Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
menanam pohon
ilustrasi menanam pohon (vecteezy.com/papan saenkutrueang)

Keingintahuan soal bagaimana pohon bekerja dalam menahan laju pemanasan global sering muncul ketika berbagai negara mulai menggelar program penghijauan, terutama saat bencana mulai menimpa. Upaya menanam pohon kerap dipromosikan sebagai jawaban cepat terhadap krisis, padahal mekanisme yang menentukan efektivitasnya berjalan melalui proses panjang yang tidak selalu terlihat dalam beberapa tahun pertama.

Banyak kegiatan reboisasi marak dilakukan dalam skala besar untuk mengatasi krisis iklim ini. Namun, penilaian mengenai efektivitasnya belum selalu konsisten. Maka dari itu, untuk menjawab rasa penasaran kamu berikut pembahasan selengkapnya!

1. Pertumbuhan awal memengaruhi kemampuan pohon menyerap karbon

ilustrasi menanam pohon (vecteezy.com/papan saenkutrueang)

Tahap awal pertumbuhan pohon menjadi fase paling menentukan karena proses fotosintesis meningkat pesat saat daun mulai berkembang sehingga karbon dioksida terserap dalam jumlah signifikan lalu disimpan dalam jaringan kayu. Tahap ini berjalan efektif apabila tanah memiliki nutrisi memadai, cahaya matahari tersedia dalam intensitas stabil, serta kelembapan terjaga agar klorofil bekerja optimal sejak hari pertama bibit ditempatkan di lahan. Contoh spesies seperti Shorea leprosula (meranti) bisa menunjukkan peningkatan penyerapan karbon cukup cepat pada tiga tahun pertama apabila kondisi lingkungannya mendukung sehingga bibit tidak kehilangan peluang membangun struktur batang yang kuat.

Kondisi lapangan berperan besar dalam menentukan kelanjutan pertumbuhan tersebut karena gangguan seperti genangan air berkepanjangan, kekeringan ekstrem, atau perubahan suhu mendadak dapat menekan aktivitas akar hingga proses produksi energi menurun. Bibit jati, misalnya, memiliki toleransi lebih rendah terhadap tanah terlalu lembap sehingga pengelolaan awal menjadi faktor serius agar pertumbuhan tidak terhambat pada bulan-bulan pertama. Periode kritis ini membentuk fondasi kemampuan pohon untuk bertahan dalam jangka panjang sehingga kontribusinya terhadap iklim benar-benar terasa ketika memasuki usia dewasa.

2. Karakter setiap spesies menentukan efektivitas reboisasi

ilustrasi menanam pohon (vecteezy.com/papan saenkutrueang)

Pemilihan spesies menjadi penentu utama karena tiap jenis pohon memiliki kecepatan tumbuh, kapasitas penyimpanan karbon, serta ketahanan ekologis yang berbeda sehingga pendekatan reboisasi tidak bisa disamaratakan. Spesies seperti sengon dikenal cepat tumbuh sehingga mampu menyerap karbon lebih awal namun penyimpanan jangka panjangnya tidak sebesar jenis meranti atau ulin yang lebih lambat tumbuh tetapi menyimpan karbon dalam jumlah monumental selama puluhan tahun. Zona tanam turut menentukan efektivitas seperti halnya cemara gunung yang mampu beradaptasi pada suhu rendah tetapi tidak cocok ditanam di tanah dataran rendah yang lebih panas.

Kesalahan memilih spesies bisa menciptakan masalah ekologis misalnya akasia jenis tertentu yang mampu tumbuh agresif hingga menekan vegetasi lokal sehingga keanekaragaman hayati menurun. Tanah juga dapat mengalami perubahan struktur apabila akar pohon tidak sesuai karakter lokasi sehingga reboisasi kehilangan fungsi sebagai pemulih ekosistem. Spesies lokal seperti mahoni atau damar sering menjadi pilihan tepat karena adaptasinya lebih stabil serta kemampuannya mendukung organisme lain sehingga seluruh ekosistem mendapatkan manfaat, bukan hanya pohonnya.

3. Perawatan berkelanjutan menentukan dampak jangka panjang reboisasi

ilustrasi menanam pohon (vecteezy.com/Seftian Anderson)

Pohon baru memerlukan pemantauan konsisten karena masa adaptasi terhadap iklim setempat tidak singkat sehingga pemeliharaan dasar seperti penyiraman teratur, perlindungan dari gangguan hewan, serta pengendalian gulma memberikan peluang pohon bertahan lebih lama. Bibit merbau, contohnya, memiliki laju tumbuh lambat sehingga perawatannya perlu lebih disiplin agar tidak kalah bersaing dengan tanaman liar yang tumbuh cepat. Upaya penanaman ribuan bibit sering gagal karena ketidakhadiran perawatan tiga tahun pertama sehingga persentase hidup turun drastis walau jumlah bibit yang ditanam terlihat besar.

Perawatan jangka panjang memungkinkan pohon mencapai usia dewasa ketika kapasitas penyimpanan karbon meningkat drastis karena volume biomassa terus bertambah setiap tahun. Proses ini bisa terputus apabila pohon ditebang lebih cepat dari usia penyimpanan optimal sehingga manfaat pengurangan karbon hilang meskipun penanamannya awalnya cukup berhasil. Kesadaran menjaga kawasan reboisasi menciptakan pemahaman bahwa menanam pohon bukan kegiatan simbolis melainkan langkah ekologis berkelanjutan yang membutuhkan rencana jangka panjang agar benar-benar memberikan efek terhadap iklim global.

Keyakinan bahwa pohon mampu membantu penyelamatan iklim dapat terbukti apabila seluruh prosesnya berjalan tepat. Harapan menahan laju krisis iklim tetap terbuka selama penanaman tidak hanya dilakukan sebagai aksi sesaat tetapi sebagai investasi ekologis yang terus dijaga. Menurutmu apakah strategi reboisasi di daerahmu sudah cukup untuk menghasilkan perubahan yang benar-benar berdampak nyata?

Referensi

"Examining the Viability of Planting Trees to Help Mitigate Climate Change". NASA. Diakses pada Desember 2025.

"Planting trees doesn’t always help with climate change". BBC. Diakses pada Desember 2025.

"Does planting trees really help cool the planet?" UC Riverside. Diakses pada Desember 2025.

"5 Reasons We Need Trees for a Healthy Planet". Canopy Tree Project. Diakses pada Desember 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team