5 Fakta Ukiyo-e, Seni Artistik Mencetak Lukisan dari Jepang  

Menggunakan pelat kayu untuk mencetak lukisan

Selain terkenal dengan tradisi para Samurai dengan pedang katananya di masa lalu, Jepang juga memiliki seni grafis artistik terkenal yang dikenal dengan nama ukiyo-e. Seni ukiyo-e asal Jepang yang dikenal saat ini adalah seni cukil kayu yang kemudian divisualisasikan di atas kertas dalam bentuk lukisan.

Sederhananya balok kayu yang dicukil atau dipahat dalam pola gambar tertentu tersebut dijadikan pelat cetakan dan diberikan tinta untuk mencetak sebuah lukisan (woodblock printing). Metode tersebut juga merupakan metode alternatif untuk menggandakan lukisan dalam waktu yang relatif singkat dan murah.

Menurut Nationalgeographic, dalam bahasa Jepang secara harfiah ukiyo memiliki arti "floating world" atau "dunia yang terapung" dan pada awalnya merupakan istilah dari konsep Buddhisme. Kata tersebut digunakan untuk merujuk pada ketidak kekalan dunia dan penderitaan yang diakibatkan oleh ketidak kekalan tersebut. Pada masa Keshogunan Tokugawa (1615-1868) konsep tersebut umum dianut dan ide dasar dari gambar atau lukisan yang ditampilkan dalam seni ukiyo-e pada masa itu menunjukkan gambaran dunia yang tidak kekal dan selalu berubah beserta keindahan dan kesedihannya.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai seni ukiyo-e ini? Simak lima fakta menariknya berikut ini, yuk!

1. Bertema seputar alam, kisah sejarah dan keseharian hidup

https://www.youtube.com/embed/IdtQXm2kQYs

Lukisan-lukisan ukiyo-e tersebut memiliki beragam tema. Sejumlah sumber informasi menuliskan bahwa tema-tema yang sering ditampilkan dalam ukiyo-e meliputi: aktivitas hidup sehari-hari, lanskap pemandangan alam dan perjalanan, sejarah dan cerita rakyat Jepang, kecantikan wanita, aktor kabuki (seni teater tradisional Jepang), pegulat sumo, tumbuhan, hewan hingga keerotisan.

Salah satu seni ukiyo-e yang paling dikenal di dunia adalah lukisan yang berjudul "Under The Great Wave of Kanagawa" karya Katsushika Hokusai dari abad ke-19. Selama lebih dari 1 abad, lukisan tersebut telah banyak digandakan dan direproduksi serta banyak dimiliki oleh kolektor-kolektor lukisan asal Eropa. Dikutip dari laman seni Widewalls, secara konteks sosial sejarah, gelombang besar (great wave) dapat dimaknai sebagai simbolisasi perubahan penting yang terjadi pada masyarakat Jepang, suatu perubahan dengan hadirnya pengaruh-pengaruh asing yang datang melalui gambaran gelombang laut yang besar. Gunung Fuji sebagai gunung tertinggi di Jepang juga sering menjadi objek penggambaran ukiyo-e, Gunung Fuji yang berdiri tegak dalam keheningan merupakan simbolisasi jiwa Jepang yang teguh.

2. Melibatkan sejumlah seniman ahli dalam pembuatannya

5 Fakta Ukiyo-e, Seni Artistik Mencetak Lukisan dari Jepang  pelat kayu cetakan ukiyo-e di sebuah workshop (commons.wikimedia.org/David Monniaux)

Salah satu fakta menarik dari seni ukiyo-e ini adalah melibatkan sejumlah seniman ahli dalam proses pembuatannya. Dilansir Nationalgeographic seni ukiyo-e merupakan proses multi tahap yang melibatkan banyak seniman yang memiliki spesialisasi berbeda. Seniman lukis akan menyiapkan desain gambarnya, yang kemudian akan diberikan kepada pemahat balok kayu.

