Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Buaya Orinoko: Ciri, Habitat, Makanan, Reproduksi, Statusnya

Buaya orinoko hanya bisa ditemukan di Sungai Orinoko dan badan air di sekitarnya. (commons.wikimedia.org/ Bernard DUPONT)
Intinya sih...
  • Buaya orinoko merupakan spesies buaya terbesar di Amerika Selatan.
  • Peta persebaran buaya orinoko terkonsentrasi di Sungai Orinoko, Kolombia, dan Venezuela.
  • Buaya orinoko merupakan hewan nokturnal yang berburu dengan strategi penyergapan.

Ordo Crocodilia, yang mendominasi alam liar di Amerika Selatan, biasanya terdiri atas aligator ataupun kaiman. Sementara, untuk spesies buaya sejati (famili Crocodylidae) bisa dibilang cukup terbatas jumlahnya, yakni sekitar empat spesies saja. Akan tetapi, ada satu spesies buaya sejati yang ditemukan di sana dan memiliki segudang hal menarik, lho. Namanya buaya orinoko (Crocodylus intermedius).

Buaya orinoko dikenal berkat moncongnya yang panjang dan pipih ketimbang keluarga buaya yang lainnya. Warna kulit mereka biasanya berwarna kuning, cokelat, dan abu-abu yang terlihat cerah. Ada pula sejumlah bercak cokelat tua yang tersebar pada tubuhnya. Nah, tak hanya ciri fisik yang berbeda dengan kebanyakan saudaranya, buaya orinoko juga menyimpan banyak hal menarik lain yang sayang untuk dilewatkan. Biar gak penasaran lagi, yuk, simak ulasannya di bawah ini!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Buaya orinoko dewasa sedang menepi ke pinggir sungai. (commons.wikimedia.org/Chrislorenz9)

Seperti penjelasan awal, peta persebaran buaya orinoko terkonsentrasi pada wilayah Amerika Selatan. Meski terdengar luas, sebenarnya mereka secara eksklusif hanya tinggal di Sungai Orinoko (Orinoco) yang melewati Kolombia dan Venezuela. Dilansir Animalia, kadang buaya orinoko bisa saja berada di anak sungai ataupun aliran air di sekitar Sungai Orinoko, khususnya ketika musim hujan tiba.

Buaya orinoko merupakan karnivor yang jadi puncak rantai makanan di habitatnya. Reptil ini bisa mengonsumsi apa pun yang ada di sekitar dengan pilihan meliputi mamalia, ikan, reptil, hingga burung yang singgah di sekitar sungai. Pilihan makanan buaya orinoko tentu berbeda saat masih berusia muda. Hewan-hewan kecil, semisal kepiting, siput, ataupun serangga jadi pilihan bagi buaya muda. Buaya orinoko merupakan hewan nokturnal yang artinya mereka hanya akan berburu pada malam hari. 

Untuk menangkap mangsanya, buaya orinoko menggunakan strategi penyergapan dengan cepat. Mula-mula, mereka akan menunggu atau menghampiri calon mangsa yang dilihatnya. Kemudian, buaya ini akan menerkam si mangsa dengan kekuatan gigitan rahangnya yang ditopang dengan 68 gigi taring yang sangat tajam.

2. Predator terbesar di Amerika Selatan

Buaya orinoko merupakan salah satu jenis buaya terbesar di dunia. (commons.wikimedia.org/JoshMock)

Kalau ada pertanyaan siapa predator terbesar di Amerika, mungkin masih banyak yang akan berpikir jawabannya adalah jaguar ataupun kaiman. Padahal, justru buaya orinokolah yang jadi juara dalam kategori ini, lho. Dari saudara buaya lainnya pun, buaya orinoko jadi salah satu jenis yang paling besar.

Panjang yang bisa diraih buaya ini berkisar 3—5 meter dengan bobot 200—380 kg secara umum. Biarpun begitu, beberapa individu bisa mencapai ukuran yang lebih impresif lagi. Britannica melansir kalau catatan terbesar yang bisa diraih individu buaya orinoko adalah 6,7 meter untuk panjang dan 400 kg untuk bobot. Bobotnya mungkin tak seimpresif buaya muara yang bisa menyentuh angka 1 ton, tetapi secara umum panjang buaya orinoko ini hampir mirip seperti buaya terbesar di dunia itu, kan?

3. Buaya yang sangat komunikatif

Buaya orinoko hidup secara berkelompok. (commons.wikimedia.org/Mauriciogq)

Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, buaya orinoko akan berkelompok yang biasanya dipimpin oleh satu pejantan dominan. Mereka biasanya akan sangat kompak untuk memilih tempat berjemur ataupun bergerak menuju aliran air di sekitar Sungai Orinoko saat musim hujan tiba. Karena itu, wajar kalau sistem komunikasi yang dimiliki buaya orinoko ini termasuk sangat beragam ketimbang saudaranya yang lain.

Dilansir AZ Animals, buaya orinoko bisa mengeluarkan suara melenguh, mendesis, sampai menggetarkan air dengan tubuh dan ekornya. Sinyal-sinyal suara itu bisa menandakan anggota kelompok untuk bergerak menuju tempat lain. Pada waktu tertentu, suara desisan juga bisa jadi tanda agresivitas yang ditunjukkan satu pejantan pada jantan lain, semisal ketika musim kawin tiba.

4. Sistem reproduksi

potret buaya orinoko betina di sekitar area sarangnya (commons.wikimedia.org/Fernando Flores)

Bagi buaya orinoko, musim kawin berlangsung pada musim kemarau yang terjadi pada Januari sampai Februari. Seperti penjelasan sebelumnya, beberapa buaya jantan akan berkelahi terlebih dahulu untuk menentukan hak kawin dengan betina di sekitar mereka. Kemudian, jantan yang memenangkan pertarungan akan kawin dengan betina. Menariknya, sebelum meletakkan telur yang sudah dibuahi, buaya orinoko betina akan menggali tanah berpasir di pinggir sungai yang akan membantu proses inkubasi telur-telurnya nanti.

Setelah menjalani masa inkubasi selama 70—90 hari, anak-anak buaya orinoko mulai menetas. Critter Science melansir kalau sesaat setelah menetas, anak buaya orinoko akan membuat suara panggilan untuk induknya dan panggilan itu langsung direspons oleh sang induk yang berjaga di sekitar sarangnya. Kemudian, induk buaya orinoko akan memasukkan anaknya ke dalam mulut satu per satu untuk dibawa menuju perairan dengan aman.

Saat sudah dewasa, sebenarnya tak ada predator alami bagi buaya orinoko. Hanya saja, saat masih menjadi telur ataupun baru menjalani hidup selama bulan-bulan awal, buaya orinoko sangat rentan diburu oleh hewan lain. Jaguar, anakonda, burung pemakan bangkai, maupun buaya dewasa dapat menjadi ancaman bagi buaya orinoko muda. Beruntungnya, induk buaya orinoko diketahui akan merawat dan menjaga anak-anaknya sampai mereka berusia 3 tahun.

5. Status konservasi yang mengkhawatirkan

Saat ini, status konservasi dari buaya orinoko sangat mengkhawatirkan karena mereka sudah masuk dalam daftar hewan terancam punah. (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Saat ini, kondisi buaya orinoko di alam liar terbilang sangat mengkhawatirkan. Tak lebih dari 1.500 individu yang masih tersisa saat ini. Hal tersebut membuat mereka dikategorikan sebagai hewan terancam punah (Critically Endangered) dari IUCN Red List. Sama seperti banyak spesies buaya lain yang terancam, manusialah yang menyebabkan terus berkurangnya populasi mereka di alam liar karena perburuan dan kerusakan habitat yang semakin masif.

Dalam catatan Britannica, perburuan buaya orinoko dimulai sejak tahun 1800-an. Tujuan perburuan buaya ini utamanya untuk memanfaatkan daging dan kulit mereka karena cukup bernilai tinggi secara komersial. Saking masifnya perburuan terhadap spesies ini, diketahui kalau ada sekitar 2,5 juta kulit buaya orinoko yang dijual dari Venezuela hanya dalam kurun waktu 1931—1934. Itu sebabnya, sejak abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20, populasi buaya ini telah hancur hingga 80 persen.

Kerusakan habitat akibat aktivitas manusia di sekitar Sungai Orinoko juga membuat ruang gerak dari reptil ini semakin terbatas. Upaya konservasi sebenarnya sudah dilaksanakan sejak 1990-an yang ditandai dengan hadirnya peraturan dan gerakan perlindungan terhadap spesies ini. Pelepasliaran 10 ribu buaya orinoko dari penangkaran ke alam liar pun sudah dilakukan. Sayangnya, upaya-upaya itu masih belum membuahkan hasil karena pada faktanya populasi buaya orinoko masih menunjukkan adanya tren penurunan tiap tahunnya.

Sayang sekali, kan, kalau spesies buaya terbesar di Amerika Selatan ini sampai punah? Padahal, peran mereka di ekosistemnya sangat penting karena buaya ini dapat mengontrol populasi sejumlah hewan yang bisa berkembang biak dengan cepat. Semoga saja ke depannya upaya konservasi yang dilakukan pihak berwenang di sekitar habitat buaya orinoko dapat membuahkan hasil agar buaya unik yang satu ini tetap lestari, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us