ilustrasi gempa bumi (pexels.com/Faruk Tokluoğlu)
Namun, saat ini skala magnitudo menjadi lebih disukai karena dapat digunakan pada rentang ukuran gempa yang lebih luas dan dapat diterapkan secara global.
Teknik ini didasarkan pada total pelepasan momen gempa, menurut Michigan Tech. Magnitudo adalah hasil kali jarak perpindahan patahan dan gaya yang diperlukan untuk memindahkannya. Hal ini diperoleh dari rekaman pemodelan gempa di beberapa stasiun.
Perkiraan magnitudo hampir sama dengan SR untuk gempa kecil hingga besar. Namun hanya skala magnitudo yang mampu mengukur M8 (magnitudo 8) dan kejadian lebih besar secara akurat.
Besaran didasarkan pada skala logaritmik (basis 10). Artinya, untuk setiap kenaikan bilangan bulat pada skala magnitudo, amplitudo gerakan tanah yang direkam oleh seismograf akan meningkat sepuluh kali lipat.
Dengan menggunakan skala ini, gempa berkekuatan 5 SR akan mengakibatkan guncangan tanah sepuluh kali lebih besar dibandingkan gempa berkekuatan 4 SR (dan sekitar 32 kali lebih banyak energi yang dilepaskan).
Skala magnitudo dapat digunakan untuk menggambarkan gempa bumi yang sangat kecil sehingga dinyatakan dalam angka negatif. Skalanya juga tidak memiliki batas atas.
Jadi bisa disimpulkan, magnitudo untuk pengukuran gempa bumi digunakan karena metode itu dianggap lebih akurat, khususnya untuk guncangan dengan kekuatan besar.
Magnitudo telah menjadi standar global untuk pengukuran kekuatan gempa bumi, diakui oleh berbagai organisasi seismologi internasional seperti USGS (United States Geological Survey), juga BMKG.