11 Misteri di Hutan Hujan yang Diungkap Peneliti, Ada Teorinya!

Hutan hujan di seluruh dunia dipenuhi dengan berbagai misteri. Faktanya, ada manusia yang menghilang saat menjelajahi hutan hujan, dan ada pula spesies yang lenyap tanpa diketahui alasannya. Hutan hujan juga menyimpan rahasia yang baru ditemukan di era modern, seperti spesies hewan dan tumbuhan baru, serta fenomena misterius lainnya.
Hutan hujan umumnya memiliki lebih banyak hewan atau keanekaragaman hayati ketimbang manusia. Meskipun begitu, ada sekitar 400 suku asli yang saat ini tinggal di hutan hujan Amazon, yang membentang di delapan negara Amerika Selatan. Sementara itu, hutan hujan di Cekungan Kongo menopang sekitar 75 juta penduduk Afrika, tulis World Wildlife Foundation.
Sepanjang sejarah peradaban, manusia memang menjadikan hutan hujan sebagai tempat tinggal, dan beberapa di antaranya meninggalkan artefak yang masih membingungkan sejarawan dan ilmuwan hingga saat ini. Demikian pula banyak fenomena alam yang ditemukan di hutan-hutan dunia, dan membuat para peneliti kebingungan. Misteri-misteri yang jarang dibahas ini membuat hutan hujan di planet kita sangat unik dan menarik. Yap, asalkan manusia tidak merusaknya, ya.
1. Hilangnya burung-burung di Pulau Barro Colorado

Pulau Barro Colorado di Panama adalah hutan hujan yang dulunya dihuni lebih dari 200 spesies burung. Sejumlah spesies tersebut kini telah punah. Alasan kepunahannya masih belum diketahui, dan sedang diselidiki para ahli ekologi.
Secara spesifik, 45 spesies burung menghilang sejak tahun 1914. Ketika Terusan Panama selesai dibangun pada tahun itu, Danau Gatun naik dan mengisi lembah-lembah di sekitar Barro Colorado. Para ahli ekologi berhipotesis pada tahun 1980 bahwa setelah predator yang lebih besar mati karena kekurangan ruang atau kehilangan habitatnya, populasi mamalia berukuran sedang seperti monyet dan coati (mirip dengan rakun) mengalami lonjakan. Para ilmuwan percaya bahwa mamalia tersebut memakan telur burung.
Dikutip dari Oregon State University, ahli ekologi dari Universitas Negeri Oregon, Douglas Robinson, memulai penelitian pada tahun 1994 untuk memecahkan misteri hilangnya burung-burung tersebut. Ia melakukan beberapa perjalanan ke Barro Colorado untuk mempelajari pola terbang burung yang masih hidup dan mencari tahu predator apa yang memangsa telur burung-burung ini. Ia juga melepaskan 10 spesies burung di atas air untuk melihat apakah mereka akan terbang, dan jika iya, seberapa jauh terbangnya. Nah, beberapa burung dengan mudah mencapai daratan, sementara yang lain menolak untuk terbang. Robinson menyimpulkan bahwa burung-burung yang tidak pergi ke mana pun gagal berkembang biak di pulau itu, dan spesies serupa kemungkinan besar punah karena alasan itu.
Selanjutnya, Douglas Robinson merekam 10 video untuk melihat makhluk apa yang memakan telur burung. Ia berharap melihat mamalia memakan telur-telur itu, tetapi ternyata ular adalah pelaku utamanya, hewan yang sebelumnya tidak dipertimbangkan. Bukti lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi teori-teori ini, tetapi Robinson terus melakukan penelitian agar misteri ini dapat dipecahkan sepenuhnya.
2. Geoglif di Amazon

