Ilustrasi serangga antena panjang (pexels.com/Egor Kamelev)
Polusi udara merupakan dampak buruk dari aktivitas manusia. Sumber polusi berasal dari berbagai emisi seperti pabrik atau industri, transportasi, dan kebakaran hutan. Partikel polusi udara yang sangat kecil dari sumber-sumber tersebut tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Oleh sebab itu jika dihirup oleh manusia dapat masuk tanpa disadari dan berdampak buruk untuk sistem pernafasan.
Serangga juga memiliki alat penciuman layaknya hidung pada manusia. Alat tersebut disebut antena. Dilansir NCSU, antena serangga bukan hanya sebagai sensor perasa atau penciuman seperti pada umumnya. Namun antena serangga mempunyai banyak fungsi seperti sensor kelembapan dan uap air. Bahkan pada nyamuk antena digunakan untuk mendeteksi suara dan pada lalat digunakan untuk mengukur kecepatan udara saat terbang.
Dilansir Pursuit, partikel polusi udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer) terakumulasi pada antena serangga termasuk lebah, ngengat, tawon dan lalat. Buktinya saat menggunakan pemindai mikroskop elektron ditemukan partikel polusi tersebut pada lalat rumah (Musca domestica) di Beijing selaras dengan kenaikan tingkat polusi udara. Selain itu, bagian permukaan tubuh serangga lain juga terdampak, namun bagian antena tetap menjadi bagian terbanyak yang terakumulasi partikel polusi udara. Alhasil, salah satu dampak yang akan terjadi adalah terganggunya proses penangkapan sinyal kimia di udara.