Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lampu Sorot bisa Memecah dan Memanaskan Awan, Mitos atau Fakta?

ilustrasi lampu sorot (flickr.com/Tim Shields)

Saat ada event besar yang diadakan di malam hari, baik itu pameran atau festival, biasanya ada lampu sorot (searchlights) yang ditembakkan ke langit. Tujuannya untuk menarik crowd sebanyak-banyaknya agar mau mengunjungi event tersebut.

Namun, apakah benar lampu sorot bisa memecah dan memanaskan awan lalu membuat hujan batal turun? Cari tahu kebenarannya di sini!

1. Definisi dan fungsi lampu sorot

Dilansir Britannica, lampu sorot adalah lampu listrik intensitas tinggi dengan reflektor untuk memusatkan sinar. Lampu yang bisa diputar ke segala arah ini digunakan untuk menerangi atau mencari objek yang jauh.

Dikembangkan pada akhir abad ke-19, lampu sorot digunakan untuk berbagai keperluan, seperti operasi militer (untuk mencari pesawat musuh di malam hari), mempromosikan suatu acara, hingga untuk kegiatan pencarian dan penyelamatan atau search and rescue (SAR).

2. Karena jaraknya terlalu jauh, lampu sorot tidak bisa memanaskan awan

ilustrasi lampu sorot, dilihat dari dekat (wikimedia.org/Ben P L)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa lampu sorot tidak memiliki kemampuan memecah awan penghasil hujan atau memperpanjang musim kemarau. Ini karena jarak antara lampu sorot dan awan terlalu jauh.

Jika lampu sorot memiliki panas 100 derajat celsius, maka suhunya akan mendekati 0 derajat celsius pada jarak 2,8 meter. Dan jika panasnya 200 derajat celsius, maka suhunya pada jarak 4,5 meter adalah 0 derajat celsius. Sementara, awan paling rendah terletak di ketinggian dua kilometer dari permukaan bumi.

3. Suhu panas belakangan ini karena fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole

Setelah membaca penjelasan di atas, jangan lagi menuding lampu sorot sebagai penyebab suhu panas yang belakangan ini kita rasakan. Penyebab sebenarnya adalah fenomena El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang mencapai puncaknya pada Oktober 2023, seperti yang diutarakan oleh Eddy Hermawan, peneliti ahli utama di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan dalam menghadapi cuaca panas. Seperti menghindari keluar rumah di siang hari, menggunakan topi atau penutup kepala lainnya, minum lebih banyak air, memakai sunscreen, lebih sering mandi, hingga mengenakan pakaian berwarna terang (karena tidak menyerap panas matahari) dan berbahan sejuk.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nena Zakiah
Achmad Fatkhur Rozi
Nena Zakiah
EditorNena Zakiah
Follow Us