Ratusan parit besar berbentuk geometris di tanah hutan hujan Amazon. Parit-parit ini diperkirakan berusia ribuan tahun. Sayangnya, para ilmuwan tidak tahu bagaimana parit-parit itu bisa terbentuk. Di samping itu, suku-suku atau masyarakat adat memang sudah tinggal di Amazon sejak lama sebelum kedatangan orang Eropa.
Para ilmuwan berhipotesis bahwa geoglif tersebut mungkin merupakan ruang pertemuan ritual. Dikutip CBC, peneliti Jennifer Watling dan timnya merekonstruksi secara digital ribuan tahun yang lalu hutan di atas dua situs geoglif tersebut. Mereka pun menemukan bahwa suku-suku di hutan tersebut mengelola pertumbuhan hutan dengan melakukan deforestasi. Menurut penelitian mereka yang diterbitkan pada tahun 2017, berjudul "Impact of pre-Columbian 'Geoglyph' Builders on Amazonian Forests," penggundulan lahan ini berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi dalam skala kecil, dengan sedikit dampak negatif bagi wilayah tersebut secara keseluruhan.
3. Keberadaan makhluk mapinguari

Mapinguari adalah makhluk mitologi mirip kukang. Beberapa suku di Amazon mengaku pernah melihat mapinguari hingga cerita tentang makhluk ini tersebar luas di seluruh cerita rakyat Amazon. Makhluk ini konon tingginya lebih dari 3 meter, memiliki bulu, dan badannya berbau busuk.
Ada pula yang mengaku melihat mapinguari memiliki satu atau dua mata, dan terdapat mulut menganga di perutnya. Menurut legenda, jika ingin membunuh mapinguari, seseorang harus menembak kepalanya. Namun, lebih baik orang yang melihat mapinguari memanjat pohon dan jangan sampai terlihat. Pasalnya, mapinguari konon sangat agresif kepada siapa pun yang merusak hutan hujan Amazon.
Dikutip The New York Times, para ilmuwan mencoba mencari makhluk tersebut tetapi belum menemukan apa pun. Ahli ornitologi David Oren mengatakan, "Bagi saya cukup jelas bahwa legenda mapinguari merupakan kukang tanah terakhir." Ia menambahkan, "Kita tahu bahwa spesies yang punah bisa menjadi legenda selama ratusan tahun."
Jika mapinguari memang ada, para ilmuwan mengira dengan adanya deforestasi besar-besaran di Amazon, makhluk itu pasti sudah menampakkan dirinya dan membunuh orang-orang yang merusak hutan. Namun di sisi lain, berdasarkan bukti fosil, ada bukti bahwa Megatherium, atau kukang raksasa, ada selama Zaman Es terakhir, akan tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa makhluk serupa ada saat ini.
4. Keberadaan monyet titi berekor api

Pada tahun 2014 sampai 2015, para peneliti mendokumentasikan lebih dari 300 spesies baru di hutan hujan Amazon. Untungnya, banyak yang ditemukan di kawasan lindung. Hutan tropis basah ini dikenal memiliki lebih banyak spesies daripada ekosistem lain, jadi tidak mengherankan jika para ilmuwan masih menemukan spesies baru di wilayah tersebut.
Sebuah laporan dari World Wildlife Foundation menyertakan pembaruan tentang spesies dari tahun 2010 hingga 2013, salah satu spesies barunya adalah monyet titi berekor api (Plecturocebus miltoni) dari Amazon selatan Brasil. Pertama kali dicatat pada tahun 2010, monyet ini belum terklasifikasi melalui tiga ekspedisi tambahan dan sebuah makalah ilmiah, sebelum akhirnya secara resmi dinyatakan sebagai monyet titi Milton, yang merupakan nama yang lebih dikenal. Spesies ini dinamai berdasarkan nama ilmuwan Milton Thiago de Mello, yang karyanya berperan penting dalam mengembangkan bidang primatologi Brasil.
Nah, monyet dengan ekornya yang berwarna oranye terang ini tinggal di puncak pohon yang tinggi. Itu kenapa keberadaan monyet titi sulit ditemukan. Namun, keberadaan monyet titi berekor api diketahui lewat suara mereka, terutama di pagi hari. Monyet titi berekor api memang menjaga jarak dari kelompok lain dan menjaga wilayah mereka sendiri. Mereka dapat ditemukan di cagar alam dan wilayah adat di Brasil.
5. Silkhenge di Peru

