5 Hal Ilmiah yang Membuat Manusia Purba Bisa Menjadi Penyintas Hebat

Mengapa manusia menjadi spesies paling dominan di Bumi?

Manusia di zaman purba sudah menjadi salah satu spesies paling dominan di alam liar, bahkan saat ini manusia modern juga masih menjadi spesies yang menguasai dunia. Ya, dengan kemampuan adaptasi hebatnya, manusia bisa menjadi penyintas hebat di alam mengalahkan organisme lainnya.

Pernahkah kamu berpikir mengapa manusia menjadi organisme atau spesies pemimpin di puncak rantai makanan? Bagaimana sains menjawabnya? Yuk, kita sama-sama belajar sains.

1. Menurut sains, manusia mengalami evolusi yang sangat panjang

5 Hal Ilmiah yang Membuat Manusia Purba Bisa Menjadi Penyintas Hebatbbc.com

Dalam sains, terutama bidang biologi dan biomolekuler, evolusi telah menjadi jembatan penghubung antara satu organisme dengan organisme lainnya. Dalam evolusi dijelaskan secara detail bagaimana spesiasi itu muncul. Bukti-bukti DNA dan genetik pun menjadi salah satu landasan kuat yang pada akhirnya dijadikan sumber penelitian dan studi bagi banyak ilmuwan.

Sebuah jurnal sains yang diterbitkan oleh Human Origins mencatat bahwa fosil awal manusia yang sangat purba berusia 2 hingga 6 juta tahun. Menurut studi dan penelitian ilmuwan, manusia juga diklasifikasikan sebagai primata bipedal (berjalan dengan dua kaki) yang memiliki kemiripan DNA dan genetik yang nyaris sama dengan primata lainnya.

Mengapa DNA dan genetik manusia bisa hampir sama dengan spesies primata lainnya? Bagi sains, ini membuktikan bahwa manusia dan organisme primata dulunya memiliki nenek moyang yang segaris atau sama. Tentu saja, rentang waktu selama jutaan hingga belasan juta tahun dapat membentuk jalur terpisah yang pada akhirnya memisahkan kecerdasan manusia purba dengan primata lainnya.

Ya, kecerdasan dan kemampuan manusia purba dalam mengatasi ganasnya alam adalah berkat evolusi itu sendiri. Selama jutaan tahun, DNA manusia purba telah terpisah dengan primata lainnya dan sedikit perbedaan itulah yang berdampak besar bagi perkembangan manusia purba selanjutnya.

Evolusi yang terjadi dalam rentang waktu jutaan tahun sudah dianggap cukup untuk membentuk sebuah spesies baru yang bahkan lebih cerdas dibandingkan dengan pendahulunya. Ada banyak hal (informasi) yang disimpan dalam DNA pada manusia purba dan diwariskan secara genetik pada generasi selanjutnya.

2. Sama-sama berevolusi, mengapa spesies lainnya tidak secerdas dan semaju manusia purba?

5 Hal Ilmiah yang Membuat Manusia Purba Bisa Menjadi Penyintas Hebatwashington.edu

Evolusi tidak bisa dipahami secara dangkal sebagai sebuah perubahan radikal antara spesies A dengan spesies B. Namun sebaliknya, evolusi justru menjelaskan secara detail bagaimana spesies A bisa menjadi spesies B di alam liar. Ada banyak faktor yang memengaruhi bagaimana evolusi organisme biologis dapat terjadi di alam.

Nah, pertanyaannya, mengapa organisme lainnya tidak bisa menjadi organisme yang cerdas dan maju seperti manusia purba? Bukankah mereka sama-sama mengalami evolusi di alam liar? Sains punya jawabannya berupa prinsip atau model Hardy-Weinberg. Teori tersebut menyatakan bahwa evolusi juga memiliki batasan dan sifatnya bisa saja konstan jika memang populasi tidak memerlukan adaptasi ketat.

Jurnal sains berjudul Mechanisms of Evolution yang diterbitkan oleh Khan Academy menjelaskan prinsip Hardy-Weinberg sebagai prinsip keseimbangan dalam evolusi itu sendiri. Jadi, dalam evolusi pun, ada batasan-batasan yang akan membatasi seluruh organisme dalam bertahan hidup di alam.

