Apakah kamu pernah bertanya mengapa banyak pasangan yang punya wajah serupa? Padahal mereka datang dari keluarga yang berbeda dan tidak punya hubungan darah.
Tidak kaget jika itu kakak atau adik. Tetapi ini pasangan!
Para peneliti mencoba menguak misteri tersebut, dan dari isu kemiripan pasangan ini didapatkan beberapa fakta menarik yang bisa menjelaskan fenomena itu. Berikut ini adalah beberapa fakta tersebut.
Kamu mungkin tidak sadar, ketika mencari dan memilih pasangan, umumnya pasangan itu punya penampilan yang serupa dengan orang tua lawan jenismu. Sebagai contoh, kamu menyukai perempuan berambut pendek karena ibumu juga berambut pendek. Atau jika kamu menyukai pria dengan badan berisi, hal itu disebabkan ayahmu juga punya tubuh berisi.
Dalam jurnal berjudul “Facial attractiveness: evolutionary based research” terdapat pernyataan yang mendukung mengapa adanya kemiripan dalam wajah pasangan. Itu dikarenakan ketertarikanmu dengan seseorang didasari oleh pengalaman dan kebanyakan pengalaman itu dihabiskan bersama orang tuamu.
Ada pun faktor yang sekiranya bakal banyak diperhatikan umumnya adalah rambut, warna mata dan umur. Jika orang tuamu sudah tak lagi muda ketika memilikimu, bisa jadi kamu mencari pasangan yang lebih tua darimu.
Tentu saja kamu tidak selalu mencari pasangan yang serupa orang tuamu. Anggaplah kamu yatim piatu, tentu tidak mungkin memilih pasangan macam itu mengingat kamu sendiri pun tidak mengetahui bagaimana rupa orang tuamu.
Akan tetapi, sekalipun kamu berbeda satu sama lain, ternyata waktu bisa membuatmu semakin serupa. Diperkirakan semakin bahagia pasangan itu, maka semakin mirip pulalah wajahnya.
New York Times berdasarkan laporan penelitian ilmiah memberikan informasi jika mereka yang hidup bersama 25 tahun akan makin mirip satu sama lain. Perubahan wajah itu terjadi setelah berbagi perasaan selama lebih dari satu dekade.
Memang kemiripan itu tidak terlalu dramatis. Namun hal itu tetap bisa tampak, seperti dari keriput wajah. Beberapa faktor penyebabnya adalah masalah diet yang serupa hingga emosi yang memainkan otot wajah.
Hidup bersama membuatmu selalu berbagi pengalaman dengan pasanganmu. Ini pun dinilai yang membuatmu bisa menjadi semakin serupa. Momen bahagia dan sedih, semua yang dirasakan bersama itu membuat bahasa tubuh hingga emosi terpengaruh dan berakhir mengubah fisik.
Ada fenomena yang dinamakan assortative mating. Teori ini mengemukakan dua orang yang punya phenotype atau genetik serupa pada umumnya akan tertarik satu sama lain.
Jika kamu berdua memang mirip, besar kemungkinan anakmu ketika besar akan serupa dengan kedua orang tuanya. Ini dipercaya oleh peneliti sebagai cara individu untuk menurunkan gennya ke generasi selanjutnya.
Pada sebuah studi yang dilakukan pada 2013, ada eksperimen yang menunjukkan wajah beberapa orang dan menilai manakah yang menarik. Hasilnya, baik partisipan pria maupun perempuan, menunjukkan nilai tertinggi jatuh pada wajah yang punya kemiripan dengan wajahnya sendiri.
Di poin sebelumnya, disebutkan kalau pola makanmu bisa serupa karena hidup bersama, bukan? Coba tebak. Hasil dari diet membuat sistem imun pasangan mirip satu sama lain dan mengubah penampilan fisik. Hal ini ditunjukkan oleh jurnal “The cellular composition of the human immune system is shaped by age and cohabitation.” Apalagi jika gaya hidupnya turut serupa, seperti olahraganya, maka itu akan menambah kemiripan.
Jurnal “The Influence of Partner’s Behavior on Health Behavior Change” menunjukkan bagaimana sifat seseorang bisa berubah ketika telah menikah. Sebagai contoh, jika satu mencoba mengubah pola makannya menjadi makan makanan sehat, maka pasangan satunya besar kemungkinan akan melakukan hal yang serupa. Aktivitas yang serupa inilah penyebab kemiripan.
Satu faktor lagi yang mendukung kemiripan yang hanya bisa terjadi pada zaman sekarang, yaitu fenomena aplikasi kencan. Aplikasi semacam Tinder memudahkan seseorang mencari yang mirip, karena terdapat informasi profil yang dibagi dan itu membuat seseorang lebih memudahkan mencari seseorang yang serupa.
Namun di sisi lain, ada data pula yang menyebutkan sebaliknya. Aplikasi kencan memungkinkan seseorang mencari pasangan interrasial dan data dari 2012 hingga 2016 menunjukkan adanya peningkatan angka.
Mungkin ini alasan mengapa ada kata-kata bijak: kalau jodoh itu mirip kok! Walau begitu, kamu yang punya pasangan dengan wajah jauh berbeda tidak perlu kecil hati. Permasalahan mirip atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana komitmenmu untuk terus bersama pasanganmu.