Struktur sutra kecil seukuran ujung jari (silkhenge), pertama kali ditemukan di Peru pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2019, ahli entomologi tropis bernama Phil Torres merekam struktur unik tersebut dalam video. Namun, para ilmuwan belum melihat secara langsung hewan apa yang bisa membuat struktur unik tersebut, seperti yang ditulis Live Science. Kendati demikian, para ilmuwan berspekulasi bahwa hewan itu adalah laba-laba. Pertanyaannya, ada berbagai macam laba-laba di luar sana, jadi laba-laba jenis apa itu, ya?
Silkhenge ini dinamai berdasarkan Stonehenge karena kerucutnya dikelilingi oleh pilar. Para ilmuwan berspekulasi bahwa struktur ini dibuat untuk melindungi kantung telur laba-laba misterius ini, tetapi hal itu belum terbukti secara pasti. Para peneliti tidak tahu bagaimana atau mengapa struktur ini dibuat.
Struktur sutra ini diyakini tersebar di seluruh Amazon, meskipun sebagian besar muncul di bawah daun lebar atau di kulit kayu. "Satu hal penting yang kami pelajari kali ini dan dapat saya pastikan adalah bahwa sekarang kami menemukan mereka berkelompok. Jika kita menemukan satu dan menghabiskan cukup waktu untuk mencari di sekitar area tersebut, kita akan menemukan lebih banyak lagi," kata Torres. "Jadi, itu memberi tahu kita sesuatu tentang perilakunya."
6. Paus mati di sungai Amazon
Seekor paus bungkuk mati ditemukan di dekat tepi hutan hujan Amazon pada Februari 2019. Tidak jelas bagaimana paus itu bisa berada di luar air, apalagi sampai muncul di hutan hujan. Kendati demikian, para ilmuwan memiliki teori mereka sendiri, nih.
Paus bungkuk itu diperkirakan masih anak paus (berusia kurang dari satu tahun). Hal ini diketahui dari ukurannya, yang hanya sepanjang 8 meter. Paus itu ditemukan tanpa luka di Pulau Marajo di muara Sungai Amazon.
Paus bungkuk sendiri biasanya bermigrasi ribuan kilometer ke lautan Antartika di musim panas. Jadi paus itu berada di sungai Amazon pada musim yang tidak seharusnya. Alhasil, paus bungkuk itu melewati Cekungan Amazon di musim dingin, ketika air asin bercampur dengan air tawar dari sungai. Bagaimana mungkin anak paus itu bisa berada ribuan kilometer dari tempat seharusnya?
Science Alert melansir kabar bahwa para ilmuwan meyakini anak paus itu terpisah dari induknya selama migrasi. Paus bungkuk memiliki salah satu migrasi terpanjang, jadi tidak sepenuhnya mengejutkan jika seekor anak paus tersesat. Kemungkinan besar, paus itu terbawa gelombang yang kuat, terjerat di hutan bakau Brasil, dan tidak bisa melepaskan diri lagi. Teori lain adalah bahwa anak paus itu mati karena menelan sampah plastik, dan tubuhnya terhanyut ke sungai Amazon.
7. Suku Piripkura dan masyarakat adat terpencil lainnya