Pemahat balok kayu akan menempelkan desain tersebut pada balok kayu dan kemudian akan memahat atau mengukir pola desain tersebut di atas balok kayu tersebut. Setelah balok kayu utama selesai dipahat dan menjadi pelat kayu cetakan, akan ada balok kayu lain yang akan dipahat untuk setiap warna yang akan digunakan dalam cetakan lukisan. 

Dalam beberapa kasus gambar yang kompleks dengan banyak warna, sebanyak 20 atau 30 balok kayu akan dipahat untuk menjadi pelat cetakan yang akan memberikan warna spesifik tertentu pada lukisan. Balok-balok kayu yang telah menjadi pelat cetakan tersebut kemudian akan diserahkan kepada kelompok seniman lain yang memiliki keahlian atau spesialisasi dalam pencetakan (printing). 

Mereka akan bertanggung jawab untuk mengaplikasikan warna pada kayu dan meletakkan kertas di atas pelat cetakan balok kayu tersebut untuk mencetak lukisan. Kemudian setelah selesai, penerbit akan mendistribusikannya untuk dijual kepada masyarakat umum.

3. Berkembang pada masa Keshogunan Tokugawa

5 Fakta Ukiyo-e, Seni Artistik Mencetak Lukisan dari Jepang  seni ukiyo-e berkembang pada masa Keshogunan Tokugawa atau Keshogunan Edo yang berlangsung selama 264 tahun (commons.wikimedia.org/Toyohara Chikanobu)

Seni ukiyo-e ini muncul pada akhir abad ke-17 dan berkembang pada masa Keshogunan Tokugawa atau yang lebih dikenal dengan Keshogunan Edo yang berlangsung selama lebih dari 2 abad (1603-1868) hingga berakhir ketika Kaisar Meiji melakukan Restorasi Meiji. Keshogunan Tokugawa adalah pemerintahan militer yang didirikan oleh Tokugawa Ieyasu, merupakan keshogunan ketiga dan terkuat dalam sejarah masa lalu Jepang. Menurut Hokusaionline, meskipun kebijakan isolasi dari pengaruh kekuatan asing (negara tertutup) diberlakukan terhadap Jepang oleh para Shogun (penguasa militer) Keshogunan Tokugawa, namun kebudayaan Jepang terus berkembang.

Urbanisasi yang terjadi saat itu menjadi salah satu katalis bagi perkembangan kebudayaan baru di kota-kota seperti Edo (nama Tokyo saat itu) dan Osaka. Kelas menengah memiliki kesempatan untuk menekuni bidang budaya seperti seni lukis, teater (kabuki), literatur dan sastra. Seni ukiyo-e sebagai bagian dari seni lukis juga menjadi simbol budaya baru dengan bentuknya yang kuat, bidang warna yang datar serta sudut-sudutnya yang spesifik.

Lukisan-lukisan hasil cetakan ukiyo-e adalah salah satu karya seni yang diproduksi secara massal pertama di dunia. Teater Jepang atau kabuki memberikan banyak inspirasi bagi para seniman ukiyo-e untuk membuat karya. Sama seperti saat ini (sebagai contoh) dimana para fans K-Pop mencari foto dan poster para idolanya, di masa itu permintaan cetakan poster, kartu pos dengan potret para aktor dan aktris teater banyak dicari pengemarnya. Selain itu, lukisan tempat atau pemandangan terkenal di Edo yang menjadi setting kisah teater juga banyak dicari.