Jika sebuah populasi tidak membutuhkan adaptasi ekstrem, dalam rentang waktu tertentu populasi tersebut tidak perlu berevolusi secara radikal sampai memunculkan subspesies baru. Hal ini juga berlaku bagi spesies primata yang tersebar di benua Afrika pada saat zaman purba.

Pada awalnya, spesies manusia purba terbentuk pada rentang jutaan tahun. Spesiasi ini bisa ada karena memang kondisi alam yang menuntut nenek moyang primata purba harus melakukan adaptasi ketat dan dalam rentang jutaan tahun memunculkan spesies yang cukup berbeda, yakni primata yang berjalan tegak dengan kedua kakinya.

Dengan kata lain, teori Hardy-Weinberg memang sangat berpengaruh pada perkembangan evolusi. Jika organisme berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg, ia tidak perlu berevolusi secara radikal, termasuk pada spesies primata macam kera, gorila, atau monyet.

Nah, manusia purba berada di luar keseimbangan Hardy-Weinberg tersebut sehingga membuat mereka terus beradaptasi secara ekstrem dan mengakibatkan evolusi yang cukup radikal dalam rentang waktu yang lama.

Baca Juga: 5 Fakta tentang Manusia Purba yang Sudah Ada Sejak Jutaan Tahun Lalu

3. Faktanya, hanya Homo sapiens yang bisa benar-benar menjadi penyintas hingga saat ini

Seperti dicatat dalam laman New Scientist, manusia purba memiliki banyak spesies. Beberapa spesies manusia (Homo) yang pernah ada di zaman purba adalah Homo habilis, Homo erectus, neanderthalensis, Homo floresiensis, Homo naledi, dan Homo sapiens. Semua jenis manusia purba tersebut pernah ada di zaman purba.

Namun, anehnya, hanya Homo sapiens yang benar-benar bisa menjadi penyintas hebat di alam liar hingga saat ini. Ya, Homo sapiens adalah genus Homo (manusia) yang dianggap sebagai spesies paling maju dalam kelompok famili manusia purba lainnya. Bahkan, kecerdasannya juga dianggap luar biasa dan terbukti bahwa manusia modern masih ada hingga saat ini.

Ini membuktikan bahwa dalam sains, alam bisa berlaku kejam bagi siapa saja. Dalam dunia evolusi, bukan yang terkuatlah yang menang, melainkan organisme yang fit. Itu sebabnya, evolusi selalu menekankan pada konsep survival of the fittest dan bukan survival of the strongest. Secara fisik, mungkin Homo sapiens tidak sekuat kerabatnya yang lain. Namun, mereka memiliki kecerdasan dan cara adaptasi yang melebihi kerabat-kerabatnya yang lain.

Ada sebuah hipotesis yang digagas oleh ilmuwan dan ahli sejarah. Mereka berpendapat bahwa Neanderthal zaman purba sebetulnya hidup di zaman yang sama dengan Homo sapiens. Namun, karena Neanderthal kalah bersaing dengan Homo sapiens, Neanderthal punah. Ilmuwan juga mencurigai bahwa Homo sapiens telah menghabisi kaum Neanderthal karena berebut wilayah kekuasaan.

Jika hipotesis ilmuwan tersebut benar, hal ini membuktikan bahwa adaptasi ekstrem pada tingkatan tertentu akan menimbulkan sifat-sifat dominan pada organisme. Dalam kasus Homo sapiens tadi, mereka sudah mencapai tahap di mana adaptasi ekstrem telah mereka lalui dan mereka membutuhkan "jajahan" untuk memperluas wilayah teritorial mereka. Kebetulan dalam hal ini yang menjadi korban adalah Neanderthal.

