Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kelelawar (pixabay.com/Marcel Langthim)

Ada banyak kuliner ekstrem dan antimainstream yang kerap memancing rasa penasaran, salah satunya adalah daging kelelawar. Di beberapa daerah, daging ini dianggap sebagai hidangan lezat dan bernutrisi tinggi. Namun, seiring meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan keamanan pangan, muncul pertanyaan, apakah aman untuk mengonsumsi daging kelelawar? 

Konsumsi daging kelelawar merupakan topik kontroversial yang menimbulkan masalah kesehatan, ekologi, dan etika yang signifikan. Meskipun beberapa budaya menganggap kelelawar sebagai sumber makanan tradisional, potensi risiko dari memakan kelelawar tidak dapat diabaikan. Di sini, kita akan membahas apakah aman mengonsumsi daging kelelawar?

1. Risiko kesehatan dari makan daging kelelawar

ilustrasi kelelawar (unsplash.com/Riizz)

Kelelawar dikenal sebagai pembawa berbagai virus dan patogen yang dapat ditularkan ke manusia. Kelelawar merupakan reservoir alami bagi berbagai penyakit, termasuk penyakit yang menyebabkan wabah, seperti SARS, Ebola, dan SARS-CoV-2.

Penanganan dan konsumsi daging kelelawar menimbulkan risiko penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Misalnya, konsumsi darah kelelawar telah dilaporkan di beberapa komunitas, yang diyakini memiliki khasiat obat, tetapi praktik ini semakin meningkatkan risiko penularan penyakit.

Di daerah tempat kelelawar dikonsumsi, seperti beberapa bagian Asia Tenggara, prevalensi penyakit yang ditularkan oleh kelelawar menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terus berkembang. Studi menunjukkan bahwa masyarakat yang terlibat dalam konsumsi kelelawar sering kali kurang menyadari risiko ini, yang dapat menyebabkan peningkatan angka infeksi. Lebih jauh lagi, penangkapan dan konsumsi kelelawar secara ilegal berkontribusi terhadap penyebaran penyakit ini, karena banyak orang tidak mematuhi peraturan kesehatan seputar konsumsi satwa liar. (BMC Public Health, 2020)

2. Budaya dan praktik konsumsi daging kelelawar

ilustrasi kelelawar (pixabay.com/Simon Berstecher)

Meskipun berisiko bagi kesehatan, konsumsi kelelawar tetap ada dalam berbagai budaya. Misalnya, di Filipina, daging kelelawar sering kali diolah dalam hidangan tradisional seperti adobo atau dipanggang dengan kecap. Di China, sup kelelawar biasa ditemukan di pasar lokal. Praktik ini sering kali berakar pada tradisi lokal dan kebutuhan ekonomi, khususnya di daerah pelosok di mana sumber protein alternatif mungkin langka.

Namun, penting untuk menyadari bahwa praktik budaya ini dapat menimbulkan konsekuensi yang mengerikan bagi kesehatan masyarakat dan konservasi satwa liar. Perburuan kelelawar telah menyebabkan penurunan populasi di beberapa wilayah, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang keanekaragaman hayati dan keseimbangan ekosistem. Kelelawar memainkan peran penting dalam penyerbukan dan pengendalian hama. Oleh sebab itu, penurunan populasi kelelawar dapat memiliki implikasi ekologis yang lebih luas.

3. Apakah daging kelelawar aman dikonsumsi manusia?

ilustrasi kelelawar (pixabay.com/Marcel Langthim)

Selain berbahaya bagi kesehatan, perburuan kelelawar sebenarnya bertentangan dengan upaya konservasi. Upaya untuk melindungi populasi kelelawar sangat penting tidak hanya bagi keanekaragaman hayati, tetapi juga untuk mengurangi potensi risiko kesehatan. Inisiatif konservasi telah menunjukkan keberhasilan di beberapa daerah, dengan populasi kelelawar mulai pulih karena berkurangnya tekanan perburuan.

Selain itu, mempromosikan sumber protein alternatif dan mendidik masyarakat tentang praktik berkelanjutan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada daging kelelawar. Memahami manfaat ekologis yang diberikan kelelawar—seperti mengendalikan populasi serangga dan penyerbukan tanaman—dapat menumbuhkan persepsi yang lebih positif terhadap hewan-hewan ini di dalam masyarakat. Terlebih, masih banyak sumber protein yang lebih aman dan lezat daripada kelelawar, seperti ayam, bebek, sapi, atau kambing.

Sebagai kesimpulan, mengonsumsi daging kelelawar sebenarnya termasuk perilaku yang tidak aman. Praktik ini menimbulkan risiko kesehatan yang cukup besar karena potensi penularan penyakit zoonosis. Selain itu, perburuan kelelawar juga memiliki konsekuensi ekologis. Peningkatan kesadaran dan upaya konservasi sangat penting untuk melindungi kesehatan manusia dan populasi kelelawar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorEka Ami