4. Awalnya hanya dianggap sebagai karya seni kelas dua

5 Fakta Ukiyo-e, Seni Artistik Mencetak Lukisan dari Jepang  Gunung Fuji merupakan objek yang sering ditampilkan dalam seni ukiyo-e bertema pemandangan (commons.wikimedia.org/Hiroshige)

Pada awalnya lukisan yang dihasilkan oleh cetakan pelat kayu ini dianggap sebagai karya seni kelas dua karena berbeda dengan lukisan yang dihasilkan oleh pelukis terkenal yang menyapukan kuasnya di atas kanvas sehingga lukisannya memiliki nilai eksklusif dan tentu saja mahal serta hanya dapat dimiliki oleh orang-orang kaya saja. Kehadiran ukiyo-e dengan metode cetakan pelat kayu dalam pembuatan lukisan telah memberikan kesempatan kepada masyarakat umum untuk mengapresiasi karya seni lukis yang dalam masa sebelumnya merupakan privilege orang kaya.

Victoria and Albert Museum melansir, awalnya lukisan-lukisan yang dihasilkan dengan metode cetakan pelat kayu ini berwarna hitam dan putih saja atau monokrom, terkadang untuk memberikan warna, lukisan tersebut diwarnai manual dengan tangan. Pada tahun 1740-an, pelat balok kayu tambahan digunakan untuk mencetak warna merah jambu dan hijau, namun baru pada tahun 1765 teknik penggunaan pelat kayu untuk berbagai warna disempurnakan. Hasil cetakan penuh warna yang indah dikenal sebagai nishiki-e. Konsistensi teknik dan keindahan artistik yang dihasilkan oleh seniman ukiyo-e pada masa itu sangat luar biasa sehingga membawa seni dengan cetakan pelat kayu tersebut sebagai karya seni bernilai tinggi.

5. Seni Ukiyo-e mempengaruhi seni lukis dunia barat

5 Fakta Ukiyo-e, Seni Artistik Mencetak Lukisan dari Jepang  potret Museum ukiyo-e, museum milik swasta yang berlokasi di Kota Matsumoto, Perfektur Nagano, Jepang (commons.wikimedia.org/Boberger)

Dilansir Kumon-ukiyoe, sebagai seni yang mewakili Jepang, seni ukiyo-e memberikan pengaruh terhadap seni lukis dunia barat ketika dipamerkan pada pameran bertaraf internasional di Paris, Prancis pada tahun 1867. Terdapat pula fakta bahwa ukiyo-e rupanya menyebar ke luar Jepang selama kebijakan isolasi nasional di era Keshogunan Tokugawa, saat itu lukisan ukiyo-e digunakan untuk membungkus tembikar dan barang keramik yang diekspor ke luar negeri melalui Belanda, satu-satunya negara barat yang memiliki hubungan diplomatik dengan Jepang pada masa itu. Kertas pembungkus tersebut menjadi populer dan beberapa pedagang membeli cetakan balok kayu ukiyo-e sebagai karya seni.

Pelukis terkenal asal Belanda Van Gogh diketahui sebagai penggemar dan kolektor lukisan-lukisan ukiyo-e. Sebanyak 400-an cetakan lukisan ukiyo-e yang dimiliki oleh Van Gogh dan saudaranya Theo saat ini menjadi koleksi dari Museum Van Gogh di Amsterdam, Belanda. Seni ukiyo-e mempengaruhi sejumlah pelukis ternama aliran impresionis dan mereka menyadari sebuah "jalan baru" dalam melukis dengan mempelajari ukiyo-e ini.

Seni ukiyo-e mengalami kemunduran pada akhir abad ke-19 dalam hal kualitas dan kuantitasnya, modernisasi yang pesat pada era Restorasi Meiji menyebabkan seni teknik cetak dengan pelat kayu ini beralih ke bidang jurnalisme daripada bertahan sebagai sebuah seni. Selain itu ukiyo-e juga menghadapi persaingan dari dunia fotografi, meski demikian seni dan teknik ukiyo-e tersebut masih digunakan oleh sejumlah seniman lukis hingga saat ini.

Baca Juga: Lukisan Realisme: Pengertian, Sejarah, dan Ciri-Ciri

Dodi Wijoseno Photo Verified Writer Dodi Wijoseno

Penyuka sejarah dan olah raga

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ane Hukrisna

Berita Terkini Lainnya