4. Kondisi iklim yang sangat keras dapat membentuk manusia purba menjadi spesies tangguh

5 Hal Ilmiah yang Membuat Manusia Purba Bisa Menjadi Penyintas Hebatdreamerliteraryproductions.com

Tentu saja kondisi iklim dan lingkungan yang sangat buruk di zaman purba telah membentuk manusia purba menjadi spesies dengan karakter tangguh. Jika mereka tidak dapat beradaptasi dengan iklim tersebut, mereka akan punah. Bahkan, ada banyak kepunahan terjadi di zaman purba dan hal tersebut membentuk perubahan pada pola menghasilkan makanan.

Jika awalnya manusia purba selalu berburu dan bersifat karnivor, semakin lama manusia purba berpikir bagaimana caranya tidak bergantung dengan hasil buruan. Makanya, muncullah pola baru, yakni bercocok tanam. Para ahli sejarah dan ilmuwan biologi menemukan bukti kuat bahwa pola bercocok tanam yang dilakukan oleh manusia sudah ada sejak 23 ribu tahun lalu, dicatat dalam Science Daily.

Studi sains mengenai penelitian pertanian purba diterbitkan di PLOS ONE dan dipimpin oleh profesor Ehud Weiss dan profesor Marcelo Sternberg dari Departemen Biologi Molekuler Universitas Harvard. Studi tersebut menyimpulkan bahwa konsep bercocok tanam yang dilakukan oleh manusia purba sudah ada sejak puluhan ribu tahun silam.

Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa manusia purba telah mengenal sedikitnya 140 jenis tanaman untuk dibudidayakan dalam sebuah sistem pertanian sederhana. Proses berkebun dan bertani seperti ini dilakukan karena iklim dan lingkungan yang tidak stabil di zaman purba. Manusia purba tidak selalu mendapatkan hasil buruan karena memang jumlah hewan buruan semakin langka.

Jika iklim selalu baik-baik saja dan hewan buruan masih mudah didapatkan, mungkin manusia purba tidak akan pernah mengenal dengan yang namanya bercocok tanam. Hal ini membuktikan bahwa iklim dan lingkungan yang keras dapat membentuk spesies manusia purba menjadi penyintas tangguh di alam liar.

5. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia dapat mengembangkan berbagai macam teknologi

5 Hal Ilmiah yang Membuat Manusia Purba Bisa Menjadi Penyintas Hebatancient-origins.net

Menurut bukti-bukti fosil yang didapatkan di banyak tempat, ternyata manusia purba sudah dapat menciptakan teknologi meskipun masih sangat sederhana. Beberapa teknologi tersebut digunakan untuk berburu, melindungi diri, dan bercocok tanam. Pada mulanya, mayoritas alat-alat yang mereka gunakan hanya terbuat dari batu.

Namun, seiring berjalannya waktu, mereka sudah mulai mahir membuat peralatan yang berbahan dasar kayu, kulit hewan, dan bahkan besi. Seperti diulas dalam laman Ancient, perkakas atau peralatan batu pertama diprediksi berusia 2,6 juta tahun. Zaman tersebut dinamakan sebagai Zaman Batu, yakni era di mana manusia purba menggunakan batu-batuan sebagai alat-alat yang menunjang kehidupan mereka.

Baru pada 3000 hingga 4000 Sebelum Masehi muncullah era di mana manusia mulai menggunakan perunggu (peleburan tembaga) sebagai alat-alat utama mereka. Zaman tersebut dinamakan Zaman Perunggu, zaman teknologi manusia sudah semakin  maju. Bukan hanya digunakan sebagai senjata dan perkakas, namun perunggu juga digunakan sebagai pelengkap ritual.

Harus diakui bahwa teknologi manusia yang terus berkembang dari zaman ke zaman membuat manusia dapat menjadi penyintas hebat di Bumi ini, bahkan sejak jutaan tahun lalu. Dengan teknologi buatannya, manusia bukan hanya menyelamatkan dirinya sendiri, melainkan juga dapat menyelamatkan spesies-spesies lainnya dari kepunahan.

Itulah beberapa hal ilmiah yang menjadi landasan mengapa manusia purba bisa menjadi spesies hebat di Bumi. Semoga artikel ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan kamu, ya!

Baca Juga: 5 Badak Purba yang Hidup di Era Prasejarah, Ada yang Tak Bercula

Dahli Anggara Photo Verified Writer Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya