Rakus mengalami luka di wajah pada bagian bawah matanya. Itu mungkin akibat perkelahian dengan orang utan jantan lainnya. Tapi dia merawatnya dengan baik, seperti yang dilakukan nenek moyang kita.
Rakus mengambil beberapa helai daun dari tanaman merambat akar kuning (Fibraurea tinctoria). Kemudian dia mengunyahnya dan mengoleskan getahnya ke lukanya beberapa kali.
Tapi bukan itu saja. Mamalia ini juga menutupi seluruh lukanya dengan daun yang dikunyah, melindunginya dari infeksi.
Isabelle Laumer, dari Max Planck Institute of Animal Behavior, mengatakan bahwa tanaman yang dapat ditemukan di hutan tropis Asia Tenggara ini dikenal karena efek analgesik dan antipiretiknya dan digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai penyakit, seperti malaria.
Analisis senyawa kimia tanaman menunjukkan adanya furanoditerpenoid dan alkaloid protoberberin, yang diketahui memiliki aktivitas antibakteri, antiinflamasi, antijamur, antioksidan, dan aktivitas biologis lainnya yang relevan dengan penyembuhan luka.
Jadi, Rakus melakukan tugasnya dengan sangat baik karena lukanya sembuh dan tertutup sempurna hanya dalam waktu lima hari, tanpa infeksi. Selain itu, dia beristirahat lebih dari biasanya saat cedera.
"Tidur berdampak positif pada penyembuhan luka, karena pelepasan hormon pertumbuhan, sintesis protein, dan pembelahan sel meningkat selama tidur," kata Laumer.