Profesor Fisika dan Astronomi LSU, Jonathan Downling, mengatakan bahwa kuantum adalah masa depan yang akan mengubah dunia. Menurutnya, peradaban manusia tengah berada di "Revolusi Kuantum II". Jika yang pertama menetapkan hukum yang mengatur realitas fisik, maka revolusi ini akan menghasilkan teknologi baru.
Menurut LSU, komputasi kuantum akan "meledak" di masa depan. Jika komputasi konvensional memancarkan informasi dalam bentuk byte, maka komputasi kuantum mengandalkan partikel quantum bit (qubit) untuk menghitung berbagai kemungkinan dalam satu waktu.
Lalu, saat partikel yang terbelit digunakan sebagai qubit, algoritma mampu menghitung dengan kecepatan yang lebih dibanding masa kini. LSU mengklaim bahwa komputer kuantum mampu menyelesaikan persoalan sulit dalam hitungan detik, bukan hitungan tahun seperti komputer masa kini.
Setuju dengan Downling, rekannya di LSU, Illya Vekhter, mengatakan bahwa hal ini bisa terwujud di masa depan. Kapan? Vekhter memprakirakan... 50 tahun lagi. Lah, masih lama, dong?!
Tunggu dulu, Vekhter mengatakan bahwa mungkin tidak butuh waktu selama itu. Pada 2018, Amerika Serikat (AS) mengesahkan National Quantum Initiative Act, investasi senilai US$1,2 miliar untuk memajukan pengembangan informasi dan teknologi kuantum.
Paul Rudd dan Kathryn Newton dalam film Ant-Man and the Wasp: Quantumania (dok. Marvel Studios/Ant-Man and the Wasp: Quantumania)
Memang, kita masih belum bisa menyusut seperti Ant-Man (atau mungkin, tak akan bisa). Namun, Michalakis kembali mencetuskan ide. Jika kita tak bisa ke dunia kuantum, maka bagaimana bila kita membawa realita kuantum ke dunia nyata.
"Kita hidup di dunia ini, dan kita ingin menjelajahi waktu bukan dunia mikro. Kita ingin berteleportasi. Kita ingin punya kekuatan super di dunia ini. Ternyata, sains mengatakan ini semua mungkin," tutur Michalakis dilansir Discover.
Menurutnya, semesta kuantum adalah "kode sumber realitas" yang bisa diulik. Jadi, dengan fisika kuantum, manusia bisa melakukan apa pun asalkan mengerti cara kerjanya dan memiliki sumber dayanya.
"Yang ingin kita lakukan adalah menciptakan versi besar dari semesta kuantum," pungkas Michalakis.
Jadi, sementara Ant-Man dan tokoh lainnya sebenarnya fiktif, ternyata konsep Quantum Realm adalah nyata, dan manusia ingin menjelajahinya. Masalahnya, apakah kita sudah tahu semuanya? Dan, jika sudah bisa ke semesta kuantum yang sub-atomik, siapkah kita menghadapi apa yang ada di sana?