Hentikan Penggunaan Sedotan Plastik! Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahu

Sedotan plastik, bentuknya kecil tapi bahayanya besar lho

Akhir-akhir ini banyak bermunculan gerakan anti penggunaan sedotan plastik. Bahkan ada beberapa perusahaan dan restoran yang memutuskan untuk menghentikan penggunaan sedotan plastik.

Salah satu contohnya adalah American Airlines yang sudah menghentikan penggunaannya pada tahun ini. Lalu restoran siap saji McDonald's Inggris dan Irlandia pada September tahun ini juga sudah menggantikan penggunaan sedotan plastik menjadi sedotan kertas.

Apa yang menyebabkan gencarnya kampanye penghentian penggunaan sedotan plastik? Dengan menyimak 5 fakta tentang sedotan plastik berikut ini, kamu akan tahu mengapa sedotan plastik sangat berbahaya.

1. Membutuhkan waktu 500-1000 tahun untuk menghancurkannya

Hentikan Penggunaan Sedotan Plastik! Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahubustle.com

Sedotan plastik dibuat dari plastik jenis prophylene atau polystyrene yang membutuhkan waktu 500-1000 tahun agar terurai. Oleh karena itu, penggunaan sedotan plastik yang terus menerus akan meningkatkan jumlah volume sampah plastik. 

2. Dalam sehari jumlah yang digunakan mencapai 93,2 juta

Hentikan Penggunaan Sedotan Plastik! Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahugreenspointdental.com

Mengutip riset dari Divers Clean Action bahwa jumlah rata-rata pemakaian sedotan 1-2 per orang dalam satu hari, maka total penggunaan sedotan plastik dalam sehari untuk penduduk di Indonesia mencapai sekitar 93,2 juta. Angka yang sangat besar ya?

Coba jika kita kalikan dalam satu minggu maka jumlahnya mencapai 652,4 juta. Maka jika dihitung pemakaian dalam satu tahun bisa mencapai angka triliun jumlah sedotan yang dipakai.

Baca Juga: Selain Sedotan, Ternyata Aksesoris Mata Ini Juga Perburuk Polusi!

3. Sulit untuk didaur ulang

Hentikan Penggunaan Sedotan Plastik! Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahudenverpost.com

Proses daur ulang sedotan plastik memerlukan biaya yang tidak sedikit sementara itu nilai sedotan plastik untuk di daur ulang sangat rendah. Berdasarkan bentuknya, sedotan plastik juga sulit di daur ulang.

Tidak heran jika tidak ada pihak yang mau memproses daur ulang sedotan plastik. Sehingga penggunaan sedotan plastik hanya akan berujung di tempat pembuangan sampah.

4. Menjadi sampah yang mencemari laut

Hentikan Penggunaan Sedotan Plastik! Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahuaquarium.co.za

Dari 187,2 ton sampah yang terbuang di wilayah laut di pantai dan lautan di dunia, diantaranya terdapat 6,2 juta yang merupakan sampah sedotan plastik. Temuan yang dilakukan oleh Drivers Clean Action di Pulau Pramuka juga sangat mengejutkan karena dari 300 sampah plastik, 16 kilogramnya adalah sampah sedotan.

Sementara temuan di Bali yang dilakukan di 40 titik pantai sebesar 40 ton sampah terdapat 11 persen sampah sedotan. Angka ini terbilang sangat besar. Jika kondisi serupa tidak dihentikan maka akan sangat membahayakan biota laut. 

5. Ancaman kepunahan biota laut dan kesehatan manusia

Hentikan Penggunaan Sedotan Plastik! Ini 5 Fakta yang Kamu Harus Tahu.bbc.com

Sampah sedotan plastik yang terbuang lama kelamaan akan berisiko menjadi mikroplastik. Apabila sampah ini berada di lautan maka bisa jadi tanpa sengaja dikonsumsi oleh biota laut. Sebagai akibatnya dapat menyebabkan kematian atau bahkan kepunahan biota laut.

Selain itu jika ada ikan yang memakan mikroplastik itu lalu dikonsumsi oleh manusia maka secara tidak langsung mikroplastik tersebut juga akan masuk ke dalam tubuh manusia dan akan membahayakan kesehatannya.

Kelima fakta itu sangat mencengangkan ya! Kalau kamu peduli dengan lingkungan, kamu bisa mulai dari sekarang untuk membatasi penggunaan sedotan plastik atau dengan mengganti menggunakan sedotan yang reusable. Yuk, kita dukung upaya menyelamatkan bumi!

Baca Juga: Kurangi Polusi, Sistem Pembersih Laut Pertama Dunia akan Diluncurkan

Dita Anitya I Photo Verified Writer Dita Anitya I

I love minimalism!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya