ilustrasi kucing rebahan di taman (pexels.com/Kevin Bidwell)
Sikap seputar penyakit mental hewan telah berubah seiring waktu. Hewan peliharaan seperti anjing dan kucing, yang selama ini digunakan terutama untuk "pekerjaan", kini semakin dianggap sebagai bagian dari keluarga. Hubungan yang lebih intim itu berarti manusia mungkin lebih memerhatikan tanda-tanda gangguan emosional.
Kemajuan modern dalam pemindaian otak dan ukuran lain yang lebih objektif untuk memahami psikobiologi hewan terus menunjukkan lebih banyak kesamaan. Hal ini juga berkontribusi pada gelombang baru perawatan berbasis farmasi.
Survei hewan peliharaan nasional tahun 2017 oleh firma riset Packaged Facts memperkirakan bahwa 8% pemilik anjing dan 6% pemilik kucing memberikan obat kepada hewan peliharaan untuk mengatasi kecemasan atau menenangkan suasana hati.
Clomicalm, Sileo, Anipryl, dan Prozac versi anjing semuanya telah diresepkan kepada hewan dalam beberapa tahun terakhir. Namun dalam kasus-kasus ekstrem, khawatir obat-obatan tersebut mungkin diresepkan secara berlebihan. Dengan beralih ke terapi hewan yang populer seperti obat penenang, mungkin akan menutupi masalah meski tidak benar-benar mengatasinya.
Kesadaran yang lebih besar tentang penyakit mental hewan oleh masyarakat umum dapat membantu mengurangi penderitaan hewan yang tidak perlu. Disarankan calon pemilik hewan peliharaan untuk terlebih dahulu mempertimbangkan apa yang dapat mereka lakukan untuk mencegah hewan merasa tertekan.
Mereka yang sudah memiliki hewan peliharaan juga harus memperhatikan dan tidak pernah mengabaikan tanda-tanda awal kecemasan yang terbentuk. Apa yang dimulai sebagai keanehan kompulsif kecil, dapat berkembang menjadi perilaku yang merusak atau mungkin berbahaya seiring waktu.