Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Meteor Terbakar Saat Masuk Atmosfer Bumi?

tasos-mansour-ndWAEhY_w20-unsplash.jpg
ilustrasi meteor (unsplash.com/Tasos Mansour)
Intinya sih...
  • Meteor mengalami pemanasan ekstrem saat memasuki atmosfer Bumi
  • Interaksi awal meteoroid dengan atmosfer terjadi di lapisan mesosfer
  • Ukuran dan kecepatan meteoroid menentukan nasibnya, serta mitos gesekan yang keliru
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah melihat garis cahaya melesat cepat di langit malam lalu menghilang dalam sekejap? Banyak orang langsung mengira ini adalah bintang jatuh. Nah, apa yang kita lihat itu sebenarnya bukan bintang, melainkan meteor yang terbakar saat memasuki atmosfer Bumi. Pertanyaannya, kenapa benda luar angkasa itu bisa terbakar bahkan hancur sebelum menyentuh tanah?

Yang lebih menarik lagi, meteor ternyata tidak terbakar karena api seperti kayu atau kertas. Prosesnya jauh lebih ekstrem dan melibatkan kecepatan luar biasa, tekanan udara, serta suhu yang bisa melampaui permukaan Matahari. Yuk, kita kupas pelan-pelan kenapa meteor terbakar saat memasuki atmosfer Bumi!

1. Meteor tidak benar-benar terbakar, melainkan mengalami pemanasan ekstrem

Meteor berasal dari meteoroid, yaitu pecahan batu atau logam kecil dari asteroid atau komet yang melayang di luar angkasa. Saat meteoroid memasuki atmosfer Bumi, ia melaju dengan kecepatan hipersonik, sekitar 18–72 km per detik. Kecepatan inilah kunci dari semua “drama” yang terjadi.

Alih-alih terbakar karena gesekan biasa, meteoroid mengalami pemanasan ekstrem akibat kompresi udara. Udara di depan meteoroid tertekan sangat kuat karena tidak sempat menghindar. Tekanan mendadak ini menciptakan gelombang kejut dan suhu luar biasa tinggi, mencapai 1.650–10.000 derajat Celsius. Akibatnya, permukaan meteoroid meleleh dan menguap sedikit demi sedikit, proses ini disebut ablasi.

2. Atmosfer Bumi: Perisai alami yang sangat efektif

Interaksi awal meteoroid dengan atmosfer biasanya terjadi di lapisan mesosfer, pada ketinggian sekitar 80–130 km di atas permukaan Bumi. Di sini, udara memang masih sangat tipis, tetapi cukup untuk memicu pemanasan hebat.

Gas superpanas di sekitar meteoroid berubah menjadi plasma, yaitu gas bermuatan listrik. Plasma inilah yang menghasilkan cahaya terang yang kita lihat sebagai garis menyala di langit. Jadi, cahaya meteor bukan hanya dari batu yang berpijar, tetapi juga dari udara di sekitarnya yang ikut menyala. Sebagian besar meteoroid berukuran kecil—bahkan hanya sebesar butiran pasir—akan habis menguap dalam hitungan detik.

3. Peran ukuran dan kecepatan meteor

shooting-star-2024127_1920.png
ilustrasi meteor (pixabay.com/OpenClipart-Vectors)

Ukuran meteoroid sangat menentukan nasibnya. Meteoroid kecil hampir pasti habis sebelum mencapai permukaan Bumi. Meteoroid yang lebih besar bisa bertahan lebih lama, tetapi sering kali justru meledak di udara.

Contoh terkenal adalah meteor Chelyabinsk tahun 2013 di Rusia. Dengan diameter sekitar 20 meter, meteor ini tidak sampai menghantam tanah secara utuh, tetapi meledak di atmosfer karena tekanan udara masuk ke retakan di dalam batu, menghancurkan strukturnya dari dalam. Ledakan semacam ini menunjukkan betapa efektifnya atmosfer Bumi sebagai tameng alami dari benda langit.

4. Mitos gesekan yang keliru

Banyak orang mengira bahwa meteor terbakar karena gesekan, seperti menggosok korek api. Faktanya, gesekan hanya berperan kecil. Penyebab utama panas adalah kompresi udara dan pemanasan dari selubung plasma di sekitar meteoroid.

Menariknya lagi, cahaya awal meteor tidak membutuhkan oksigen. Di ketinggian sangat tinggi, oksigen hampir tidak ada. Cahaya berasal dari material batu yang berpijar dan gas terionisasi. Oksidasi (reaksi dengan oksigen) baru bisa terjadi jika pecahan meteor bertahan hingga lapisan atmosfer yang lebih rendah.

5. Mengapa ada meteor yang sampai ke tanah

Tidak semua meteoroid hancur total. Meteoroid padat dari besi-nikel punya peluang lebih besar untuk bertahan dan jatuh sebagai meteorit. Kecepatan mereka biasanya sudah banyak berkurang saat mencapai lapisan atmosfer bawah sehingga tidak lagi berpijar.

Salah satu bukti dampak besar di masa lalu adalah Kawah Barringer di Arizona, yang terbentuk sekitar 50.000 tahun lalu akibat hantaman meteorit raksasa. Peristiwa seperti ini jarang terjadi, tetapi menjadi fokus penting dalam studi perlindungan planet.

Singkatnya, meteor yang tampak terbakar di langit merupakan bukti dahsyatnya interaksi antara kecepatan luar angkasa dan atmosfer Bumi. Setiap garis cahaya yang melintas adalah pengingat bahwa planet ini memiliki perisai alami yang terus bekerja tanpa henti, melindungi kita dari ancaman kosmik, sekaligus menyuguhkan pertunjukan alam yang menakjubkan.

Referensi

Earth.com. Diakses pada Desember 2025. Why Meteoroids Burn Up in Earth’s Atmosphere
HowStuffWorks. Diakses pada Desember 2025. What Causes a Meteor to Burn Up When It Enters the Earth’s Atmosphere?
ScienceLine (UC Santa Barbara).Diakses pada Desember 2025. Why Do Meteors Burn Up When Entering Earth’s Atmosphere?
NASA Science. Diakses pada Desember 2025. Meteors and Meteorites: Facts
Universe Today. Diakses pada Desember 2025. Why Do Meteors Explode Before They Reach the Ground?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Bunga Cantik yang Ternyata Bisa Dikonsumsi dan Menyehatkan, Telang

23 Des 2025, 15:49 WIBScience