Sejarah Panjang Pemilu di Dunia, Dimulai dari Abad ke-17 

Awalnya, hak pilih terbatas bagi segelintir orang

Pemilihan umum atau pemilu merupakan salah satu pilar demokrasi, sistem pemerintahan yang seluruh rakyatnya ikut serta memerintah melalui perantara wakilnya. Pemilu menjadi sarana perwujudan kedaulatan rakyat. Praktik pemungutan suara untuk memilih pemimpin ini juga menjadi sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam politik.

Pada tahun 2024 ini, kita akan melakukan pemilu sebagai perwujudan pesta demokrasi untuk ke sekian kalinya. Di balik pemilu yang dilakukan untuk mewujudukan demokrasi, ada sejarah panjang yang telah berjalan sejak ratusan tahun lalu. Praktik pemilu telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu di dunia. Berikut pembahasan sejarah panjang pemilu di dunia. 

1. Pemilu secara modern berlangsung mulai abad ke-17

Sejarah Panjang Pemilu di Dunia, Dimulai dari Abad ke-17 ilustrasi pemilu (unsplash.com/Element5 Digital)

Walau pemilu telah lama dilakukan di Athena dan Roma, pemilihan umum modern dimulai pada abad ke-17 di Eropa dan Amerika Utara. Saat itu, individu mulai dianggap penting dalam proses tersebut. Misalnya, Parlemen Inggris tidak lagi mewakili perkebunan, perusahaan, atau kepentingan pribadi, tapi mulai mewakili manusia sebagai individu.

Hak memberikan suara di Amerika Serikat telah mengalami banyak perubahan sepanjang sejarah. Awalnya, hak untuk memilih masih bersifat terbatas. Pada tahun 1700-an, hanya orang kulit putih dan pemilik tanah yang memiliki hak memilih. Menurut laman Carnegie Corporation of New York, beberapa negara bagian juga menggunakan tes agama untuk memastikan hanya pria beragama tertentu yang memberikan suara.

Laman Britannica menyebutkan, selama abad ke-18, akses politik bergantung pada keanggotaan kaum bangsawan. Sementara partisipasi pemilu diatur oleh kebiasaan dan pengaturan setempat. Meski revolusi di Amerika dan Prancis menyatakan bahwa setiap warga setara dengan warga negara lainnya, pemungutan suara masih dimiliki oleh segelintir orang.

National Geographic menjelaskan, gender dan ras masih membatasi banyak warga negara yang tinggal di Amerika Serikat dalam menggunakan hak pilih. Setelah perang saudara Amerika pada tahun 1860-an, orang-orang kulit putih yang mengendalikan kongres di wilayah Utara ingin membatasi kekuasaan politik di wilayah Selatan.

2. Di Amerika, pelaksanaan pemilu sekitar tahun 1865 dipenuhi diskriminasi

Sejarah Panjang Pemilu di Dunia, Dimulai dari Abad ke-17 ilustrasi hak memilih (pexels.com/Mikhail Nilov)

Setelah perbudakan dihapuskan pada tahun 1865, banyak orang kulit hitam Amerika yang bebas akhirnya tinggal di wilayah Selatan. Kongres melihat adanya peluang untuk memberikan hak suara kepada pria kulit hitam yang baru saja bebas. Pada tahun 1870, amandemen kembali mengubah peraturan hak pilih. Pria kulit hitam, termasuk mereka yang sebelumnya berstatus sebagai budak, diperbolehkan memberikan suara.

Meski secara teknis pria Afrika-Amerika telah dilindungi hak pilihnya, dalam praktiknya tidaklah demikian. Diskriminasi masih terjadi di banyak negara bagian. Akhirnya, kondisi ini menghalangi orang Afrika-Amerika untuk mendapatkan hak pilih.

Pajak jajak pendapat untuk memilih (umumnya tidak berlaku bagi pemilih kulit putih), tes membaca, atau memiliki properti digunakan sebagai syarat untuk memilih. Intimidasi dengan kekerasan juga terjadi pada orang Afrika-Amerika yang memilih atau ingin memilih. Sampai akhirnya, Undang-Undang Hak Pilih tahun 1965 disahkan untuk melindungi hak warga kulit hitam Amerika dan lainnya untuk memilih. 

Baca Juga: Sejarah Pemilu dan Pengertiannya, Siapa yang Belum Tahu?

3. Perempuan harus berjuang demi mendapatkan hak pilih di masa lalu

Sejarah Panjang Pemilu di Dunia, Dimulai dari Abad ke-17 aktivis hak pilih perempuan Fola La Follette (unsplash.com/Library of Congress)

Perjuangan hak pilih bagi perempuan dimulai pada pertengahan abad ke-19. Gerakan hak-hak perempuan berkembang sekitar tahun 1840-an. Meski belum membuahkan hasil saat itu, mereka mengilhami gerakan hak-hak perempuan di masa depan. Wyoming, Amerika Serikat menjadi negara bagian pertama yang memberikan hak pilih bagi perempuan pada tahun 1869.

Para aktivis terus memperjuangkan hak pilih perempuan. Aksi protes, kampanye, dan pawai yang dilakukan terus-menerus oleh The National American Woman Suffrage Association’s akhirnya mendapat dukungan dari politisi terkemuka. Baru pada tahun 1920, perempuan kulit putih mendapatkan hak pilih secara nasional di Amerika Serikat.

Perempuan Afrika-Amerika masih menghadapi hambatan untuk memilih selama bertahun-tahun. Lebih banyak perempuan kemudian terlibat dalam politik dan pemerintahan. Sementara di tempat lain, hak pilih perempuan ditetapkan sedikit lebih lambat, yaitu tahun 1928 di Inggris, 1944 di Prancis, 1949 di Belgia, dan 1971 di Swiss.

4. Sistem demokrasi mulai menyebar di Asia sejak abad ke-19

Sejarah Panjang Pemilu di Dunia, Dimulai dari Abad ke-17 ilustrasi pemilu (pexels.com/Edmond Dantès)

Laman Wilson Center menjelaskan, gagasan bahwa penduduk secara keseluruhan dapat menjalankan pemerintahan sendiri dengan cara memilih pemimpin merupakan sesuatu yang baru. Ketika negara Eropa mulai merambah dan mendominasi Asia, mereka membawa gagasan demokrasi tersebut di negara jajahan. Kadang, ide tersebut sengaja diperkenalkan terutama oleh Inggris dan Amerika. Namun umumnya, penyebaran gagasan demokrasi terjadi setelah orang Asia menjalani pendidikan dan budaya Barat.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, beberapa anak muda Asia mulai mengenalkan demokrasi ke Asia. Di Asia, pemilu kompetitif diselenggarakan setelah berakhirnya Perang Dunia II. Sebagian diantaranya terjadi karena dekolonisasi, seperti di India, Indonesia, Malaysia, dan Filipina. Pada 1970-an, pemilihan umum yang kompetitif diperkenalkan kembali di sejumlah negara, termasuk Filipina dan Korea Selatan.  

Praktik pemilu di dunia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Sebelumnya, hak pilih terbatas pada gender, kelompok sosial tertentu, dan ras tertentu saja. Saat ini, setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memilih dalam pemilu. 

Baca Juga: 5 Pertanyaan tentang Pemilu, Sudah Siap Memilih?

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya