Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi burung merpati (pexels.com/Taryn Elliott)

Jauh sebelum kehadiran smartphone atau telepon, orang-orang di berbagai belahan dunia sudah saling berkomunikasi, lho. Alih-alih pakai jaringan internet, pada masa lalu konon burung merpati digunakan sebagai alat penyampai pesan.

Untuk mengatarkan pesan, merpati akan dikirim dari rumahnya menuju tempat tujuan dan kembali lagi. Keunikan tersebut pun bisa kamu lihat hingga sekarang. Namun, tidak sebagai penyampai pesan, ya.

Tak punya GPS, bagaimana cara burung merpati menemukan jalan pulang? Begini penjelasannya.

Bagaimana cara burung merpati menemukan jalan pulang?

Banyak penelitian yang coba mengulik kemampuan burung merpati. Sayangnya, belum ada yang sepenuhnya memahami cara merpati bisa kembali ke rumah. Walau begitu, penjelasan berikut setidaknya bisa menjadi jawaban ringkas. 

1. Bergantung pada Matahari

Pendapat ahli paling populer menyatakan bahwa kemampuan burung merpati berkaitan dengan mekanisme kompas yang dimilikinya. Mekanisme tersebut membantu merpati terbang ke arah yang benar. Pasalnya, berkat mekanisme tersebut merpati dapat memetakan kawasan yang dilaluinya dan tujuan alias rumahnya. 

Nah, mekanisme tersebut kemungkinan besar bergantung pada Matahari. Merpati menggunakan posisi dan sudut Matahari untuk menentukan arah terbangnya.

Namun, peneliti belum menemukan detail bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Di sisi lain, ada kemungkinan merpati mengandalkan aktivitas kuat dari Matahari yang dapat menciptakan badai geomagnetik guna mendistoris medan magnet normal Bumi.

2. Memanfaatkan medan magnet

ilustrasi pria memberi makan burung merpati (pexels.com/Ömer Faruk Yıldız)

Beberapa ahli berpendapat bahwa merpati mungkin mengandalkan kemampuan magnetoreseptornya. Ilmuwan melaporkan sel induk otak yang berhubungan dengan telinga bagian dalam akan aktif saat seekor merpati terpapar medan magnet.

J. David Dickman, ahli saraf di Baylor College of Medicine di Houston dalam Audubon menjelaskan sel-sel otak tersebut memberi sinyal atas arah, intensitas, dan polaritas medan magnet Bumi. Secara tidak langsung, sinyal yang diproses dapat bekerja sebagaimana GPS. Meski demikian, ahli masih terus mempelajari hal ini.

3. Mengandalkan infrasonik frekuensi rendah

Kemungkinan terbaru juga menjelaskan bahwa kemampuan merpati tersebut mengandalkan infrasonik frekuensi rendah sehingga bisa menemukan jalan pulang. Suara frekuensi rendah ini dihasilkan oleh hampir semua hal, termasuk lautan dan kerak Bumi. Namun, suara itu tidak bisa ditangkap oleh telinga manusia.

Nah, merpati punya kemampuan tersebut. Merpati mungkin mendengarkan suara di tempatnya berada dan membandingkan dengan objek di tempat asalnya. Begitu makin dekat dengan rumah, merpati juga dipandu oleh objek lain yang sudah dikenalnya sebelumnya.

Seberapa jauh merpati bisa pulang?

Merpati domestik (commons.wikimedia.org/Jin Kemoole)

Sejauh ini burung merpati jenis pos diketahui dapat menemukan jalan pulang dari jarak sejauh 1.100 mil atau sekitar 1.770 km. Merpati dapat menempuh rata-rata 50 mil per jam atau 80 km per jam dengan kecepatan mencapai 90 mph.

Merpati jenis pacuan pun dapat kembali ke kandanganya sejauh 400 mil atau 643 km. Uniknya, merpati bisa pulang dalam kurun waktu 1 hari bahkan dari tempat yang belum pernah dikenalinya sekalipun.

Bagaimana cara burung merpati menemukan jalan pulang belum sepenuhnya jelas. Meski demikian, ada kemungkinan seluruh aspek tersebut saling berkaitan sehingga meningkatkan presisi lokasi si merpati.

Referensi:

"How do Pigeons Find Their Way Home?". Audubon. Diakses Februari 2025.
"How do Pigeons Find Their Way Home? We Looked in Their Ears with a Diamond-based Quantum Microscope to Find Out". The University of Melbourne. Diakses Februari 2025.
"Homing Pigeons Find Their Way Home by Smelling the Air". The Science Breaker. Diakses Februari 2025.
"How Do Homing Pigeons Find Home?". Wonderopolis. Diakses Februari 2025.
"Solar Activity Effects on Pigeons". Stanford Solar Center. Diakses Februari 2025.

Editorial Team