Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi meteor jatuh (pixabay.com/laocaohenmang)
ilustrasi meteor jatuh (pixabay.com/laocaohenmang)

Setiap hari, diperkirakan ada 48 ton material meteorit yang jatuh ke Bumi, meskipun sebagian besar terbakar di atmosfer. Nah, inilah yang disebut fenomena bintang jatuh. Tak hanya itu, ada lebih dari 30.000 asteroid yang berada dekat bumi di tata surya, dan Bumi masih menanggung bekas luka dari beberapa dampak asteroid di masa lalu.

Nah, kalau batuan luar angkasa yang lebih kecil seperti meteorit tentu saja ada lebih banyak lagi di luar angkasa. Rata-rata 17 meteorit jatuh ke permukaan Bumi setiap hari, dan peluang seseorang terbunuh oleh satu meteorit adalah sekitar 1 banding 700.000, sebagaimana yang diungkapkan Slate. Jadi, kematian akibat jatuhnya meteor ke Bumi, kemungkinan memang bisa terjadi.

Namun, hingga saat ini, hanya satu orang yang secara resmi dicatat terbunuh oleh meteorit, yang didokumentasikan dalam catatan sejarah dari Irak abad ke-19. Kendati begitu, banyak laporan yang belum dikonfirmasi tentang insiden semacam itu. Meskipun mungkin tidak selalu dianggap kredibel, ada kemungkinan besar bahwa bongkahan batu angkasa yang jatuh ini telah menyebabkan banyak kematian sepanjang sejarah Bumi, bahkan di masa prasejarah.

Untungnya, tidak semua jatuhnya meteorit berakibat fatal. Ada banyak pula laporan tentang jatuhnya meteorit yang nyaris menyebabkan celaka. Contohnya pada 2021, seorang perempuan Kanada terbangun ketika sebuah meteor menghantam atap rumahnya dan mendarat di bantalnya saat ia sedang tidur. Namun, ia tidak mengalami cedera apapun.

Meski begitu, banyak yang tidak seberuntung itu, lho. Seperti ketika sebuah meteor meledak di atas Rusia pada 2013, dan melukai lebih dari seribu orang. Nah, rupanya, dari negeri sendiri tidak kalah heboh, nih. Pasalnya, pada Minggu (5/10/2025) ada meteor yang tercebur di Laut Jawa dan kemungkinan beberapa kilometer di sebelah utara Kota Tegal. Penampakan meteor ini sempat terlihat di Kuningan, Kabupaten Cirebon, hingga Brebes dan Tegal, Jawa Tengah.

Berikut ini, kita akan membahas orang-orang dalam sejarah yang kemungkinan tewas karena jatuhnya meteor. Siapa saja dan kapan, ya, terjadinya?

1. Jatuhnya meteor yang menyebabkan bencana prasejarah

ilustrasi zaman neolitik di Abu Hureyra, Suriah (commons.wikimedia.org/Alexia Smith)

Bukti tertua dampak meteorit yang mematikan ternyata mendahului sejarah tertulis. Namun, bukti ini bukan berasal dari catatan sejarah melainkan dari temuan arkeologis. Salah satu contoh tertuanya adalah desa kuno Abu Hureyra di Suriah, seperti yang diungkapkan sebuah studi di Scientific Reports pada 2020 berjudul "Evidence of Cosmic Impact at Abu Hureyra, Syria at the Younger Dryas Onset", yang ditulis Andrew M T Moore, dkk.

Para peneliti menganalisis situs tersebut dan menemukan jejak-jejak dari jatuhnya meteor yang kemungkinan menghancurkan desa tersebut sekitar 12.800 tahun yang lalu. Penyebabnya mungkin adalah hantaman yang menyebabkan ledakan—peristiwa ketika meteor meledak atau pecah saat berada di atmosfer Bumi, yang berpotensi menyebabkan kehancuran. Dalam kasus Abu Hureyra, kehancuran yang dimaksud menyebabkan penurunan populasi manusia prasejarah dan berkontribusi pada kepunahan beberapa megafauna purba.

