam imajinasi publik hingga sekarang.

Kenapa banyak orang percaya Bigfoot?

ilustrasi Bigfoot (commons.wikimedia.org/Oregon Department of Transportation)

Meski terdengar seperti cerita dongeng, nyatanya masih banyak orang yang percaya bahwa Bigfoot itu nyata. Salah satu alasannya adalah pengalaman pribadi. Beberapa orang mengeklaim pernah melihat sosok berbulu besar di hutan dan sulit menyangkal pengalaman tersebut. Untuk menjaga kewarasan dan merasa tidak “gila,” mereka mencari pembenaran dan bukti yang bisa mendukung apa yang dialaminya. 

Faktor lainnya adalah pengaruh lingkungan sosial dan budaya. Di wilayah seperti Pacific Northwest atau California, Bigfoot bukan cuma cerita. Ia jadi bagian dari identitas lokal. Kepercayaan ini juga didukung oleh tradisi masyarakat adat yang sudah lama mengenal sosok serupa. Jadi, percaya pada Bigfoot kadang terasa seperti bagian dari kebanggaan budaya atau komunitas.

Selain itu, ada pula harapan yang lebih dalam bahwa alam masih menyimpan rahasia dan belum sepenuhnya dijajah manusia. Percaya pada Bigfoot bisa berarti percaya bahwa Bumi ini belum sepenuhnya rusak. Itu artinya masih ada makhluk liar yang bisa hidup bebas tanpa campur tangan manusia.

Jadi, apakah Bigfoot itu ada? Kalau dilihat dari sudut pandang ilmiah, jawabannya cenderung tidak, ya. Namun, ternyata masih banyak orang yang percaya, lho. Kalau menurut kamu gimana?

Referensi

"Is There Any Proof that Bigfoot Is Real?". Wonderpolis. Diakses Mei 2025.
"Legend of Bigfoot". Washington Military Dept. Diakses Mei 2025.
"Is Bigfoot Real? Everything You Need to Know About The Sasquatch". Live Science. Diakses Mei 2025.
"So, Why Do People Believe In Bigfoot Anyway?". Cal Alumni Association UC Berkeley. Diakses Mei 2025.
"Why Do So Many People Still Want to Believe in Bigfoot?". Smithsonian Magazine. Diakses Mei 2025.

Editorial Team