Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sigung (unsplash.com/Bryan Padron)
ilustrasi sigung (unsplash.com/Bryan Padron)

Intinya sih...

  • Daging sigung aman dikonsumsi dengan tindakan pencegahan, seperti menghilangkan kelenjar bau dan menghindari risiko rabies serta infeksi bakteri.
  • Daging sigung memiliki profil rasa mirip daging kelinci atau rakun, tapi memerlukan teknik khusus dalam memasaknya untuk meningkatkan cita rasa dan kelembutannya.
  • Praktik konsumsi daging sigung dianggap aman asalkan dilakukan tindakan pencegahan yang tepat selama persiapan dan pemasakan serta memastikan kepatuhan terhadap peraturan satwa liar setempat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mengonsumsi daging hewan liar sering kali menimbulkan pro kontra karena keamanannya, salah satunya adalah daging sigung. Sigung memiliki reputasi buruk karena mengeluarkan bau busuk yang menyengat sehingga membuat banyak orang ragu untuk mengonsumsinya. Namun, ternyata di beberapa tempat, daging sigung dianggap sebagai sumber makanan alternatif yang cukup unik. 

Lantas, apakah daging sigung aman untuk dikonsumsi? Di sini, kita akan membahas risiko, manfaat, dan pertimbangan dari konsumsi daging hewan ini. Simak baik-baik, ya!

1. Apakah daging sigung aman untuk dikonsumsi

ilustrasi sigung (pixabay.com/Silvia)

Secara umum, ya, daging sigung aman untuk dikonsumsi, asalkan kamu melakukan tindakan pencegahan tertentu. Langkah paling penting untuk dilakukan adalah menghilangkan kelenjar bau yang terletak di dekat anus hewan tersebut. Kelenjar ini mengandung cairan berbau tidak sedap dan bakteri berbahaya. Jika kelenjar ini tidak dihilangkan dengan benar selama pemrosesan, maka cairan di dalamnya dapat mengontaminasi daging, sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.

Selain membuang kelenjar, penting untuk menangani daging sigung dengan hati-hati karena potensi risiko rabies, penyakit yang banyak dikaitkan dengan hewan liar. Mengenakan sarung tangan saat membersihkan dan menyiapkan daging disarankan untuk meminimalkan risiko infeksi dari luka atau cakaran. Setelah diolah dengan benar, daging sigung dapat dimasak hingga matang untuk menghilangkan bakteri atau parasit yang tersisa. Jika tidak dimasak dengan benar, daging sigung bisa membuatmu mual dan jatuh sakit.

2. Rasa dan tekstur daging sigung

ilustrasi sigung (unsplash.com/Jack Bulmer)

Orang-orang yang pernah mengonsumsi daging sigung menggambarkan daging hewan ini memiliki profil rasa mirip dengan daging kelinci atau rakun. Namun, daging sigung tidak terlalu tebal dan bahkan lebih dominan tulangnya. Selain itu, proses memasak daging ini memerlukan teknik khusus untuk meningkatkan cita rasa dan kelembutannya. Merendam daging atau memasaknya secara perlahan pada suhu rendah dapat membantu mengeluarkan rasa alaminya sekaligus mencegahnya menjadi alot atau kering.

Meskipun daging ini memiliki daya tarik kuliner yang potensial, banyak orang enggan karena bau menyengat yang dikeluarkan sigung saat masih hidup. Bahkan setelah mati, daging sigung dapat tetap berbau kecuali dibersihkan dengan benar. Oleh sebab itu, metode pembersihan dan memasak yang menyeluruh sangat penting untuk membuat daging ini lezat.

3. Manfaat nutrisi

ilustrasi sigung (unsplash.com/Jack Bulmer)

Secara umum, daging sigung memiliki profil nutrisi yang mirip dengan daging pada umumnya, seperti protein, berbagai vitamin, dan nutrisi. Bagian terbaik untuk dikonsumsi meliputi ginjal, hati, dan jantung, yang dikenal karena nilai gizinya. Sebaiknya, hindari mengonsumsi perut dan otak karena potensi risiko kesehatan yang terkait dengan penyakit prion dan kontaminasi bakteri dari diet omnivora mereka.

4. Potensi risiko

ilustrasi sigung (unsplash.com/Bryan Padron)

Ada beberapa potensi risiko yang perlu diwaspadai dari memakan daging sigung. Pertama-tama, sigung adalah pembawa penyakit rabies, dan jika kamu memakan sigung yang terinfeksi, maka kamu bisa tertular. Hanya saja, kemungkinannya sangat rendah, karena virus tersebut tidak mungkin bertahan dalam proses pemasakan. 

Bahaya lain yang mungkin timbul dari memakan sigung adalah kantung duburnya yang berisi bakteri yang bisa menyebabkan berbagai penyakit. Beberapa penyakit lain yang dapat dibawa oleh sigung: hepatitis, infeksi hati akibat virus, atau bahkan tularemia. Tularemia adalah penyakit yang dapat menyebabkan sejumlah gejala yang berbeda, seperti demam, menggigil, batuk kering, kelemahan progresif, nyeri sendi, nyeri otot, dan bahkan kesulitan bernapas. Penyakit ini paling baik diobati sejak dini, dengan pemberian antibiotik selama dua minggu.

5. Pertimbangan etis

ilustrasi sigung (unsplash.com/Bryan Padron)

Meskipun mengonsumsi daging sigung umumnya aman, tapi sebenarnya praktik ini tampak tidak lazim dan menimbulkan pertanyaan etika terkait pengelolaan dan konservasi satwa liar. Praktik perburuan yang bertanggung jawab harus diikuti, untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan satwa liar setempat. Selain itu, mendapatkan daging sigung dari pemasok bereputasi baik yang mematuhi standar keamanan pangan sangat penting untuk meminimalkan risiko kesehatan.

Sebagai kesimpulan, mengonsumsi daging sigung secara umum dianggap aman asalkan dilakukan tindakan pencegahan yang tepat selama persiapan dan pemasakan. Meskipun tampaknya tidak lazim, praktik konsumsi daging sigung sebenarnya cukup umum di beberapa wilayah. Bagi siapa pun yang cukup berani untuk mencobanya, penting untuk memahami cara mengolah dan memasak sigung dengan benar untuk menghindari risiko penyakit.


Referensi 

Citter Stop. Diakses pada Januari 2025. Exploring the Culinary Curiosity of Skunk: Can You Eat Skunk? 
Cooking Detective. Diakses pada Januari 2025. Can You Eat Skunk (Know How to Clean and Cook) 
Linden, D. W., Fuller, A. K., Royle, J. A., & Hare, M. P. (2017). Examining the occupancy–density relationship for a low‐density carnivore. Journal of Applied Ecology, 54(6), 2043–2052. 
Outdoors Being. Diakses pada Januari 2025. Can You Eat Skunk 
Price of Meat. Diakses pada Januari 2025. 5 Things About What Skunk Meat Tastes Like And Why You Should Know 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorEka Ami