Ledakan ini menimbulkan dampak ekologis yang dahsyat, dan kemungkinan menewaskan banyak orang secara tidak langsung juga. Sekitar 1.500 tahun yang lalu, salah satu peristiwa tersebut juga diyakini telah menghancurkan peradaban suku-suku asli Amerika yang dikenal sebagai Budaya Hopewell. Meskipun tidak ada catatan mengenai korban jiwa secara langsung, peristiwa tersebut menyebabkan kerusakan parah pada pertanian di wilayah tersebut. Saking parahnya, peristiwa tersebut menyebabkan keruntuhan seluruh peradaban.

Bukti untuk hal ini juga dapat ditemukan dalam sejarah lisan dari beberapa penduduk asli di Amerika Utara saat ini. Di antaranya, suku Myaamia memiliki kisah tentang ular bertanduk yang menghujani batu dari langit. Lalu, sebuah sejarah dari suku Otto, yang menyebutkan adanya matahari terbenam.

2. Penghakiman Tuhan di Alkitab yang diduga karena ledakan meteor

ilustrasi terbakarnya kota Sodom dan Gomora (commons.wikimedia.org/Jacob de Wet II/Daderot)

Mungkin catatan tertulis tertua tentang kematian akibat meteorit dapat ditemukan dalam Alkitab Ibrani, yang kemudian menjadi Perjanjian Lama Kristen. Nah, yang pertama diduga terinspirasi oleh kota El-Hammam yang bernasib malang, sebuah kota dari Zaman Perunggu di dekat Laut Mati. Menurut sebuah studi dalam Scientific Reports pada 2021, berjudul "A Tunguska sized airburst destroyed Tall el-Hammam a Middle Bronze Age city in the Jordan Valley near the Dead Sea," yang ditulis oleh Ted E Bunch, dkk, memang pernah terjadi ledakan yang menghancurkan kota tersebut sekitar tahun 1650 SM. Ledakan ini lebih besar ketimbang Peristiwa Tunguska (ledakan yang terjadi akibat jatuhnya meteor di Rusia).

Para peneliti dalam studi tersebut, berhipotesis bahwa hal ini pertama kali terdengar dalam sejarah lisan, yang kemudian menjadi kisah kota Sodom. Dalam Kejadian 19:24-25 dikatakan bahwa, "Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan, dari langit. Dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah".

Catatan lain berasal dari Kitab Yosua, kitab ke-6 dalam Alkitab Ibrani dan juga bagian dari Perjanjian Lama. Yosua 10:11, yang menggambarkan Pertempuran Gibeon, mengungkapkam, "Tuhan melemparkan batu-batu besar dari langit ke atas mereka sampai ke Azeka, sehingga mereka mati." Ayat itu dengan gamblang mengatakan bahwa banyak yang tewas akibat batu yang jatuh ketimbang karena pertempuran itu sendiri. Kisah ini dilaporkan berasal dari sekitar tahun 1420 SM.

3. Kematian pemberontak dari China yang diduga akibat ledakan meteor

Kaisar Wen dari Dinasti Sui (commons.wikimedia.org/Moataz zintani)

Dari semua negara di dunia, China memiliki sejarah terpanjang yang tak lekang oleh waktu. Yap, seperti adanya catatan-catatan terperinci yang mencakup sekitar 3.500 tahun lalu. Meliputi rentang waktu yang begitu panjang, masyarakat China Kuno mencatat beberapa catatan tertulis yang tampaknya menggambarkan ledakan meteor. Nah, salah satu catatan penting ini berasal dari tahun-tahun terakhir Dinasti Sui.

Pada saat itu, sebagian besar wilayah China sedang memberontak terhadap para penguasa mereka, yang pada akhirnya menyebabkan dinasti tersebut runtuh pada awal abad ketujuh. Sebuah catatan sejarah yang ditugaskan oleh kaisar China, Kitab Sui, dianggap sebagai catatan yang diandalkan oleh para sejarawan. Selain mendokumentasikan keruntuhan dinasti tersebut, catatan tersebut juga menggambarkan sebuah meteor yang menghantam medan perang pada 616 M.

Hal ini disebutkan dalam sebuah studi di jurnal Meteoritics, dengan deskripsi, sebuah meteor yang menghantam sekelompok pemberontak yang sedang menyerang. Tampaknya, meteor tersebut merupakan objek yang cukup besar, dan menghancurkan menara pengepungan milik pemberontak yang menewaskan 10 orang. Meskipun tidak jelas apakah kematian tersebut disebabkan langsung oleh jatuhya meteor atau karena menara yang runtuh.

Kendati demikian, peristiwa itu digambarkan sebagai "bintang jatuh besar", yang jatuh di perkemahan seorang pemimpin pemberontak bernama Lu Mingyue. Namun, masih belum dapat dipastikan seberapa besar kebenaran cerita tersebut. Kisah tersebut ditulis oleh para cendekiawan kaisar, sehingga beberapa sejarawan menduga bahwa kisah ini sebenarnya ditulis sebagai bentuk propaganda kuno.

4. Badai meteor yang diduga jatuh di Qingyang, China

ilustrasi hujan meteor (pixabay.com/beasternchen)

Pada 1490, buku-buku sejarah Dinasti Ming mencatat sebuah peristiwa dahsyat di kota Qingyang, Provinsi Gansu, China. Badai batu tersebut digambarkan sebagai batu-batu yang berjatuhan seperti hujan dari langit, dengan ukuran yang bervariasi. Sebuah makalah di jurnal Meteoritics menunjukkan bahwa hujan batu ini mungkin disebabkan oleh ledakan ketika sebuah meteor besar hancur saat memasuki atmosfer Bumi, yang mengakibatkan hujan pecahan batu.

Tidak ada jumlah korban jiwa resmi yang pernah tercatat dari hujan meteor ini, tetapi satu sumber menunjukkan mungkin ada puluhan ribu korban jiwa. Jika benar, ini akan menjadikan peristiwa Qingyang sebagai dampak meteor paling mematikan yang pernah tercatat sejarah.

Pada tahun yang sama, para astronom China, pertama kali menemukan sebuah komet di langit, yang sekarang diyakini bertanggung jawab atas hujan meteor Quadrantid tahunan. Nama resminya adalah C/1490 Y1. Namun, aliran Quadrantid telah terbentuk baru-baru ini.

Para astronom juga telah menemukan sebuah asteroid yang mengorbit di jalur yang sama. Bongkahan batu angkasa ini mungkin merupakan pecahan dari beberapa peristiwa dahsyat yang menyebabkan hujan meteor Quadrantid. Meskipun tidak diketahui secara pasti apakah ini ada hubungannya dengan batu-batu yang jatuh di Qingyang.

5. Jatuhnya meteor di Shaanxi, China

ilustrasi tentara kavaleri dan infanteri Dinasti Ming (commons.wikimedia.org/ChenDaoIsHere)

Sangat mungkin terjadi lebih banyak insiden meteorit daripada yang tercatat dalam sejarah. Misalnya para cendekiawan China yang selalu menyimpan catatan sejarah dengan sangat rinci, termasuk catatan ekstensif tentang jatuhnya meteor. Menurut sebuah presentasi di Konferensi Meteor Internasional, lebih dari 200 meteor tercatat antara tahun 1019 sampai 1911, tetapi sebagian besar jatuhnya meteor tersebut sama sekali tidak berbahaya.

Namun, satu meteor yang mematikan terjadi pada tahun 1639, di pertengahan Dinasti Ming. Satu sumber menyebutkan sebuah batu besar, tetapi sumber lain menyatakan mungkin ada beberapa. Bagaimanapun, jatuhnya meteor itu sama sekali tidak terduga. Meteor tersebut mendarat di jalan pasar di provinsi Shaanxi. Menurut catatan, jatuhnya meteor tersebut merusak banyak rumah dan menewaskan puluhan orang.

