Para ilmuwan berpendapat bahwa perubahan iklim yang terus berlanjut mungkin berkontribusi terhadap penipisan ozon meskipun konsentrasi zat perusak ozon di atmosfer mengalami penurunan secara bertahap.
Proses di atmosfer sangatlah rumit dan model menunjukkan meskipun suhu di dekat permukaan Bumi semakin tinggi, faktanya stratosfer justru mendingin (bahkan tanpa tambahan air dari Hunga Tonga) dan hal ini mengartikan semakin besarnya kerusakan ozon.
Tiga tahun sebelumnya ditandai dengan pusaran kutub stratosfer Antartika yang kuat dan terus-menerus, serta lubang ozon yang memecahkan rekor terbesar dan terlama, kata Copernicus dalam pernyataannya.
“Hal ini tidak berarti bahwa Protokol Montreal yang melarang penggunaan bahan perusak ozon tidak berfungsi. Sebaliknya, dalam kondisi seperti ini, penipisan ozon akan menjadi lebih parah tanpa adanya larangan tersebut," imbuhnya.
Kita juga bisa berkontribusi untuk tidak membuat keadaan ozon semakin parah. Caranya dengan meminimalisir penggunaan gas berbahaya yang mengandung CFC (klorofluorokarbon), hidrokarbon terhalogenasi, metil bromida, dan dinitrogen oksida yang sering ditemukan di kulkas, AC, hair spray, pengharum ruangan dan lain sebagainya.