Gajah Sumatera di Taman nasional Tesso Nilo (commons.wikimedia.org/Hadly Vavaldi)
Spesies invasif biasanya lebih cepat tumbuh dan lebih tahan terhadap perubahan lingkungan. Hutan yang rusak memberikan ruang luas bagi mereka untuk berkembang tanpa pesaing kuat. Tanaman lokal yang biasanya tumbuh lambat tidak mampu mengejar laju penyebarannya. Akibatnya, wilayah tersebut diisi oleh vegetasi yang tidak mendukung hewan asli yang dulu pernah tinggal di sana.
Kondisi ini memperlambat pemulihan alami karena ekosistem berubah menjadi homogen. Daerah yang penuh spesies invasif sulit mengembalikan fungsi ekologisnya meski secara visual terlihat hijau. Keberadaan mereka juga menghambat munculnya pohon besar yang penting sebagai struktur dasar hutan. Pada beberapa kasus, dominasi ini menetap selama puluhan tahun dan membuat regenerasi alami hampir tidak mungkin terjadi tanpa intervensi. Karena itu, banyak wilayah membutuhkan pengelolaan khusus agar hutan asli bisa kembali tumbuh.
Pemulihan hutan secara alami tetap mungkin terjadi, tetapi kecepatan dan hasil akhirnya bergantung pada banyak faktor yang tidak selalu berpihak pada ekosistem yang sudah rusak berat. Beberapa wilayah bisa pulih, tetapi banyak juga yang membutuhkan bantuan agar prosesnya tidak mandek terlalu lama. Jika melihat kondisi lapangan yang sangat beragam, apakah pemulihan alami masih cukup di masa depan?
Referensi:
"Can we allow nature to regenerate without intervention?" The Royal Society. Diakses pada Desember 2025
"Restoring degraded forests: an under-appreciated climate solution" Trillion Trees. Diakses pada Desember 2025
"Tropical rainforests can regrow in just 20 years without human intervention, new study finds" Planet Ark. Diakses pada Desember 2025
"Global potential for natural regeneration in deforested tropical regions" Nature. Diakses pada Desember 2025