6. Nasib malang para pelaut akibat jatuhnya meteor

ilustrasi kapal laut (pixabay.com/Ankeemma)

Ada beberapa insiden tentang pelaut yang terbunuh oleh meteorit saat berada di laut. Salah satunya diungkapkan dalam buku Comets and Meteors (1873) yang ditulis oleh Daniel Kirkwood. Dalam buku ini, dijelaskan bahwa sepasang pelaut asal Swedia terbunuh oleh batu angkasa yang jatuh pada tahun 1674.

Di tempat lain, Astronomy Magazine menyebutkan kejadian serupa, di mana dua pelaut asal Belanda terbunuh di laut karena jatuhnya meteor. Kedua pelaut itu berada di Samudra Hindia ketika meteor seberat 4 kilogram menghantam kapal mereka, Malaka. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1648 dan tidak dipublikasikan hingga 20 tahun kemudian ketika kapten dari kapal tersebut menuliskan pengalamannya tentang peristiwa itu.

Di sisi lain, ada banyak pelaut yang tewas secara tidak langsung pada tahun 1908 ketika sebuah meteor menghantam lambung kapal mereka. Karena tidak dapat melakukan perbaikan saat di laut, para awak kapal berusaha mencapai tempat aman. Namun, tiga pelaut tewas sebelum kapal mereka akhirnya mendarat di Hawaii.

7. Jatuhnya meteor yang menimpa pertanian

ilustrasi halaman rumah petani Prancis (commons.wikimedia.org/Marie Louisa Kirschner)

Salah satu kematian akibat meteorit paling dramatis dan mengerikan terjadi di pedesaan Prancis pada abad ke-18. Pada 1790, sebuah meteor besar jatuh di komune Roquefort di Prancis Selatan, dekat kota Toulouse. Sebuah makalah lama di Philosophical Magazine menjelaskan bahwa meteor yang jatuh menghancurkan semua rumah di pedesaan itu, menewaskan petani yang tinggal di sana serta beberapa ternak.

Banyak orang yang datang, kemudian menemukan kawah sedalam 1,5 meter. Beberapa meteor lain dilaporkan juga jatuh di Prancis malam itu. Namun, untungnya, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Faktanya, para petani menyaksikan banyak jatuhnya meteor, meskipun banyak di antaranya yang tidak tercatat sejarah. Beberapa bahkan tidak diperhatikan atau dikenali. Salah satunya penemuan meteorit yang digunakan oleh seorang petani Spanyol untuk mengawetkan ham.

Beberapa insiden terbaru juga mencakup meteor yang jatuh di sawah India pada tahun 2019 dan seorang petani California yang lolos dari hantaman meteor pada 2022. Dikutip The Telegraph, rumahnya ditabrak oleh sebuah benda yang digambarkannya seperti "bola basket yang menyala." Petani itu berada di rumah pada saat kejadian, tapi tidak melihat apa pun sampai dia melihat teras rumahnya terbakar. Kebakaran yang terjadi juga menghancurkan sebuah truk, serta menewaskan seekor anjing.

8. Hujan meteor dalam catatan Kekaisaran Ottoman

ilustrasi jatuhnya meteor (pixabay.com/Dilan arezzome)

Catatan paling kredibel tentang kematian yang disebabkan oleh meteorit berasal dari dokumen lama, tepatnya dari Kekaisaran Ottoman, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Meteoritics & Planetary Science (2020), berjudul "Earliest Evidence of a Death and Injury by a Meteorite," yang ditulis oleh O Unsalan, dkk. Pada 22 Agustus 1888, badai meteor melanda kota Sulaymaniyah di Irak. Menurut catatan, meteor itu menghujani kota selama sekitar 10 menit, menewaskan satu orang dan melukai yang lainnya.

Tiga surat juga ditemukan di arsip negara Turki. Surat itu menggambarkan peristiwa jatuhnya meteor. Sebuah bola api besar terlihat di langit, sebelum meledak menjadi hujan batu. Selain korban manusia, hujan batu itu juga menyebabkan kerusakan serius pada tanaman di ladang terdekat. Nah, jutaan dokumen lama Ottoman ini telah didigitalkan pada 2020.

9. Peristiwa Tunguska

potret pohon-pohon tumbang dan terbakar akibat dampak meteoroid Tunguska (commons.wikimedia.org/Leonid Kulik)

Peristiwa Tunguska merupakan sebuah ledakan yang terjadi ketika sebuah benda tak dikenal jatuh pada tahun 1908 di atas Siberia di Rusia, meledak di atmosfer dengan kekuatan yang diperkirakan sebesar 15 megaton TNT atau seribu kali lebih kuat daripada bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima selama Perang Dunia II. Ledakan ini menghancurkan area seluas setengah juta hektar hutan pinus. Akibatnya, pohon-pohon ini berubah menjadi kayu yang hangus.

Peristiwa Tunguska dianggap cukup misterius, karena tidak meninggalkan kawah dan hanya meninggalkan beberapa fragmen kecil. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa itu mungkin sebuah komet kecil, bukan meteorit. Namun, banyak saksi mata yang melihat bola api dan merasakan hembusan angin panas saat ledakan terjadi.

Menurut sebuah studi di Icarus (2019), berjudul "Tunguska Eyewitness Accounts, Injuries, and Casualties," yang ditulis oleh Peter Jenniskens, dkk, setidaknya 30 orang berada di area ledakan Tunguska ketika dampak terjadi. Tiga orang tewas, meskipun tidak ada yang terkena langsung material yang jatuh. Kemungkinan besar, mereka adalah korban gelombang kejut yang menyusul peristiwa tersebut. Gelombang kejut yang sama membuat banyak orang lainnya kehilangan kesadaran. Orang-orang di luar area melaporkan bahwa mereka merasakan tanah bergetar, dan gelombang kejut tersebut bahkan terekam oleh seismograf hingga ke Eropa Barat.

10. Jatuhnya meteor di India

ilustrasi meteor jatuh (pixabay.com/laocaohenmang)

Kematian akibat jatuhnya meteor yang paling baru dilaporkan terjadi di negara bagian Tamil Nadu, India, pada tahun 2016. Di sebuah perguruan tinggi teknik, sebuah ledakan meninggalkan kawah di tanah dan memecahkan jendela-jendela di dekatnya, salah satunya melukai seorang pengemudi bus. Ia dilarikan ke rumah sakit tetapi meninggal sebelum tiba. Ledakan itu juga melukai dua tukang kebun dan seorang mahasiswa.

Para pejabat awalnya menduga bahwa ledakan itu disebabkan oleh bahan peledak. Namun, ketika mereka tidak menemukan bukti bahan peledak di tempat kejadian, mereka mulai mempertimbangkan kemungkinan dari jatuhnya meteor. Sebab, ditemukan pula pecahan dari apa yang mereka yakini sebagai penyebabnya.

Para ilmuwan dari Institut Astrofisika India datang langsung untuk menyelidiki dan mengumpulkan sampel. Namun, dalam penelitian selanjutnya, ditemukan sesuatu yang berbeda. Sebuah pernyataan resmi dari para ilmuwan NASA, mengatakan bahwa kemungkinan itu bukan meteorit. Berdasarkan bukti foto, para ahli menyimpulkan bahwa peristiwa tersebut lebih mirip dengan ledakan di darat. Sebab, untuk meninggalkan kawah sebesar itu, sebuah meteorit harus memiliki bobot yang berat — cukup besar sehingga seharusnya mudah ditemukan. Hingga saat ini, belum ada bukti konklusif yang dilaporkan.

Kematian akibat jatuhnya meteor memang jarang terjadi, tapi bukan berarti tidak ada, ya. Meskipun begitu kita memang tidak pernah tahu kapan meteor akan jatuh ke Bumi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team