ilustrasi kunang-kunang (pixabay.com/KIWI CHEN)
Penurunan populasi kunang-kunang di berbagai wilayah dunia bukanlah hal yang terjadi tiba-tiba. Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab kunang-kunang terancam punah. Semua penyebabnya berkaitan erat dengan aktivitas manusia. Berikut ini beberapa alasannya:
Pembangunan perumahan, kawasan komersial, hingga konversi lahan untuk pertanian skala besar telah menghancurkan habitat alami kunang-kunang, seperti hutan, rawa, dan area lembap di sekitar sungai atau kolam. Di beberapa wilayah, misalnya Asia Tenggara, mangrove bahkan ditebang demi tambak udang dan perkebunan sawit. Tindakan tersebut menghilangkan tempat tinggal larva kunang-kunang.
Sebagian besar kunang-kunang aktif pada malam hari dan bergantung pada cahaya alami dari tubuhnya untuk berkomunikasi dan mencari pasangan. Sayangnya, cahaya dari lampu jalan, kendaraan, dan rumah-rumah membuat proses ini terganggu. Dalam beberapa kasus, pejantan gagal menemukan betina karena kilatan alaminya kalah terang dari lampu sekitarnya.
Pestisida yang digunakan untuk membasmi nyamuk atau menjaga kebun juga dapat membunuh larva kunang-kunang yang hidup di tanah, air, atau dedaunan basah. Bahkan, bahan kimia rumah tangga yang digunakan untuk perawatan halaman bisa sangat mematikan bagi serangga bercahaya ini.
Kunang-kunang menyukai iklim yang lembap dan hangat dengan musim dingin cukup. Namun, perubahan suhu global dan pola curah hujan akibat krisis iklim membuat lingkungannya menjadi tidak stabil. Hal itu tentunya dapat mengganggu siklus hidup alami kunang-kunang.
Dahulu jutaan kunang-kunang ditangkap untuk diambil enzim bercahayanya untuk digunakan dalam riset sains dan medis. Bahkan anak-anak dibayar untuk menangkapnya dalam jumlah besar. Kini, meskipun lebih jarang, kunang-kunang masih dimanfaatkan dalam atraksi wisata yang tidak selalu memperhatikan keseimbangan ekologis.