Terdapat banyak suku yang tinggal di hutan hujan Amazon yang memilih untuk tidak berhubungan dengan dunia luar, meskipun mereka menyadarinya. Brasil diyakini memiliki 100 suku yang tidak punya kontak dengan peradaban luar. Namun, beberapa anggota suku tersebut pernah menjelajah dunia luar karena alasan mendesak, seperti sakit. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka masih sangat tertutup.
Suku Piripkura di Brasil berjumlah sekitar 20 orang pada tahun 1980-an. Suku Gavião yang bertetangga menyebut mereka sebagai "orang kupu-kupu" karena gaya hidup nomaden mereka. Pada tahun 1998, dua laki-laki dari suku Piripkura meninggalkan hutan untuk dirawat di rumah sakit karena sakit parah. Selama dirawat di rumah sakit, mereka bercerita tentang pembantaian yang menimpa suku mereka oleh para penjajah. Seorang perempuan dari Suku Piripkura yang selamat, sekarang tinggal di cagar alam suku Karipuna.
Pada April 2021, seorang hakim Brasil memerintahkan FUNAI (lembaga urusan masyarakat adat Brasil), untuk menetapkan batas cagar alam Piripkura seluas 600.000 hektar dalam waktu 90 hari, tulis Al Jazeera. Hal ini memberikan perlindungan hukum kepada suku Piripkura dengan menjamin hak mereka atas tanah tersebut.
Cagar alam tersebut, serta kehadiran agen-agen Brasil, diharapkan dapat mencegah penebang kayu dan peternak yang ingin mencuri tanah dari suku-suku adat. Namun, dengan deforestasi yang terus berlanjut, kemungkinan besar masalah-masalah ini akan semakin memburuk ketimbang membaik.
8. Sungai mendidih di hutan Amazon

Hutan hujan Amazon menyimpan sebuah sungai mendidih, yang konon bisa membunuh siapa pun yang jatuh ke dalamnya. Kota setempat, Mayantuyacu, yang terletak di Peru tengah, memiliki seorang dukun yang menganggap bahwa sungai itu suci dan airnya digunakan untuk pengobatan.
Dikutip Atlas Obscura, suhu airnya berkisar antara 49 hingga hampir 93 derajat Celcius. Jika seseorang jatuh ke dalamnya, orang itu akan menderita luka bakar tingkat tiga dalam hitungan detik, lho. Di sisi lain, panjang sungai ini mencapai 6,5 kilometer. Nah, beberapa area sungai ini punya kedalaman hingga 4,9 meter.
Ahli geologi Andres Ruzo mempelajari sungai mendidih ini lebih dalam setelah mendengar cerita tentang sungai ini saat masih kecil. Ekspedisi pertamanya ke Peru tengah terjadi pada tahun 2011. Setelah ia dapat izin untuk mempelajari sungai tersebut, Ruzo mencatat suhu rata-rata sungai tersebut adalah 86 derajat Celcius. Jadi, airnya tidak mendidih, tetapi cukup panas untuk membunuh hewan kecil yang jatuh ke dalamnya.
Namun, Andres Ruzo masih bingung kenapa sungai itu panas, mengingat sungai itu tidak berada di dekat gunung berapi. Ia pun berhipotesis bahwa air meresap jauh ke dalam Bumi, di mana air tersebut memanas di bawah tanah sebelum dibawa kembali ke permukaan oleh patahan dan retakan. Sejak kunjungan pertamanya, Ruzo terus melanjutkan penelitiannya untuk mempelajari sungai tersebut.
9. Hutan hujan Afrika yang belum tersentuh

Mengingat usia Bumi sudah sangat tua dan lamanya waktu yang telah dihabiskan manusia untuk menjelajahinya, agaknya tidak mungkin ada tempat yang belum tersentuh oleh tangan manusia, kan. Namun, ada satu hutan hujan di Afrika yang sepenuhnya belum tersentuh manusia, lho.
Dr. Julian Bayliss, seorang ilmuwan konservasi dan ahli kupu-kupu, menjelajahi Google Earth untuk meneliti hutan hujan Afrika. Pada tahun 2012, ia menemukan hutan hujan di dalam kawah di puncak gunung di Mozambik, tulis BBC Earth. Lima tahun kemudian, ia memimpin tim beranggotakan 28 orang untuk mendaki gunung dan menjelajahi hutan hujan tersebut. Sayangnya, untuk memastikan keberadaan hutan hujan di sana pun sulit, mengingat tebing batunya sangat curam, sehingga drone yang mereka gunakan untuk memeriksa hutan hampir hilang.
Selama perjalanan mereka, para ilmuwan menemukan beberapa spesies baru, seperti kupu-kupu yang diberi nama sesuai nama gunung tersebut, yang disebut Lico, lapor The Verge. Mereka juga menemukan beberapa pot buatan tangan dari peradaban kuno di dekat aliran sungai. Bukti ini menunjukkan adanya keberadaan manusia di hutan hujan tersebut pada suatu periode. Para ilmuwan berhipotesis bahwa pot-pot tersebut merupakan persembahan agar sungai terus mengalir untuk menghidupi orang-orang yang tinggal di pegunungan.
10. Suku pertama di hutan hujan Amazon di Amerika Selatan

