Vaksinasi Hewan Diyakini Mampu Mencegah Pandemik di Masa Depan

Mencegah penyebaran penyakit dari hewan ke manusia

Selama beberapa tahun ini, dunia masih berjuang menghadapi pandemik COVID-19. Pandemik disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang berasal dari hewan. Sebenarnya, ini bukanlah pertama kalinya manusia menghadapi pandemik yang disebabkan oleh hewan. Dari HIV, Ebola, Nipah, dan flu burung, merupakan beberapa contoh pandemik yang dibawa oleh hewan.

Biasanya, begitu pandemik terjadi, manusia akan buru-buru mencari pengobatan untuk menghentikan penyebaran pandemik. Namun, saat ini, para ahli berpikir untuk mencegah pandemik di masa depan dengan menghentikan penyebarannya pada hewan sebelum menular ke manusia? Salah satu rencana untuk mewujudkan hal ini adalah melalui vaksinasi. Lantas, bagaimana caranya? Simak penjelasan berikut ini!

1. Hewan dapat membawa penyakit bagi manusia

Vaksinasi Hewan Diyakini Mampu Mencegah Pandemik di Masa Depanilustrasi monyet (pixabay.com/Erik_Karits)

Diterangkan laman CDC, terkadang hewan dapat membawa kuman berbahaya yang dapat menyebar ke manusia dan menyebabkan penyakit. Hal ini dikenal sebagai penyakit zoonosis.

Zoonosis dipicu oleh mikroorganisme berbahaya, seperti virus, bakteri, parasit, dan jamur. Mikroorganisme ini dapat memicu berbagai jenis penyakit pada manusia dan hewan, dari ringan hingga mematikan. Kadang-kadang, hewan yang tampak sehat juga dapat membawa kuman penyakit. Ini yang kemudian membuat penyebaran penyakit dari hewan ke manusia mudah terjadi.

2. Bagaimana vaksinasi hewan memberikan manfaat

Vaksinasi Hewan Diyakini Mampu Mencegah Pandemik di Masa Depanilustrasi rakun mendapatkan vaksinasi melalui makanan (pixabay.com/marksbunker)

Ahli biologi di University of Idaho mendukung pendekatan pencegahan pandemik lewat vaksinasi melalui sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Nature Ecology & Evolution tahun 2020. Ide ini sebenarnya sudah diuji coba di Amerika Utara dan Eropa untuk mengendalikan rabies. Misalnya, di Amerika Utara, rakun diberi vaksinasi rabies dengan cara menyebarkan umpan yang telah diberi vaksin untuk kemudian dimakan oleh para rakun liar. Saat umpan tersebut dimakan, artinya rakun telah divaksinasi terhadap rabies. Dan, tentu saja, itu selanjutnya melindungi hewan ternak dan manusia yang kontak dengan rakun.

Sayangnya, vaksinasi beberapa populasi hewan sangat sulit dilakukan. Misalnya, hewan pengerat yang mungkin membawa penyakit menular, seperti Hantavirus atau virus Lassa. Sebab, hewan ini cepat berkembang biak sehingga kekebalan yang didapat dari vaksinasi cepat hilang.

Baca Juga: 8 Hewan Ini Suka Berpura-pura Menjadi Hewan Lain, Bisa Mirip Banget!

3. Metode penyebaran vaksin

Vaksinasi Hewan Diyakini Mampu Mencegah Pandemik di Masa Depanilustrasi anjing sedang divaksin (pexels.com/Mikhail Nilov)

Para ilmuwan telah mengusulkan dua cara untuk memvaksinasi satwa liar: membuat vaksin yang dapat ditransfer (transferrable) dan yang dapat ditularkan (transmissible).

Diterangkan laman Euronews, vaksin transferable diterapkan langsung pada kulit atau bulu hewan. Setelah itu, hewan tersebut dikembalikan ke koloninya. Kemudian, ketika hewan yang telah divaksinasi ini dirawat oleh koloninya. Seperti dijilati atau dibersihkan, vaksin itu berpindah ke hewan berikutnya.

Lalu, cara kedua adalah melalui vaksin transmissible. Dilansir laman Quanta Magazine, vaksin ini terdiri dari virus hidup yang menyebarkan bentuk penyakit yang dilemahkan. Jenis vaksin ini dinilai ideal untuk populasi liar yang besar karena hanya perlu memvaksinasi beberapa individu. Lalu, individu yang telah divaksin akan menyebarkan kekebalan secara luas saat kontak dengan individu lain.

4. Vaksinasi sangat menguntungkan populasi hewan

Vaksinasi Hewan Diyakini Mampu Mencegah Pandemik di Masa Depanilustrasi perempuan menggendong anjing (freepik.com/wayhomestudio)

Dirangkum dari laman Euro News, selain membantu manusia, memvaksinasi satwa liar juga dapat membantu hewan itu sendiri, yaitu mengurangi kemungkinan hewan disalahkan atas penyebaran penyakit. Misalnya, jika hewan tertentu dicurigai menjadi penyebab wabah, sering kali solusi yang ditawarkan hanyalah dengan membunuh hewan tersebut.

Padahal, tindakan seperti ini kerap mendapat kecaman dari manusia itu sendiri, utamanya para aktivis yang melindungi hak-hak hewan. Jadi, melalui vaksinasi hewan liar, harapannya tidak ada lagi hewan yang tersiksa karena dicurigai membawa penyakit.

5. Vaksin yang sedang disiapkan

Vaksinasi Hewan Diyakini Mampu Mencegah Pandemik di Masa Depanilustrasi pengembangan vaksin untuk hewan (pexels.com/Edward Jenner)

Diterangkan laman Impakter, Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), Public Health Vaccine, dan Crozet BioPharma, sedang bekerjasama mengembangkan vaksin untuk virus Nipah (NiV). Virus ini diyakini menyebabkan penyakit sistem pernapasan dan sistem saraf pusat yang parah pada manusia dengan tingkat kematian 40 hingga 75 persen.

Nipah pertama kali dilaporkan pada manusia di Malaysia pada tahun 1999. Penyelidikan epidemiologi mengungkapkan bahwa pasien yang terinfeksi virus Nipah memiliki riwayat kontak dengan kelelawar, urine kelelawar, atau babi, tetapi penularan dari orang ke orang juga terjadi.

WHO dan CEPI telah mengidentifikasi virus Nipah sebagai patogen berbahaya yang dapat menyebabkan wabah di daerah dengan sedikit aset respons medis. Beberapa vaksin Nipah sedang dikembangkan menggunakan berbagai platform. Dua vaksin saat ini sedang dalam uji klinis. Beberapa vaksin juga sedang dikembangkan untuk Penyakit Lyme, virus Hendra, virus Lassa, dan coccidioidomycosis.

Semoga, ide vaksinasi untuk hewan ini dapat segera terwujud dan benar-benar mampu mencegah pandemik di masa depan. 

Baca Juga: 7 Jenis Hewan yang Hidup di Qatar, Bukan Hanya Unta!

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya