ilustrasi hujan (unsplash.com/Alejandro)
Setiap wilayah memiliki daya dukung hidrologis yang berbeda. Deforestasi menurunkan kapasitas lahan dalam menampung air hujan. Ketika daya dukung turun, hujan dengan pola lama dapat menimbulkan dampak baru. Banjir muncul bukan karena hujan bertambah, melainkan karena lahan tidak lagi mampu mengelolanya. Ini merupakan indikator penting dalam analisis risiko banjir.
Ketidakseimbangan ini dapat diukur melalui perubahan rasio limpasan dan infiltrasi. Data curah hujan yang sama menghasilkan respons aliran yang berbeda. Wilayah menjadi lebih sensitif terhadap hujan singkat berdurasi pendek. kondisi ini menunjukkan sistem lingkungan yang telah melampaui ambang alaminya. Tanpa pemulihan tutupan lahan, risiko akan terus meningkat.
Banjir dan deforestasi tidak dapat dipahami hanya dari satu sisi karena keduanya bekerja melalui mekanisme alam yang saling terhubung. Membaca ciri wilayah rawan secara ilmiah membantu mengenali risiko sejak awal sebelum berubah menjadi bencana terbuka. Jika tanda-tanda tersebut sudah terlihat di sekitar tempat tinggal, sejauh mana lingkungan masih diberi ruang untuk bekerja sesuai fungsinya?