ilustrasi planet bumi (pixabay.com/BlenderTimer)
Saat ini, Bumi terletak di dalam zona layak huni Matahari yaitu wilayah berbentuk cincin yang di dalamnya hadir planet-planet yang mungkin menyimpan air cair. Namun situasi planet kita akan memburuk seiring dengan semakin besarnya Matahari dalam miliaran tahun ke depan, sehingga mendorong zona 'aman' ini menjauhi Bumi.
Jadi artinya, air sebagai sumber kehidupan bisa hilang, jauh sebelum Matahari membesar menjadi raksasa merah dan menelan Bumi seluruhnya, 5 miliar tahun dari sekarang.
Namun bagaimana jika Bumi terlempar dari orbitnya dan menjadi planet 'nakal' yang mengambang bebas? Untuk menyelidiki kemungkinan ini, tim astronom melakukan simulasi bagaimana perilaku tata surya kita jika ada sebuah bintang mampir suatu saat dalam miliaran tahun ke depan.
Jika ini terjadi, maka akan ada planet yang keluar dari orbitnya. Studi mengenai hal ini telah dipublikasikan di jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society dan tersedia di database pracetak arXiv.
"Saat ini, jarak terdekat bintang mana pun dengan Bumi adalah sekitar 10.000 au (unit astronomi)," kata penulis utama studi Sean Raymond, astronom di Universitas Bordeaux di Prancis.
Jarak tersebut sama dengan 10.000 kali Bumi ke Matahari. Namun untuk melihat apa yang akan terjadi, tim menghitung pergerakan planet ketika bintang-bintang dengan ukuran berbeda mendekat pada jarak yang berbeda-beda, bahkan sedekat 1 au.
Para peneliti menghasilkan 12.000 simulasi. Beberapa diantaranya mendorong Bumi ke orbit yang lebih jauh dan lebih dingin. Salah satunya menghasilkan Bumi yang mendarat di awan Oort, cangkang bola benda es yang diyakini berada di tepi terluar tata surya.
Menariknya lagi dalam beberapa simulasi, bintang pengembara tersebut berhasil menarik Bumi menjauh secara gravitasi, sehingga planet kita berada dalam orbitnya yang berputar bebas melalui kosmos.
Menurut Raymond, Bumi pada prinsipnya bisa berada pada orbit yang menerima energi yang cukup untuk keberadaan air cair dari bintang baru.