Apakah Gunung Rinjani Masih Aktif? Ini Fakta Geologisnya!

Gunung Rinjani berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan memiliki tinggi sekitar 3.726 meter di atas permukaan laut. Gunung ini dikenal sebagai salah satu gunung berapi aktif di Indonesia dan menjadi tujuan pendakian favorit karena keindahan alamnya yang menawan.
Pertanyaan tentang apakah Gunung Rinjani masih aktif terus muncul, terutama setelah beberapa laporan menunjukkan adanya aktivitas geologis belakangan ini. Aktivitas vulkanik yang tidak selalu terlihat secara kasatmata membuat sebagian orang mengira bahwa Gunung Rinjani sudah tidak berbahaya. Berikut penjelasan lengkap mengenai kondisi terkini Gunung Rinjani berdasarkan fakta ilmiah dan kajian geologi.
1. Aktivitas geologi Gunung Rinjani masih menunjukkan potensi erupsi
Letusan terakhir Gunung Rinjani tercatat pada Oktober 2015, ketika abu vulkanik menyelimuti sebagian besar wilayah Lombok dan menyebabkan gangguan penerbangan. Sejak saat itu, aktivitas gunung sempat mereda, tapi data geologi menunjukkan bahwa kondisi tersebut belum tentu berarti aman sepenuhnya. Berdasarkan catatan sejarah, Rinjani memiliki pola letusan berulang hampir setiap dekade, yang menandakan adanya siklus aktivitas magma di dalam perut bumi.
Tanda-tanda gejala kegempaan vulkanik sempat tercatat pada tahun 2023, termasuk peningkatan jumlah gempa vulkanik dalam dan gempa tektonik lokal. Fenomena ini biasanya menjadi indikator bahwa sistem magma di bawah permukaan sedang aktif. Meski tidak semua gejala ini berujung pada erupsi, namun kehadirannya tetap harus dipantau secara intensif oleh pihak berwenang dan lembaga vulkanologi.
2. Fenomena fumarol dan emisi gas masih terjadi secara berkala di Rinjani
Meskipun tidak selalu terlihat oleh mata pendaki, emisi gas belerang dan kemunculan fumarol di sekitar kaldera dan kawah Rinjani masih berlangsung hingga kini. Fumarol adalah lubang kecil di tanah yang mengeluarkan uap dan gas panas, biasanya menandakan adanya aktivitas hidrotermal yang berasal dari magma. Keberadaan fumarol menjadi salah satu indikator ilmiah bahwa Gunung Rinjani belum masuk kategori tidak aktif.
Beberapa pendaki melaporkan bahwa saat cuaca cerah, uap tipis kadang terlihat keluar dari area sekitar kawah. Namun kondisi ini sering kali luput dari perhatian masyarakat umum karena tidak selalu terlihat setiap hari. Pemantauan secara berkala oleh Badan Geologi juga menunjukkan bahwa kadar gas sulfur dioksida (SO2) dan karbon dioksida (CO2) yang terdeteksi di sekitar puncak masih berada pada ambang waspada, terutama setelah musim hujan yang sering memicu tekanan di dalam kawah.
3. Status resmi dari otoritas menunjukkan potensi bahaya tetap ada
Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) hingga saat ini masih mengategorikan Gunung Rinjani sebagai gunung api aktif dengan status Level I (Normal). Meskipun status tersebut mengindikasikan bahwa belum ada ancaman langsung, namun klasifikasi ini tetap masuk dalam kelompok gunung yang harus dipantau. Artinya, status aktif masih berlaku dan bisa berubah sewaktu-waktu bila terdapat peningkatan signifikan dalam aktivitas geologis.
Peringatan resmi mengenai larangan masuk ke dalam area kawah dan radius tertentu tetap diberlakukan oleh pemerintah daerah setempat. Hal ini menegaskan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Rinjani masih dianggap berisiko, meskipun tidak sedang dalam masa erupsi. Keputusan ini bukan semata-mata tindakan pencegahan berlebihan, melainkan hasil dari analisis ilmiah terhadap dinamika geotermal dan struktur kaldera yang terus berubah dari waktu ke waktu.
Kondisi geologis Gunung Rinjani menunjukkan bahwa aktivitas vulkaniknya masih berlangsung, meskipun tidak setiap saat terlihat secara kasatmata. Bagi kamu yang tertarik untuk mendaki atau menjelajahi kawasan sekitar Rinjani, penting untuk tetap mengikuti informasi terbaru dari sumber resmi. Karena walaupun tampak tenang di permukaan, potensi aktivitas vulkanik tetap menjadi hal yang harus diwaspadai.