6 Tanda Bahan Makanan Sudah Gak Layak Pakai Meski Belum Kedaluwarsa

- Bau menyengat atau gak biasa
- Perubahan tekstur yang drastis
- Warna berubah menjadi lebih gelap atau gak merata
Tanggal kedaluwarsa sering dijadikan patokan utama saat mengecek kelayakan bahan makanan. Namun, kenyataannya, ada banyak faktor lain yang bisa membuat bahan makanan rusak sebelum tanggal tersebut. Penyimpanan yang kurang tepat, paparan udara, suhu yang gak sesuai, hingga kontaminasi silang bisa mempercepat kerusakan makanan. Sayangnya, banyak orang yang masih mengira makanan tersebut aman hanya karena tanggal kedaluwarsanya belum lewat.
Kondisi ini bisa berbahaya jika diabaikan. Mengonsumsi bahan makanan yang sudah gak layak, meskipun belum kedaluwarsa, tetap berisiko menimbulkan gangguan kesehatan seperti keracunan makanan, diare, hingga infeksi bakteri. Maka dari itu, penting banget buat mengenali tanda-tanda makanan yang sudah gak layak dikonsumsi. Berikut enam tanda bahan makanan yang sebaiknya gak digunakan lagi meski belum melewati tanggal kedaluwarsa.
1. Bau menyengat atau gak biasa

Indra penciuman adalah alat deteksi paling dasar yang bisa kamu andalkan saat mengecek kualitas makanan. Jika bahan makanan mengeluarkan bau menyengat, asam, tengik, atau aroma yang berbeda dari biasanya, maka besar kemungkinan makanan tersebut sudah mulai rusak. Contohnya, daging segar seharusnya berbau netral atau sedikit amis. Tapi jika kamu mencium bau busuk yang tajam, sebaiknya jangan ambil risiko untuk mengonsumsinya.
Produk susu seperti susu cair, yogurt, atau keju juga sangat sensitif terhadap kerusakan. Susu yang sudah asam dan bau menyengat menunjukkan bahwa bakteri asam laktat sudah berkembang biak terlalu banyak. Meski tanggal kedaluwarsanya masih lama, susu semacam ini gak aman lagi dikonsumsi. Begitu juga dengan telur, yang jika dipecahkan dan langsung berbau sulfur atau bau busuk lainnya, sebaiknya langsung dibuang.
2. Perubahan tekstur yang drastis

Perubahan tekstur pada bahan makanan juga menjadi indikator kuat bahwa bahan tersebut sudah gak layak digunakan. Misalnya, sayuran yang seharusnya renyah dan segar, tiba-tiba menjadi lembek, berlendir, atau terlalu layu. Ini adalah tanda bahwa sayuran tersebut mulai membusuk karena aktivitas mikroba dan oksidasi. Meskipun belum lewat tanggal yang tertera pada kemasan, tekstur seperti itu menandakan kerusakan.
Pada daging atau ikan, tekstur yang berubah menjadi lengket, licin, atau berair berlebihan bisa jadi pertanda adanya bakteri. Hal ini berlaku juga pada makanan kemasan seperti sosis atau nugget. Jika permukaannya berlendir atau menggumpal, lebih baik jangan dipakai lagi. Bahan makanan yang awalnya kering seperti tepung atau biskuit juga seharusnya gak menggumpal. Gumpalan bisa jadi tanda bahwa makanan tersebut lembap dan berisiko berjamur atau bahkan terserang kutu.
3. Warna berubah menjadi lebih gelap atau gak merata

Perubahan warna yang mencolok pada bahan makanan juga merupakan tanda bahwa makanan tersebut mungkin sudah gak layak konsumsi. Misalnya, daging sapi yang semula merah segar bisa berubah menjadi cokelat tua atau kehijauan jika sudah mulai rusak. Begitu juga dengan ayam yang berubah warna menjadi keabu-abuan atau kehijauan menandakan bahwa daging sudah mulai membusuk.
Sayuran seperti brokoli atau bayam yang mulai menghitam di bagian ujung, meskipun hanya sedikit, bisa menandakan pembusukan yang akan menyebar. Perubahan warna juga bisa terjadi pada produk susu. Keju yang awalnya putih kekuningan bisa menunjukkan bintik biru atau hijau yang artinya jamur sudah tumbuh. Walaupun ada beberapa jenis keju yang memang mengandung jamur, jika itu bukan bagian dari jenis keju tersebut, maka artinya keju sudah rusak.
4. Munculnya jamur atau bintik hitam

Jamur adalah tanda paling jelas bahwa makanan sudah mengalami pembusukan. Meskipun hanya tampak sedikit di permukaan, pertumbuhan jamur sebenarnya bisa menyebar hingga ke bagian dalam makanan. Pada roti, buah, atau keju, misalnya, munculnya bintik hitam, hijau, atau putih berbulu menandakan bahwa makanan tersebut sudah gak aman dikonsumsi.
Banyak orang masih beranggapan bahwa bagian yang berjamur bisa dipotong dan sisanya tetap bisa dimakan. Padahal, akar jamur (hifa) bisa menyebar jauh ke dalam makanan dan gak selalu terlihat oleh mata. Selain itu, beberapa jenis jamur memproduksi mikotoksin, racun yang berbahaya bagi tubuh dan bisa menyebabkan gangguan serius seperti kerusakan hati. Jadi, lebih baik buang makanan berjamur meskipun hanya sebagian kecil yang terlihat rusak.
5. Kemasan menggembung atau bocor

Untuk produk dalam kemasan seperti susu UHT, kaleng makanan, atau produk beku, kamu perlu memperhatikan kondisi fisiknya. Jika kemasan terlihat menggembung, ada kemungkinan gas telah terbentuk di dalamnya akibat aktivitas mikroba. Ini sangat berbahaya, karena bisa jadi tanda bahwa makanan sudah terkontaminasi bakteri berbahaya seperti Clostridium botulinum yang menyebabkan botulisme.
Kaleng yang berkarat, penyok parah, atau bocor juga menunjukkan bahwa makanan di dalamnya sudah gak steril lagi. Begitu juga dengan plastik vakum yang menggelembung atau terbuka sedikit, bisa jadi tanda bahwa makanan di dalamnya sudah gak lagi berada dalam kondisi kedap udara. Jangan hanya mengandalkan tanggal kedaluwarsa, karena kerusakan kemasan bisa membuat makanan rusak lebih cepat dari seharusnya.
6. Rasa aneh atau gak seperti biasanya

Jika kamu sudah terlanjur mencicipi makanan dan rasanya berbeda dari biasanya, entah terlalu asam, pahit, atau getir, sebaiknya jangan lanjut mengonsumsinya. Rasa yang berubah adalah indikator penting bahwa proses pembusukan atau fermentasi tak diinginkan sudah terjadi. Contohnya, susu yang terasa asam seperti yogurt padahal bukan produk fermentasi, berarti telah terjadi pertumbuhan bakteri.
Daging yang sudah gak segar juga bisa terasa pahit atau getir. Begitu juga dengan makanan olahan seperti biskuit, kue, atau keripik yang terasa apek. Rasa apek menandakan bahwa lemak di dalam makanan tersebut sudah mengalami oksidasi atau tengik. Meskipun kamu merasa gak langsung sakit setelah mencicipinya, tetap saja makanan seperti ini bisa berdampak buruk dalam jangka panjang jika dikonsumsi terus-menerus.
Tanggal kedaluwarsa memang penting sebagai panduan, tetapi bukan satu-satunya indikator keamanan makanan. Penyimpanan yang salah, paparan suhu tinggi, atau kontaminasi bisa membuat bahan makanan rusak lebih cepat. Untuk itu, penting buat selalu menggunakan indera kamu, penciuman, penglihatan, dan pengecap, sebelum memutuskan untuk memasak atau mengonsumsi suatu bahan makanan.
Kalau kamu mencurigai ada tanda-tanda kerusakan, lebih baik buang saja bahan tersebut daripada ambil risiko. Ingat, makanan yang terlihat sedikit rusak bisa saja sudah penuh bakteri atau jamur yang membahayakan tubuh. Jadi, yuk biasakan untuk selalu memeriksa kondisi bahan makanan, bukan hanya tanggalnya!