Seperti yang dilansir Live Science, bentangan gambar sepanjang 12,8 kilometer dari Zaman Es terakhir, yang digali di Amazon pada tahun 2017 sampai 2018, memberikan petunjuk tentang manusia purba yang hidup di hutan hujan Amazon yang saat itu sedang berkembang. Gambar-gambar tersebut mencakup jejak tangan dan hewan seperti mastodon (mamalia besar) dan sloth raksasa, beserta ilustrasi manusia dan interaksi mereka dengan lingkungan. Gambaran ini memberi tahu para arkeolog sekilas tentang rupa spesies yang sekarang telah punah.
Ditemukan di hutan hujan Amazon Kolombia utara, gambar-gambar tersebut berasal dari 12.600 hingga 11.800 tahun yang lalu, yaitu ketika dunia mulai pulih dari Zaman Es. Peningkatan suhu di daerah tersebut menciptakan hutan hujan seperti yang kita kenal sekarang.
Proyek LastJourney, yang merupakan penggalian gua-gua di tempat gambar-gambar itu ditemukan, terus melakukan penelitian untuk mencari tahu kapan manusia pertama kali menetap di Amazon dan bagaimana mereka memengaruhi keanekaragaman hayatinya. Apalagi Amerika Selatan adalah benua terakhir yang dijajah oleh manusia, yang dimulai sekitar zaman es terakhir. Jadi gambar-gambar yang ditemukan merupakan harapan bagi peneliti untuk terus memecahkan misteri ini.
11. Kota mitos El Dorado

Para penjelajah Eropa percaya akan keberadaan kota El Dorado yang hilang selama ratusan tahun. Mereka beranggapan bahwa ada peradaban makmur yang tersembunyi di hutan hujan Amerika Selatan ini. Tapi apakah kota itu benar-benar ada?
Dikutip BBC, menurut bukti arkeologis terbaru, El Dorado tidak sepenuhnya ada seperti yang dibayangkan para penjelajah Eropa tersebut. Tradisi suku Muisca di Kolombia kemungkinan ada kaitannya dengan kota misterius ini. Bagi suku Muisca, El Dorado (dengan simbol emasnya) adalah penguasa yang sangat kaya, bukan peradaban.
Penguasa baru ini diminta menjalani ritual peralihan, yang membutuhkan masa inisiasi yang panjang. Setelah itu, penguasa baru dibawa ke tengah danau untuk mempersembahkan sesaji kepada para dewa. Emas dilemparkan ke danau, karena bagi suku Muisca, emas dikaitkan dengan hal ilahi. Emas tidak melambangkan kekayaan, tetapi mengartikan keseimbangan dan kedamaian.
Nah, penjelajah Eropa tertarik ke Kolombia karena desas-desus tentang harta karun ini dan tentang kota mitos El Dorado yang konon menyimpan emas tersebut. Berabad-abad kemudian, para penjelajah mengeksploitasi Kolombia untuk mengeruk emasnya. Setelah penemuan emas pada tahun 1970-an, pasar emas dibanjiri. Sebagian besar emas yang ditemukan tersebut telah dilebur, dan sejarah tentang Kolombia di peradaban kuno pun ikut hilang akibat eksploitasi ini.
Selain menyimpan banyak misteri, hutan hujan juga menyimpan kekayaan yang tak bisa digantikan oleh apapun. Namun, banyak peneliti yang ternyata punya teori tersendiri terkait keunikan dan fenomena misterinya itu. Itu sebabnya, hutan hujan sebaiknya dilindungi demi menjaga keseimbangan alam. Mengingat misteri hutan hujan ini akan ikut tergerus jika hutan hujan mengalami deforestasi.


















