10 Atraksi Hewan Terkejam di Dunia, Banyak dari Indonesia

Seperti yang kita tahu, gajah adalah hewan yang seharusnya tinggal bebas di alam liar. Untuk membuatnya menurut dan mau ditunggangi, mereka direbut dari ibunya saat masih bayi dan harus mendapatkan pelatihan yang disebut dengan “the crush”. 

Penelitian tersebut mengatakan bahwa mereka dimasukkan ke kandang yang kecil, diikat lehernya dengan rantai, serta tak jarang mendapatkan pukulan dan perlakuan kejam. Semua dilakukan agar mereka mau menurut.

Akhirnya gajah pun mengalami trauma hingga mereka tumbuh dewasa. Walaupun mereka dilepaskan ke alam liar, gajah tidak akan mampu lagi membentuk ikatan sosial dengan kawanannya. 

Selfie bersama harimau adalah atraksi menegangkan yang disukai banyak orang. Mereka bisa mendekat, memegang, dan bahkan menggendong bayi harimau yang masih berusia beberapa bulan dengan aman.

Namun orang-orang tidak sadar bahwa perlakuan tersebut membuat si hewan liar merasa tidak nyaman hingga akhirnya stres. Tak hanya itu, atraksi ini juga memisahkannya dengan sang induk. Dilansir dari BBC Wildlife, kamu akan sering menemukan atraksi ini di wilayah Australia, Meksiko, Argentina, dan Asia, termasuk di Indonesia. 

Untuk memenuhi pariwisata singa yang sedang berkembang, anak singa diambil dari induknya saat berumur satu bulan. Mereka akan dilatih sehingga pengunjung bisa berjalan bersamanya dengan aman.

Ketika menunjukkan perilaku yang agresif, singa kerap kali mendapatkan pukulan. Hewan malang tersebut akan mengalami penawanan sepanjang hidupnya karena mereka tidak bisa dilepas ke alam liar. 

Beruang secara natural merupakan hewan yang sangat tertutup di alam liar. Namun ketika manusia membawanya ke taman, mereka pun tidak bisa mendapatkan ruang untuk sendiri.

Daerah sekitar kandangnya selalu dipenuhi oleh pengunjung sehingga mereka akan merasa stres dan tertekan. Tidak hanya itu, terkadang mereka juga dipaksa untuk bertingkah laku seperti badut untuk menghibur manusia.

Di daerah pesisir sering kali terdapat peternakan penyu yang membantu hewan laut tersebut berkembang biak dengan lebih baik. Namun di Kepulauan Cayman, pengelola membukanya sebagai tempat pariwisata. Salah satu hiburan yang ditawarkan adalah pengunjung bisa memegang penyu untuk dilepaskan ke laut.

Karena hal ini, mereka pun mengalami stres, gangguan sistem imun, dan akhirnya rentan terserang penyakit. Dilansir dari World Animal Protection, setidaknya 1.300 ekor penyu mati di peternakan tersebut. Belum lagi mereka yang terkena cedera, karena para pengunjung tidak memegangnya dengan benar. 

Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan pertunjukan sirkus yang satu ini kan? Terkadang orang rela membayar mahal demi menonton atraksi lumba-lumba yang sangat menarik. Mereka tidak tahu bagaimana mamalia laut tersebut menderita karena terjebak di sirkus yang kejam.

Lumba-lumba harus menghadapi penderitaan selama hidupnya. Menurut penelitian yang sama, mereka dikurung di ruang yang sempit, menderita iritasi mata dan kulit karena klorin, serta mendapatkan pelatihan yang buruk. Mereka juga tidak bisa menggunakan sistem ekolokasinya dengan baik karena berada di kolam renang. Akhirnya sebagian besar akan mati akibat serangan jantung dan penyakit lambung.

Dulu, pertunjukan ini bisa kita nikmati di sekitar rumah karena pawang topeng monyet selalu berkeliling di daerah permukiman. Ternyata tidak hanya di Indonesia, hal yang serupa pun terjadi di Thailand. 

Banyak yang menentang pertunjukan ini karena monyet biasanya dilatih dengan agresif dan kejam agar bisa berjalan dan berperilaku layaknya manusia. Ketika sedang tidak tampil, mereka sering kali ditempatkan di kandang yang sempit dan dirantai. Akhirnya banyak monyet yang mengalami infeksi dan stres.

Kopi luwak sering kali disebut sebagai jenis kopi yang paling enak. Sudah banyak perkebunan yang dibangun untuk memproduksinya di Indonesia. Mamalia berutubuh kecil tersebut ternyata tidak mendapatkan perlakuan yang baik di perkebunan. Mereka dikurung di kandang yang kecil dan kotor karena kebersihannya kurang dijaga. 

Tidak hanya itu, untuk memproduksi lebih banyak kopi, luwak sering diberi makan biji kopi saja tanpa variasi lainnya. Padahal menurut laman Animal Spot, mereka juga mengonsumsi buah, serangga, katak, dan lainnya. Semakin banyaknya permintaan akan kopi luwak, semakin banyak pula luwak yang ditangkap dan dikurung.

Pernahkah kamu melihat atraksi mencium ular kobra? Pertunjukan ini banyak terjadi di Thailand dan India. Kobra yang ditampilkan terlihat jinak dan menurut pada pawangnya.

Jelas saja, ini karena bisa dan taring mereka sudah diambil secara paksa oleh manusia. Bahkan sering kali cara yang digunakan tidak steril dan menyakiti ular tersebut. Setelahnya, mereka akan dilatih dengan kejam agar tidak agresif di depan penonton.

Peternakan buaya biasanya dibangun untuk menyediakan permintaan akan kulit dan daging buaya. Kulitnya digunakan untuk keperluan industri fesyen, sedangkan dagingnya untuk dikonsumsi manusia. 

Tidak cukup sampai di situ, kini orang pun bisa mengunjungi peternakan buaya untuk berinteraksi dengan hewan buas tersebut. Di dalam area yang sempit, buaya akhirnya rentan terhadap stres, berkompetisi untuk makanan yang sedikit, dan akhirnya tak jarang mereka pun mati dengan mengenaskan. 

Hingga saat ini semua atraksi tersebut masih beroperasi di berbagai belahan dunia. Penelitian WildCRU mengatakan bahwa mereka masih menghasilkan uang triliunan dolar karena para turis tidak mengetahui apa yang terjadi di balik layar. Nah, setelah memahami fakta ini, apakah kamu masih mau membayar untuk atraksi tersebut?