Saat ini, status konservasi dari buaya orinoko sangat mengkhawatirkan karena mereka sudah masuk dalam daftar hewan terancam punah. (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)
Saat ini, kondisi buaya orinoko di alam liar terbilang sangat mengkhawatirkan. Tak lebih dari 1.500 individu yang masih tersisa saat ini. Hal tersebut membuat mereka dikategorikan sebagai hewan terancam punah (Critically Endangered) dari IUCN Red List. Sama seperti banyak spesies buaya lain yang terancam, manusialah yang menyebabkan terus berkurangnya populasi mereka di alam liar karena perburuan dan kerusakan habitat yang semakin masif.
Dalam catatan Britannica, perburuan buaya orinoko dimulai sejak tahun 1800-an. Tujuan perburuan buaya ini utamanya untuk memanfaatkan daging dan kulit mereka karena cukup bernilai tinggi secara komersial. Saking masifnya perburuan terhadap spesies ini, diketahui kalau ada sekitar 2,5 juta kulit buaya orinoko yang dijual dari Venezuela hanya dalam kurun waktu 1931—1934. Itu sebabnya, sejak abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20, populasi buaya ini telah hancur hingga 80 persen.
Kerusakan habitat akibat aktivitas manusia di sekitar Sungai Orinoko juga membuat ruang gerak dari reptil ini semakin terbatas. Upaya konservasi sebenarnya sudah dilaksanakan sejak 1990-an yang ditandai dengan hadirnya peraturan dan gerakan perlindungan terhadap spesies ini. Pelepasliaran 10 ribu buaya orinoko dari penangkaran ke alam liar pun sudah dilakukan. Sayangnya, upaya-upaya itu masih belum membuahkan hasil karena pada faktanya populasi buaya orinoko masih menunjukkan adanya tren penurunan tiap tahunnya.
Sayang sekali, kan, kalau spesies buaya terbesar di Amerika Selatan ini sampai punah? Padahal, peran mereka di ekosistemnya sangat penting karena buaya ini dapat mengontrol populasi sejumlah hewan yang bisa berkembang biak dengan cepat. Semoga saja ke depannya upaya konservasi yang dilakukan pihak berwenang di sekitar habitat buaya orinoko dapat membuahkan hasil agar buaya unik yang satu ini tetap lestari, ya!