Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi musim hujan (pexels.com/Alex P)
ilustrasi musim hujan (pexels.com/Alex P)

Intinya sih...

  • Musim di Bumi tidak selaras dari luar angkasa.

  • Perbedaan musim disebabkan oleh pola cuaca dan ekologi yang berbeda.

  • Peta baru menggambarkan variasi waktu mekar tanaman berbunga dan panen tanaman pangan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Para ilmuwan di Universitas California, Berkeley, telah mengamati musim-musim di planet kita dari luar angkasa dan menemukan bahwa musim semi, musim panas, musim dingin, dan musim gugur ternyata tidak sejalan.

Hanya karena dua tempat berada di belahan bumi yang sama, pada ketinggian yang serupa, atau pada lintang yang sama, tidak menjamin bahwa mereka akan mengalami perubahan musim yang sama pada waktu yang selaras.

Seperti zona waktu yang berbeda

Menurut laman Science Alert, wilayah yang berdekatan dapat mengalami pola cuaca dan ekologi yang berbeda, membentuk habitat tetangga yang sangat berbeda.

Hal ini mirip dengan bagaimana zona waktu dapat memisahkan dua lokasi yang berdekatan. Tetapi dalam hal ini, batasnya ditarik oleh alam itu sendiri.

Menggunakan data satelit selama 20 tahun, Terasaki Hart dan timnya telah menciptakan peta yang menurut mereka merupakan peta paling komprehensif hingga saat ini mengenai waktu musim ekosistem daratan Bumi.

Kenapa bisa berbeda?

ilustrasi musim semi (pexels.com/Andre Furtado)

Peta baru ini mengidentifikasi wilayah global di mana pola musim tidak sinkron dan ketidaksejajaran ini sering terjadi di kawasan hotspot keanekaragaman hayati.

Hal itu kemungkinan bukan kebetulan. Variabilitas yang lebih besar dalam pola cuaca dapat memiliki efek berantai, yang mungkin mendorong keanekaragaman lebih besar di dalam habitat.

Misalnya, jika sumber daya alam di dua habitat tetangga tersedia pada waktu yang berbeda dalam setahun, hal ini dapat membentuk ekologi dan evolusi flora dan fauna di masing-masing lokasi.

Hal ini bahkan dapat berarti bahwa spesies di satu habitat mencapai musim reproduksinya sebelum atau setelah spesies yang sama di habitat tetangga, sehingga mencegah perkawinan silang.

Selama bergenerasi-generasi, hal ini dapat menyebabkan evolusi dua spesies yang sepenuhnya terpisah.

Pola baru yang terungkap

Dua kota di Arizona, Phoenix dan Tucson, menjadi contoh lain. Kedua pusat perkotaan ini berjarak hanya 160 kilometer (99 mil), namun ritme iklim tahunan mereka berada pada gelombang yang sepenuhnya berbeda.

Tucson mengalami curah hujan tertinggi selama musim monsoon musim panas, sedangkan Phoenix menerima sebagian besar hujan pada bulan Januari, dan hal ini memiliki dampak berantai pada ekosistem mereka.

Salah satu pola menarik yang terungkap dari peta baru adalah bahwa lima wilayah iklim Mediterania di Bumi–yang memiliki musim dingin dan basah serta musim panas yang panas dan kering–menunjukkan siklus pertumbuhan hutan yang mencapai puncaknya sekitar dua bulan setelah ekosistem lain.

Ketidaksesuaian ini terjadi di tempat-tempat seperti California, Chile, Afrika Selatan, Australia Selatan, dan Mediterania. Peta tersebut juga menggambarkan variasi waktu mekar tanaman berbunga dan panen tanaman pangan.

Saat ini banyak prediksi ekologi didasarkan pada model sederhana musim di Bumi, tetapi jika kita benar-benar ingin mengetahui bagaimana krisis iklim akan mempengaruhi planet dan kesehatan, kita perlu mempertimbangkan variasi dari satu tempat ke tempat lain, bahkan jika mereka berada di dekatnya.

Editorial Team