Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Daging Biawak Aman Dikonsumsi Manusia?

potret biawak air air yang sering diburu manusia (commons.wikimedia.org/Mira Meijer Burgers' Zoo)

Biawak air atau kadal monitor (Varanus salvator) bisa dibilang jadi salah satu jenis kadal paling populer di dunia. Peta persebaran mereka terpusat di kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Selain itu, biawak air merupakan spesies kadal terbesar kedua di dunia, hanya kalah dari komodo (Varanus komodoensis). Individu dewasa biawak air diketahui bisa tumbuh antara 1,5—3 meter dengan bobot 2—32 kg.

Hal menarik lain dari biawak air ialah habitat mereka yang cukup dekat dengan manusia. Secara alami, mereka akan memilih kawasan sungai atau rawa. Namun, seiring dengan banyaknya manusia yang hidup di sekitar habitat alami mereka, biawak air mulai terbiasa untuk hidup di sekitar kita. Saluran air buatan, daerah kumuh dekat sungai, hingga kawasan pertanian manusia bisa menjadi rumah bagi mereka.

Itu sebabnya, konflik antara manusia dengan biawak air jadi tak terhindarkan. Mereka merupakan predator sejati sehingga tak jarang menargetkan hewan ternak atau peliharaan manusia untuk diburu. Di sisi lain, manusia pun memburu biawak dengan berbagai alasan, seperti dipelihara, dijual, atau dikonsumsi.

Alasan yang terakhir itu tentu menimbulkan pertanyaan menarik: apakah aman bagi manusia untuk mengonsumsi daging biawak air? Tentunya, pertanyaan ini akan dijawab secara ilmiah. Sebab, secara umum, masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara memang cukup menyukai daging reptil yang satu ini. Penasaran dengan jawabannya? Yuk, simak pembahasan lengkap di bawah ini!

1. Aman dikonsumsi asalkan ...

Habitat biawak air sering bersinggungan dengan manusia sehingga konflik antara keduanya tak terhindarkan. (commons.wikimedia.org/Tisha Mukherjee)

Bagi manusia, mengonsumsi daging reptil bisa dibilang sebagai sesuatu yang ekstrem. Namun, bagi berbagai kebudayaan yang sudah berkembang di masyarakat seluruh dunia, mengonsumsi berbagai jenis daging hewan liar sebenarnya sudah jadi praktik yang lumrah. Adapun, alasan masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara mengonsumsi daging biawak air pun pastinya ada pengaruh kepercayaan atau kebudayaan setempat yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Kalau sudah dilakukan sejak lama, berarti sudah banyak orang dari berbagai generasi yang mencoba mengonsumsi daging tersebut. Lantas, apakah hal itu jadi bukti kalau daging biawak air aman untuk dikonsumsi? Jawabannya bisa saja. Namun, ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi.

Healthline melansir kalau pembeli yang berminat mencoba daging reptil—atau daging biawak air dalam kasus ini—perlu untuk memastikan kebersihan daging yang akan dikonsumsi. Penting untuk memastikan kalau biawak air yang akan dikonsumsi bukan hewan yang sedang menderita penyakit. Lalu, proses pembersihan daging harus dilakukan dengan cermat dan menyeluruh. Saat memasak, temperatur yang diperlukan juga jadi aspek paling penting untuk membunuh bakteri yang ada di dalam daging biawak air.

Secara ilmiah, pengetahuan tentang proses pembersihan dan memasak daging biawak air belum diketahui. Namun, pemerintah Amerika Serikat melalui Food Safety menyebut kalau temperatur yang sesuai untuk bagian dalam daging kadal saat sudah matang sekitar 74 derajat celsius. Perlu diingat kalau temperatur tersebut bukan berarti suhu api untuk mematangkan daging kadal, melainkan suhu optimal dari daging itu sendiri setelah selesai melakukan proses memasak. Jadi, tetap pastikan kalau daging sudah matang secara sempurna sebelum mengonsumsinya

2. Tetap berpotensi menimbulkan masalah kesehatan

Ada berbagai jenis bakteri dan parasit yang terdapat pada daging biawak jika tidak diolah dengan tepat. (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Meski bisa dikonsumsi jika dipersiapkan secara higienis, bukan berarti daging biawak air bebas dari bahaya. Ada begitu banyak sumber yang menyebut kalau di dalam daging biawak terdapat berbagai jenis bakteri hingga organisme kecil lain yang bisa membahayakan tubuh jika dikonsumsi, baik satu kali ataupun berkali-kali. Salah satu yang paling umum terdapat pada daging biawak air adalah cacing pita (genus Spirometra).

Dilansir Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam Universitas Airlangga, cacing pita dapat menyebabkan penyakit parasit sparganosis. Parahnya, cacing pita ini bisa menulari manusia lewat kontak dengan hewan peliharaan, semisal kucing dan anjing, atau dari konsumsi daging hewan, salah satunya dari daging biawak air. Parahnya, sekitar 69,64 persen daging biawak yang hidup di alam liar mengandung cacing pita di dalamnya, dikutip dari Universitas Airlangga.

Jelas hal ini bisa menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika tidak diolah dengan tepat. Science Direct melansir kalau cacing pita yang masuk ke tubuh manusia bisa bersarang di otak atau organ lain di area kepala sehingga menyebabkan kejang, kelumpuhan, kebutaan, sakit kepala hebat, hemiparesis, hingga kematian. Adapun, keberadaan cacing pita pada daging biawak air dipengaruhi oleh makanan yang mereka konsumsi, yakni katak, ular, hingga amfibi lain.

Biasanya, parasit ini akan bersarang pada tubuh manusia jika proses pembersihan dan pengolahan daging tidak dilakukan dengan baik. Namun, bukan hanya cacing pita yang harus diwaspadai dari daging biawak air. Berdasarkan jurnal berjudul "Biological Risk Associated with Consumption of Reptile Products" karya Simone Magnino dkk. terbitan National Library of Medicine, daging reptil, seperti biawak air, bisa mengandung bakteri Salmonella spp. dan Vibrio spp. Selain itu, parasit lain, seperti Trichinella, Gnathostoma, dan pentastomids bisa saja dimiliki biawak air yang hidup di alam liar.

3. Apakah ada manfaat jika mengonsumsi daging biawak?

potret biawak air berukuran besar (commons.wikimedia.org/Rob and Stephanie Levy)

Pertanyaan bisa atau tidak daging biawak air dikonsumsi sudah terjawab di atas. Akan tetapi, ada satu pertanyaan menarik lain yang bisa dibahas, yakni apakah daging reptil ini sebenarnya memiliki manfaat? Tentunya, kalau berbicara soal memenuhi kebutuhan protein, kalori, dan energi, khususnya pada kondisi darurat atau ekstrem, daging biawak air bisa memenuhinya. Namun, nyatanya sejauh ini tak ada penelitian yang secara konkret menyebut manfaat dari daging biawak air.

Kebanyakan masyarakat yang diketahui mengonsumsi daging biawak ini memang sering menyebut kalau daging biawak air memiliki sejumlah manfaat. Namun, hal tersebut lebih banyak didasari pada kepercayaan setempat saja. Mengutip karya Evy Arida dkk. yang berjudul "Beliefs in the Dietary Benefits of Water Monitor, Varanus salvator Meat in Western Java, Indonesia" dalam Jurnal of Tropical Ethnobiology, salah satu manfaat kesehatan yang dipercaya masyarakat lewat konsumsi daging biawak air ialah mengobati penyakit kulit. Meningkatkan energi atau vitalitas pria dan mengobati asma juga jadi manfaat yang dipercaya oleh masyarakat yang mengonsumsi daging biawak air.

Hanya saja, seperti yang sudah dijelaskan di atas, belum ada penelitian yang bisa membuktikan klaim ini. Yang jelas, konsumsi daging biawak air bagi masyarakat Asia Selatan dan Asia Tenggara bukan dimaksudkan sebagai sumber protein utama. Kebanyakan orang mengonsumsi daging reptil ini sekadar untuk mencoba kuliner ekstrem ataupun terpaksa karena situasi.

Selain masalah kesehatan yang bisa timbul dari mengonsumsi daging ini, beberapa agama atau kepercayaan juga mengharamkan pemeluknya untuk melakukannya, salah satunya Islam. Kalaupun memang tertarik mencoba daging eksotik ini, tetap perhatikan soal cara pembersihan daging dan proses memasaknya, ya. Hal tersebut sangat penting demi keamanan tubuh usai mengonsumsi daging biawak air.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us