Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi exp date
Ilustrasi exp date (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Intinya sih...

  • Uji stabilitas produk dilakukan dengan menyimpan sampel di berbagai kondisi penyimpanan dan memantau perubahan rasa, warna, aroma, atau tekstur.

  • Pengujian mikroba penting untuk mengetahui pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi yang bisa membuat produk tidak layak konsumsi.

  • Analisis kimia dan gizi rutin dilakukan untuk mengukur penurunan kandungan gizi dan faktor kimia yang membuat kualitas produk menurun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah nggak kamu membeli camilan atau minuman, lalu langsung mencari tulisan kecil bertuliskan “exp date” di sudut kemasan? Angka itu sering jadi penentu: apakah produk masih aman disantap atau sudah waktunya masuk tempat sampah. Tapi pertanyaannya, siapa sih yang menentukan tanggal tersebut dan bagaimana caranya?

Ternyata, jawabannya cukup menarik. Penentuan tanggal kedaluwarsa bukanlah hasil tebak-tebakan asal, melainkan melalui serangkaian uji ilmiah yang ketat. Di balik angka itu, ada kerja panjang para ilmuwan yang memadukan analisis laboratorium, uji sensoris, hingga pengujian ketahanan kemasan. Semua proses ini dilakukan demi memastikan keamanan sekaligus menjaga kepuasan konsumen. Nah, biar nggak penasaran, yuk kita kupas lebih dalam proses di balik penentuan tanggal kedaluwarsa!

1. Uji stabilitas produk

Ilustrasi uji stabilitas (pexels.com/Chokniti Khongchum)

Setiap produk lebih dulu melalui pengujian yang disebut uji stabilitas. Proses ini dilakukan dengan menyimpan sampel di berbagai kondisi penyimpanan lalu dipantau secara berkala. Ilmuwan akan melihat apakah terjadi perubahan rasa, warna, aroma, atau tekstur. Misalnya pada susu cair, tanda kerusakan biasanya mulai terlihat dari bau asam atau penggumpalan.

Selain di kondisi normal, sampel juga dites di suhu tinggi untuk mempercepat kerusakan. Metode ini disebut accelerated stability testing. Jika produk bisa bertahan tiga bulan di suhu panas, biasanya umurnya jauh lebih lama pada suhu ruang. Teknik ini memungkinkan prediksi masa simpan tanpa harus menunggu bertahun-tahun.

Dilansir Microchem Laboratory, masa simpan menunjukkan batas waktu di mana suatu produk masih layak dijual dan digunakan. Walaupun uji stabilitas tidak menetapkan standar “lulus” atau “gagal,” hasilnya tetap penting karena memberi gambaran kapan kualitas atau keamanan produk mulai menurun sehingga tidak lagi pantas untuk dikonsumsi konsumen.

2. Pengujian mikroba

Ilustrasi pengujian mikroba (pexels.com/Edward Jenner)

Faktor mikroba punya peran besar dalam menentukan umur simpan. Bakteri, jamur, dan ragi bisa berkembang biak dengan cepat, terutama di produk yang tidak diawetkan secara kimia. Untuk mengetahuinya, ilmuwan sengaja menambahkan atau memantau pertumbuhan mikroba pada sampel. Begitu jumlahnya melewati ambang batas aman, produk dianggap sudah tidak layak konsumsi.

Sejumlah penelitian menjelaskan bahwa bakteri seperti Listeria monocytogenes dapat tumbuh pesat pada makanan olahan setelah melewati batas penyimpanan yang dianjurkan, sehingga berisiko menimbulkan keracunan. Fakta semacam ini menunjukkan betapa pentingnya batas tanggal kedaluwarsa. Tanpa penelitian mikroba, angka di kemasan hanya akan jadi hiasan belaka.

3. Analisis kimia dan gizi

Ilustrasi analisis kimia (pexels.com/Martin Lopez)

Kerusakan produk tidak selalu karena mikroba. Ada juga faktor kimia yang membuat kualitas menurun. Lemak, misalnya, bisa teroksidasi hingga menimbulkan bau tengik. Vitamin pun lama-kelamaan bisa hilang kandungannya, sehingga manfaat gizi tidak lagi sesuai dengan label.

Ilmuwan biasanya rutin mengukur kandungan gizi pada sampel produk di berbagai periode penyimpanan. Jika terjadi penurunan drastis, itu jadi tanda umur simpan perlu dipersingkat. Bayangkan saja kalau suplemen vitamin C hanya tersisa separuh kandungan awal setelah enam bulan. Konsumen tentu dirugikan bila tidak ada kontrol ketat dari sisi kimia dan gizi.

4. Uji kemasan dan penyimpanan

Ilustrasi uji kemasan (pexels.com/Pixabay)

Kemasan ternyata berperan besar dalam menjaga ketahanan produk. Bahan plastik, kaca, hingga kaleng punya kemampuan berbeda dalam melindungi dari udara, cahaya, dan kelembapan. Ilmuwan akan meneliti seberapa baik kemasan mampu menghalangi oksigen atau sinar matahari yang bisa merusak isi. Dari hasil itu, umur simpan bisa diperkirakan lebih akurat. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa lapisan penghalang khusus seperti EVOH dalam kemasan multilayer dapat memperlambat oksidasi dan memperpanjang masa simpan dibanding plastik biasa.

Artinya, bukan hanya isi yang diuji, tapi juga wadahnya. Perbedaan teknologi kemasan bisa membuat selisih masa simpan cukup signifikan. Karena itu, instruksi “simpan di tempat sejuk” atau “dinginkan setelah dibuka” punya dasar ilmiah yang kuat.

5. Uji sensoris oleh panelis

Ilustrasi uji sensoris (pexels.com/Gustavo Fring)

Meski mesin laboratorium bisa mendeteksi banyak hal, tidak semua perubahan bisa tercatat secara angka. Di sinilah uji sensoris punya peran. Uji sensoris oleh panelis adalah proses penilaian kualitas produk pangan menggunakan panca indra manusia oleh sekelompok orang terlatih (panelis). Mereka akan menilai rasa, aroma, tekstur, dan penampilan produk dari waktu ke waktu, sehingga mampu membedakan apakah produk masih enak atau sudah tidak nyaman dikonsumsi.

Uji sensoris juga memastikan konsumen puas, bukan sekadar aman. Apa gunanya biskuit masih boleh dimakan kalau rasanya sudah hambar dan baunya aneh? Maka dari itu penilaian indera manusia tetap dilibatkan dalam menentukan tanggal kedaluwarsa.

Tanggal kedaluwarsa di kemasan bukan angka asal cetak. Ia merupakan hasil pengujian berlapis yang melibatkan sains, teknologi, dan bahkan lidah manusia. Dengan cara ini, produk bisa dipastikan tetap aman, bergizi, dan nikmat sampai batas yang tercantum.

Jadi, saat kamu melihat tulisan “baik digunakan sebelum” atau “exp date,” ingatlah proses panjang di baliknya. Angka itu adalah bentuk tanggung jawab ilmuwan sekaligus perlindungan untuk konsumen. Semua demi kenyamanan dan keamanan kita setiap kali menikmati produk sehari-hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team