Kenapa Meteor Bisa Jatuh ke Bumi? Ini Penjelasannya!

- Gravitasi Bumi menarik batuan luar angkasa menuju atmosfer, lalu mempercepatnya hingga mencapai puluhan kilometer per detik.
- Meteor, yang awalnya meteoroid, berasal dari sabuk asteroid di antara orbit Mars dan Jupiter. Ia kemudian masuk ke jalur orbit Bumi karena beragam faktor, seperti resonansi orbit dan tekanan radiasi Matahari.
- Ketika meteoroid menembus atmosfer, udara di depannya tertekan hebat sehingga menciptakan bola api yang kita kenal sebagai meteor. Adapun, warna cahayanya bisa berbeda tergantung kandungan mineral di dalamnya.
Meteor adalah potongan batuan atau logam dari luar angkasa yang masuk ke atmosfer Bumi dengan kecepatan sangat tinggi. Saat melintasi lapisan udara, gesekan ekstrem menyebabkan permukaannya memanas hingga berpijar. Hal ini menciptakan cahaya yang terlihat dari permukaan Bumi. Fenomena ini sering disebut bintang jatuh meski tidak ada hubungan dengan bintang sebenarnya.
Proses kenapa meteor bisa jatuh ke Bumi berkaitan erat dengan gaya gravitasi Bumi yang menarik benda luar angkasa di sekitarnya. Ketika lintasan meteoroid (batuan angkasa kecil yang bergerak cepat di antara planet dan berada di luar lapisan atmosfer Bumi) berpotongan dengan orbit Bumi, gaya tarik tersebut mempercepat benda itu menuju atmosfer. Karena itu, kita simak bersama kenapa meteor jatuh ke Bumi, yuk!
1. Gravitasi Bumi menarik batuan luar angkasa menuju atmosfer

Setiap benda bermassa di alam semesta memiliki gravitasi. Lantas, Bumi memiliki tarikan yang cukup kuat untuk memengaruhi benda di sekitarnya. Ketika meteoroid (fragmen batuan atau logam kecil) mengembara di tata surya, ada kemungkinan lintasannya melintasi jalur orbit Bumi. Begitu meteoroid memasuki area pengaruh gravitasi, ia tertarik dan dipercepat menuju permukaan. Kecepatan masuknya bisa mencapai puluhan kilometer per detik, jauh melebihi kecepatan pesawat tercepat di dunia.
Perjalanan cepat itu bukan sekadar jatuh bebas. Gaya gravitasi Bumi bekerja bersama gaya lain, seperti gaya sentripetal (gaya yang membuat benda bergerak melengkung mengikuti lintasan orbit) dan energi kinetik (energi gerak yang membuat benda melaju sangat cepat). Saat meteoroid semakin dekat, atmosfer Bumi mulai memberikan hambatan kuat. Gesekan antara udara dan permukaan meteoroid menciptakan panas ekstrem hingga ribuan derajat celsius. Inilah yang disebut meteor.
Energi besar inilah yang menyebabkan meteor tampak menyala terang di langit malam. Sebagian besar dari meteor akan terbakar habis sebelum mencapai tanah, meninggalkan jejak cahaya yang disebut bintang jatuh. Adapun, sisa-sisanya yang mencapai tanah disebut dengan meteorit.
2. Perjalanan dari sabuk asteroid hingga masuk ke atmosfer Bumi

Sebagian besar meteor, yang awalnya meteoroid, berasal dari sabuk asteroid yang terletak di antara orbit Mars dan Jupiter. Wilayah ini dipenuhi potongan batuan sisa pembentukan tata surya miliaran tahun lalu. Ketika asteroid besar bertabrakan, pecahan-pecahan kecil terlempar keluar dari lintasan asalnya. Ada kalanya gaya gravitasi planet besar, seperti Jupiter, mengubah arah fragmen itu. Hal tersebut membuatnya memasuki jalur yang memotong orbit Bumi.
Begitu fragmen tersebut berada di orbit yang "selaras" dengan lintasan Bumi, peluang tumbukan menjadi tinggi. Hal ini terjadi karena fenomena resonansi orbit, ketika periode orbit benda luar angkasa memiliki perbandingan waktu tertentu dengan orbit Bumi. Akibatnya, fragmen tersebut dapat terus berada dalam jalur yang konsisten sehingga pada akhirnya bertemu dengan planet kita. Bahkan, faktor kecil seperti tekanan radiasi Matahari atau efek Yarkovsky, dorongan halus akibat panas sinar Matahari, dapat dengan perlahan mengubah arah lintasan benda luar angkasa. Hal ini meningkatkan peluangnya mendekati Bumi.
3. Proses terbakarnya meteoroid di atmosfer hingga menjadi meteor yang tampak di langit

Ketika meteoroid menembus atmosfer, udara di depannya tertekan hebat karena kecepatannya luar biasa tinggi. Tekanan itu membuat suhu meningkat drastis, menciptakan bola api yang kita kenal sebagai meteor. Warna cahaya yang terlihat bisa berbeda tergantung kandungan mineral di dalamnya. Sebagai contoh, zat besi bisa memancarkan warna kekuningan, sementara magnesium memberi kilau kehijauan. Seluruh proses ini berlangsung dalam hitungan detik, tetapi cukup kuat untuk menerangi langit malam.
Kebanyakan meteor akan habis terbakar pada ketinggian sekitar 80–120 kilometer dari permukaan Bumi. Hanya sebagian kecil yang berukuran besar dan cukup padat mampu bertahan dari gesekan atmosfer. Sisa-sisa yang berhasil mencapai tanah disebut meteorit. Penemuan meteorit di berbagai belahan dunia membantu ilmuwan menelusuri asal-usul tata surya karena komposisinya sering kali masih sama seperti miliaran tahun lalu. Dari meteorit inilah, manusia bisa memahami bagaimana materi langit terbentuk sebelum ada planet seperti Bumi.
Meteor menunjukkan bagaimana Bumi berinteraksi dengan benda-benda luar angkasa di sekitarnya. Fenomena ini terjadi karena hukum fisika bekerja konsisten, dari tarikan gravitasi hingga gesekan udara di atmosfer. Jadi, sudah tidak penasaran lagi kenapa meteor jatuh ke Bumi, kan?
Referensi
"Meteor". National Geographic. Diakses pada Oktober 2025.
"Meteors & Meteorites Facts". NASA. Diakses pada Oktober 2025.
"The Sky is Falling: Meteors and Meteorites Through History". Google Arts & Culture. Diakses pada Oktober 2025.