Belajar dari Catatan Insiden, Ini 4 Penyebab Utama Kecelakaan Pesawat

Kecelakaan pesawat, jangan terulang lagi

Jumlah kecelakaan pesawat memang lebih kecil jumlahnya jika dibandingkan dengan kecelakaan mobil di darat. Sehingga bepergian dengan pesawat dianggap lebih aman dibandingkan dengan menggunakan kendaraan darat. Akan tetapi, kecelakaan pesawat yang terjadi dapat menewaskan ratusan penumpang sekaligus. 

Saat terjadi kecelakaan pesawat, selain melakukan pencarian korban juga melakukan pencarian kotak hitam atau biasa dikenal dengan sebutan black box. Karena dari hasil investigasi black box bisa diperoleh penyebab terjadinya kecelakaan pesawat. Berdasarkan rentetan catatan kecelakaan pesawat yang terjadi, berikut ini 4 penyebab utamanya.

1. Pilot Error

Belajar dari Catatan Insiden, Ini 4 Penyebab Utama Kecelakaan PesawatTempo/Dian Triyuli Handoko

Kesalahan pilot pesawat merupakan penyebab yang paling besar terjadinya kecelakaan. Menerbangkan pesawat adalah suatu proses yang rumit dengan banyaknya kendali kontrol serta tombol-tombol. Sedikit saja melakukan kesalahan bisa menyebabkan pesawat jatuh. Itulah sebabnya seorang pilot yang hendak menerbangkan pesawat harus dalam keadaan sehat.

Salah satu contoh kecelakaan pesawat karena pilot error adalah jatuhnya pesawat Adam Air 574 tahun 2007 yang mengalami masalah pada internal reference system dan gagalnya autopilot. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan bahwa pilot dan kopilot sibuk memperbaiki internal reference system yang rusak hingga melalaikan kondisi pesawat yang sudah miring. Kondisi tersebut menyebabkan pesawat menukik tajam dan jatuh. Tragedi Adam Air 574 telah menewaskan sebanyak 102 penumpang.

2. Poor Maintenance

Belajar dari Catatan Insiden, Ini 4 Penyebab Utama Kecelakaan Pesawatliputan6.com

Pemeliharaan dan pengecekan pesawat secara rutin sangat penting dilakukan supaya tidak ada error ketika diterbangkan. Jika terdapat sedikit saja error pada mesin dapat beresiko buruk bagi penerbangan. Di Amerika Serikat, analisa kejadian kecelakaan pesawat antara 1994-2004 menunjukkan bahwa permasalahan pada proses pemeliharaan berkontribusi sebesar 42% pada terjadinya kecelakaan. 

Kecelakaan pesawat Alaska Airlines Flight 261 (2000) adalah salah satu contoh kecelakaan yang diakibatkan oleh kelalaian jadwal pemeliharaan. Preventative Maintenance Schedule merupakan jadwal rutin pemeliharaan pesawat. Salah satu poin pemeliharaan adalah pemberian pelumas.  Investigasi menunjukkan bahwa ada bagian pesawat Alaska Airlines Flight 261 yang tidak terlumasi sempurna sehingga menyebabkan hilangnya kontrol saat terbang. Akhirnya pesawat yang terbang dari Meksiko masuk ke dalam Samudera Pasifik dan menelan 88 korban.

Jatuhnya pesawat Air Asia QZ8501 pada tahun 2014 juga diakibatkan oleh lalainya pemeliharaan. Investigasi yang dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan bahwa terjadinya kesalahan berulang yang telah terjadi sebanyak empat kali penerbangan. Hal itu menunjukkan adanya sistem perawatan yang belum optimal dari pihak perusahaan.

Baca Juga: Ini 5 Fakta Boeing 737 MAX 8, Pesawat yang Digunakan Lion Air

3. Cuaca Buruk

Belajar dari Catatan Insiden, Ini 4 Penyebab Utama Kecelakaan Pesawatctvnews.ca

Dapatkah kamu menyetir mobil dengan baik dalam keadaan hujan deras, petir, dan berkabut tebal? Menyetir saat kondisi cuaca buruk sulit dilakukan, begitu juga dengan mengendarai pesawat dalam cuaca buruk. 

Garuda Indonesia nomor penerbangan GA421 yang mendarat dengan selamat di Sungai Bengawan Solo tahun 2002 meruapakan salah satu contoh terjadinya insiden pesawat akibat cuaca buruk. Pesawat masuk dalam awan cumolonimbus  dengan angin, awan tebal, hujan , dan es. Kondisi tersebut menyebabkan turbulensi dahsyat hingga mesin mati.  Namun dengan handalnya pilot serta kopilot, pesawat tersebut berhasil mendarat dengan 1 korban meninggal, 54 penumpang dan 5 awak selamat. 

4. ATC Error

Belajar dari Catatan Insiden, Ini 4 Penyebab Utama Kecelakaan Pesawatnats.aero

Saat menerbangkan pesawat, pilot sangat bergantung pada Air Traffic Control (ATC). Sementara itu, petugas ATC memiliki tugas untuk berkomunikasi dan mengontrol dengan banyak pesawat sekaligus. Terlebih lagi saat cuaca buruk maka antara pilot dan ATC harus berkoordinasi dalam menentukan keputusan upaya-upaya keselamatan. 

Jatuhnya Garuda Indonesia nomor penerbangan GA152 di Sibolangit, Sumatera Utara pada tahun 1997 merupakan jenis insiden Controlled Flight Into Terrain (CFIT), dimana kondisi pesawat bagus dan laik terbang tetapi menabrak daratan. Kondisi ini diungkap karena adanya miskomunikasi antara pilot dengan ATC  untuk menentukan arah left atau right. Kondisi cuaca saat itu kabut tebal dengan jarak pandang hanya 600-800 meter akibat kebakaran hutan. Setelah melakukan konfirmasi dengan pihak ATC, 10 menit kemudian pesawat tersebut hilang kontak menabrak tebing. Kecelakaan tersebut menewaskan 234 orang. 

Faktor di atas adalah penyebab yang paling umum terjadi. Selain 4 faktor tersebut, masih ada penyebab lainnya seperti adanya pembajakan, kondisi lintasan pesawat yang rusak, dan adanya burung yang menabrak kaca atau masuk ke baling-baling juga dapat menyebabkan kecelakaan pada pesawat. Semua faktor penyebab kecelakaan harus diminimalkan supaya menghindari semakin banyaknya insiden pesawat jatuh, tergelincir, atau meledak. 

Baca Juga: 8 Hal yang Berpotensi Menyelamatkan Nyawamu dalam Kecelakaan Pesawat

Dita Anitya I Photo Verified Writer Dita Anitya I

I love minimalism!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya