5 Fakta Kelam Flu Spanyol 1918, Wabah ini Tidak Berasal dari Spanyol!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Wabah flu Spanyol 1918 adalah salah satu bencana kesehatan terbesar dalam sejarah manusia. Wabah ini menewaskan puluhan juta orang di seluruh dunia, dan menimbulkan dampak sosial, ekonomi, dan politik yang luar biasa. Namun, banyak orang masih salah mengerti tentang wabah ini, baik penyebab, penyebaran, maupun akibatnya.
Setiap pandemi mematikan yang berhasil menciptakan sejarah baru pasti memiliki fakta kelam dibaliknya, yang mungkin belum banyak diketahui. Apa saja fakta kelam pandemi flu Spanyol 1918?
1. Wabah ini tidak berasal dari Spanyol
Melansir HISTORY, nama "flu Spanyol" mungkin menimbulkan kesan bahwa wabah ini berasal dari Spanyol. Namun, ini adalah salah besar. Nama ini muncul karena Spanyol adalah salah satu negara netral yang tidak terlibat dalam Perang Dunia I, sehingga media di sana lebih bebas melaporkan tentang wabah ini. Negara-negara yang terlibat perang cenderung menyembunyikan informasi tentang wabah ini agar tidak memberi keuntungan kepada musuh. Akibatnya, orang-orang berpikir bahwa Spanyol adalah negara yang paling parah terkena wabah ini.
Padahal, asal-usul wabah ini masih diperdebatkan hingga kini. Beberapa hipotesis mengatakan bahwa wabah ini berasal dari Asia Timur, Eropa, atau bahkan Kansas, Amerika Serikat. Yang pasti, wabah ini menyebar dengan cepat karena adanya pergerakan tentara dan pengungsi akibat perang.
2. Wabah ini bukan disebabkan oleh virus super
Menurut CDC, flu Spanyol 1918 menyebar dengan sangat cepat dan mematikan. Dalam waktu enam bulan pertama, wabah ini menewaskan 25 juta orang di seluruh dunia. Banyak orang yang takut bahwa ini adalah akhir dari umat manusia, dan mengira bahwa virus yang menyebabkan wabah ini adalah virus super yang sangat ganas. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus ini sebenarnya tidak berbeda secara mendasar dari virus yang menyebabkan wabah-wabah lainnya.
Banyak faktor lain yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian, seperti kerumunan di kamp-kamp militer dan lingkungan perkotaan, gizi dan sanitasi yang buruk, serta kurangnya obat dan vaksin. Banyak korban yang meninggal karena infeksi bakteri pneumonia di paru-paru yang sudah lemah akibat flu.
3. Gelombang kedua wabah ini paling mematikan
Editor’s picks
Banyak orang yang mengira bahwa wabah ini paling mematikan pada gelombang pertamanya, yaitu pada paruh pertama tahun 1918. Namun, kenyataannya adalah gelombang pertama ini relatif rendah angka kematianya. Gelombang kedua, yang terjadi pada Oktober hingga Desember 1918, adalah yang paling mematikan. Gelombang ketiga, yang terjadi pada musim semi 1919, juga lebih mematikan dari gelombang pertama, tetapi lebih rendah dari gelombang kedua.
Para ilmuwan percaya bahwa peningkatan kematian pada gelombang kedua disebabkan oleh kondisi yang menguntungkan penyebaran strain virus yang lebih mematikan. Orang-orang yang terinfeksi ringan cenderung tinggal di rumah, sedangkan yang terinfeksi parah sering berkumpul di rumah sakit dan kamp, meningkatkan transmisi bentuk virus yang lebih ganas.
4. Wabah ini mempengaruhi kelompok usia muda
Salah satu hal yang paling mengejutkan tentang wabah flu Spanyol 1918 adalah bahwa wabah ini lebih banyak menewaskan kalangan usia muda yang cenderung sehat, daripada anak-anak dan orang tua, yang biasanya lebih rentan terhadap flu. Menurut Smithsonian Magazine, sekitar setengah dari korban meninggal berusia antara 20 dan 40 tahun. Hal ini bertentangan dengan pola kematian akibat flu biasa, yang biasanya lebih tinggi di antara orang-orang yang lebih tua dan lebih muda.
Ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini, seperti teori bahwa sistem kekebalan tubuh orang-orang muda lebih bereaksi berlebihan terhadap virus, menyebabkan peradangan paru-paru yang fatal, atau teori bahwa orang-orang muda lebih terpapar virus karena aktivitas sosial dan pekerjaan mereka. Apapun penyebabnya, fakta ini menunjukkan bahwa wabah flu Spanyol 1918 sangat berbeda dari wabah-wabah lainnya.
5. Wabah ini meninggalkan dampak jangka panjang
Wabah ini menurunkan kualitas hidup orang-orang yang selamat, terutama yang terinfeksi sejak dalam kandungan atau kecil. Penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang lahir pada tahun 1919 memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi, tingkat pendidikan yang lebih rendah, dan tingkat penghasilan yang lebih rendah daripada orang-orang yang lahir pada tahun-tahun lain.
Wabah ini juga mengubah situasi ekonomi dan sosial banyak negara, yang sudah terdampak oleh Perang Dunia I. Peneliti memperkirakan bahwa di negara-negara yang terkena dampak, pandemi mengurangi PDB per kapita riil sebesar 6 persen dan konsumsi pribadi sebesar 8 persen, penurunan yang sebanding dengan yang terlihat selama Resesi Hebat 2008-2009.
Wabah ini mempengaruhi jalannya perang dan perdamaian, dan menentukan nasib beberapa negara, seperti Jerman dan Amerika Serikat. Jerman mengalami kekalahan dan kehancuran akibat wabah ini, yang berkontribusi terhadap ketidakpuasan dan kemunculan rezim Nazi di kemudian hari. Sementara itu, Amerika Serikat menjadi kekuatan baru dunia setelah berhasil mengatasi wabah ini dengan lebih baik daripada negara-negara lain.
Wabah flu Spanyol 1918 adalah salah satu peristiwa paling mengguncang dalam sejarah manusia. Wabah ini mengajarkan kita tentang betapa rapuhnya kehidupan, tetapi juga tentang betapa tangguhnya manusia. Wabah ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya kerjasama, komunikasi, dan kesehatan dalam menghadapi tantangan global. Dengan mempelajari wabah ini, kita bisa lebih siap dan lebih bijak dalam menghadapi pandemi yang mungkin terjadi di masa depan.
Baca Juga: Pembantaian Ocoee, Hari Pemilu Terburuk dalam Sejarah Amerika
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.